Pastor Joseph Fessio
Pendiri penerbitan Katolik IGNATIUS PRESS, Pastor Joseph Fessio,
berseru
kepada Paus Francis:
JADILAH SEORANG PRIA SEJATI. BERDIRILAH DAN JAWABLAH
PERTANYAAN VIGANÒ
By Dorothy Cummings McLean
Mon Sep 24, 2018 - 5:10 pm EST
SAN FRANCISCO, 24 September 2018 (LifeSiteNews) - Pendiri penerbitan Katolik Amerika Serikat, Ignatius Press, telah meminta Paus
Fransiskus untuk menjawab tuduhan Uskup Agung Viganò bahwa dia dengan sengaja mempromosikan seorang kardinal
Amerika yang dituduh melakukan pelecehan sex kepada para seminaris dan imam.
Pastor Joseph Fessio, SJ, mengatakan
kepada CNN bahwa penolakan paus untuk memberikan jawaban atas tuduhan uskup
agung Viganò ‘sangatlah menyedihkan’. Dalam beberapa minggu
terakhir, para komentator telah menafsirkan homili Paus Fransiskus tentang
"si
Penuduh Besar" dan "keheningan" Kristus sebagai komentar sindiran
atas kesaksian pengungkap kebenaran (whistleblower) Vatikan (Viganò) serta keengganan paus sendiri untuk menjawabnya.
"Dia menyerang Viganò dan semua orang yang meminta
jawaban darinya," kata Fessio kepada CNN. "Saya hanya menemukan hal
yang sangat menyedihkan."
“Jadilah seorang pria sejati. Berdirilah dan jawablah
pertanyaan Viganò,” tambahnya.
Pastor dan penerbit buku itu mengatakan kepada LifeSiteNews
bahwa dia bukan bermaksud tidak menghormati Paus dengan mengatakan hal ini.
Fessio mengamati bahwa kata-kata yang diucapkan dalam percakapannya terlihat ‘buruk’
dalam tulisan, tetapi hal itu mencerminkan pendapatnya.
“Saya pikir ide yang saya ungkapkan di sana adalah ide yang
valid, dan bahkan jika saya agak marah, saya pikir itu harus dikatakan juga.
Dan mungkin ... itu akan membantu dan mendorong Paus untuk berbicara secara langsung.
Dia sepertinya ingin memiliki keterbukaan, bukan? Dia sering berbicara tentang
keterbukaan dan kejujuran dan jangan takut untuk mengatakan apa yang ada di
pikiran anda.”
“Maka saat ini saya mengatakan apa yang ada di pikiran saya -
dan bukan hanya pikiran saya saja, tetapi itu ada di pikiran banyak orang. ”
Namun demikian, imam Yesuit itu berhati-hati untuk
menggarisbawahi pentingnya menghormati jabatan kepausan.
"Sebagai umat Katolik, kita harus menghormati jabatan
kepausan dan, sejauh yang kita bisa, menghormati orang yang memegang jabatan itu,"
kata Fessio. “Dan sebagai seorang imam, (saya seharusnya) berbuat lebih baik
lagi. Dan sebagai Yesuit, bahkan lebih dari itu!”
Fessio telah bertemu dengan Paus Fransiskus dan berbicara
kepadanya secara langsung.
“Saya benar-benar berbicara dengan Bapa Suci sekali,” katanya
kepada LifeSiteNews. “Selama empat puluh lima menit. Saya memberi tahu dia
tentang keadaan yang saya sadari saat ini, dan saya berkata 'Bapa Suci, saya
percaya anda sudah banyak memikirkannya, tetapi saya ingin menyampaikan satu
hal: tolong lakukan sesuatu tentang hal ini'."
Imam itu mengatakan bahwa seandainya dia dapat berbicara
langsung kepada Bapa Suci tentang kesaksian Archbishop Viganò saat ini, dia
akan mengucapkan kata sambutannya dengan mengatakan bahwa setiap orang
mengagumi keinginan paus untuk melayani orang miskin, untuk mengirimkan Gereja
kepada orang pinggiran, dan untuk menyertai orang-orang dan membantu mereka memahami
keadaan yang ada.
"Pada saat yang sama, agar otoritas moral itu diterima
oleh orang-orang, haruslah ada transparansi," kata Fessio yang akan
memberi tahu Paus Francis. “Anda memberi kesan mengkritik siapa pun yang mengajukan
pertanyaan sulit kepada anda. Dan tindakan anda itu tidak bagus. ”
“Anda harus melakukan yang terbaik untuk menjawab berbagai
pertanyaan, apakah anda pikir itu pertanyaan jujur ataupun tidak. Jika
pertanyaan itu sendiri substansiil, maka hal itu diperlukan jawaban,” kata imam
itu.
Fessio tidak berpikir bahwa jawabannya adalah “klerikalisme”
ketika menyangkut masalah akar dari krisis pelecehan seks para klerus dan kemudian
menutup-nutupinya. Ini adalah jawaban atas krisis yang telah disulut
oleh Paus Fransiskus dan yang lain-lainnya, seperti Kardinal
Blase Cupich dari Chicago.
“Ada ... penafsiran yang menyesatkan oleh pejabat tinggi gereja
bahwa ini adalah masalah klerikalisme, itu bukan masalah homoseksualitas,”
katanya. “Tetapi tidak, tunggu sebentar. Siapa pun yang memiliki mata untuk
melihat akan mengenali bahwa 80% dari kasus ini adalah berupa predasi imam terhadap
anak atau orang laki-laki.”
Fessio telah bertemu dengan Uskup Agung Viganò juga, secara
pribadi, pada ‘setidaknya satu kesempatan’, di sebuah sarapan pagi yang panjang.
“Dia penggemar Ignatius Press. Dia membaca banyak buku kami, ”kata Fessio. “Dia
ikut menyusun buku Pastor Elijah, sebuah
novel karya Michael O’Brien. Dia adalah lelaki yang berbudaya.”
Fessio juga melakukan percakapan telepon dengan mantan dubes
Vatikan, yang paling dikenang selama kunjungan Paus Fransiskus ke Washington,
D.C.
“Uskup Agung Viganò memanggil saya, dan dia ingin membeli
salinan buku Kardinal Sarah God or Nothing
untuk diberikan kepada para seminaris yang ada di sana ketika Paus berada di Washington
DC,” kata Fessio kepada LifeSiteNews. "... Saya telah membuat kesepakatan
dengannya dan memberinya harga yang bagus!"
Pastor Fessio telah membaca kesaksian Viganò hingga dua atau
tiga kali, ‘dengan sangat hati-hati’.
"Sebagian besar berkaitan dengan pernyataan faktual
berdasarkan dokumen yang mengakui jawaban Ya-atau-Tidak - atau sebuah dokumen
yang bermanfaat.”
‘Marilah kita publikasikan beberapa hal yang menyerukan pembaharuan’
Sementara kita memahami perlunya kerahasiaan dalam hal
tertentu dalam kehidupan Gereja, tetapi Fessio juga percaya dan mengatakan bahwa
kerahasiaan itu, dengan alasan apapun, adalah salah.
"Saya berpikir bahwa ada sebuah peran dalam kehidupan -
dan di dalam Gereja – untuk melakukan kerahasiaan, dan untuk menghormati privasi"
katanya. “Pada saat yang sama saya pikir hal itu juga bisa disalahgunakan. Dan
saya pikir hal itu sekarang telah dan sedang disalahgunakan dalam banyak kasus,
ketika ada fakta-fakta memalukan yang disembunyikan hanya untuk mencegah
orang-orang tertentu merasa malu.”
Pastor Fessio mengatakan bahwa sumpah rahasia kepausan dimana
staf dan diplomat Vatikan, seperti Viganò, diharuskan untuk melakukannya, "mungkin
hal itu tidak bermoral".
Mereka yang melakukan sumpah
itu, berjanji bahwa mereka tidak akan melanggar kerahasiaan "bahkan untuk hal-hal
yang paling mendesak dan paling serius, atau (bahkan) untuk kebaikan yang lebih
besar."
“Saya menemukan beberapa pejabat Vatikan yang berbohong
kepada saya,” kata Fessio mengungkapkan dan, sebagai contoh, dia mengutip
kesepakatan sebuah buku kepausan yang serba salah dan tidak tentu maksudnya.
"Pejabat Vatikan itu memberi tahu Kardinal Schönborn, ‘Oh,
saya harus berbohong kepada Pastor Fessio untuk melindungi reputasi Paus,’ “
demikian kata imam penerbit (pastor Fessio) itu. "Saya harus berbohong
kepada pastor Fessio" - itulah mentalitas yang berlaku di sana."
"Saya pikir bahwa budaya kerahasiaan seperti itu harus
dikurangi dengan berbagai cara," dia menyimpulkan.
"Informasi yang penting dan benar bagi umat beriman
harus selalu tersedia."
Fessio mengatakan bahwa dokumen setebal 300 halaman yang
diberikan kepada Paus Benediktus - yang merinci jaringan homoseksual dalam
hierarki Gereja - harus ditinjau ulang oleh sebuah tim, dan bagian-bagian yang
seharusnya diungkapkan kepada publik, harus diungkapkan.
Lebih dari itu, dia menunjukkan, Paus Fransiskus dipilih
untuk menjadi seorang pembaharu dalam pemerintahan Vatikan.
"Salah satu alasan kami untuk memilih Paus Fransiskus
adalah untuk mereformasi Kuria Romawi," kata Fessio. "Orang dari luar.
Seseorang yang berbicara sederhana. Seseorang yang memeluk orang miskin dan
setia di dalam hatinya. Semua hal yang baik. Nah, jika kita akan mereformasi Kuria,
mari kita publikasikan segala hal yang menyuarakan reformasi.”
"Itulah yang saya yakini telah dilakukan oleh Viganò,"
katanya.
Imam penerbit itu, Fessio, tidak percaya bahwa pengungkap
fakta Vatikan (Viganò) memiliki motif untuk kepentingan dirinya sendiri.
"Saya telah berbicara dengan orang-orang di Roma,
teman-teman yang mengenalnya, dan mereka semua mengatakan hal yang sama: bahwa
dia (Viganò) adalah orang yang baik, dia konservatif, dia orang yang berpikiran
tradisional, dia berpikiran adil dan dia sangat dihormati di Vatikan selama
bertahun-tahun,” kata Fessio.
"Pertanyaannya, apakah itu benar atau tidak benar,"
kata Fessio. “Dan ada orang-orang yang bisa menjawab pertanyaan itu. Ada
dokumen di kedubes Vatikan di Washington DC dan di
Sekretariat Negara Vatikan. Marilah kita buat dokumennya saja,
anda akan tahu!”
Fessio memperoleh gelar doktor dalam bidang teologi dari
Universitas Regensburg, dan pembimbing tesisnya adalah Joseph Ratzinger -
sekarang Paus Emeritus Benediktus XVI. Fessio mengatakan kepada CNN bahwa
Benediktus XVI sendiri telah mengungkapkan pendapat-pendapatnya yang halus
tentang krisis di dalam Gereja kontemporer. Misalnya, pujian Paus Emeritus itu
kepada salah satu Kardinal Dubia adalah merupakan pesan ‘tersamar’.
Benediktus
mengatakan bahwa almarhum Kardinal Meisner, kardinal pengusung dubia, pada
akhir hidupnya, “…belajar untuk melepaskan segalanya dan hidup dari keyakinan
yang mendalam bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan Gereja-Nya, terutama ketika bahtera
(Gereja) telah kemasukan begitu banyak air dan telah hampir tenggelam."
"Benediktus punya selera humor yang sangat ringan, dan
dia juga mengecilkan banyak hal," kata Fessio kepada CNN. "Dia tidak
akan mengatakan, 'Gereja sedang berantakan di bawah pemerintahan Francis.'
Tetapi dukungannya kepada Meisner adalah pesan tersamar bahwa dia menyadari apa
yang sedang terjadi di dalam gereja saat ini."
Note: Follow LifeSite's new Catholic
twitter account to stay up to date on all Church-related news. Click here: @LSNCatholic