SAAT PENCOBAAN ITU ADALAH SEKARANG
INI
Jika
seseorang bertanya kepada mbah Google tentang api penyucian, seperti apakah Surga, neraka, seperti apakah pengalaman seputar kematian? (NDE'S- near death
experiences), kehidupan setelah
kematian, dan berbagai masalah yang sama, maka anda akan menemukan ribuan tulisan-tulisan biru yang siap sedia untuk di-klik di internet. Beberapa topik
seperti ‘pengalaman seputar kematian’ telah menjadi topik yang menarik selama
lebih dari tiga puluh tahun belakangan. Namun, kita jarang mendengar tentang Surga, neraka, api penyucian atau Empat Hal Terakhir - Kematian, Penghakiman, Surga,
atau neraka yang disampaikan dari atas mimbar kotbah. Adakah hubungannya untuk
tidak mendengarkan kebenaran-kebenaran yang paling mendasar yang diajarkan Gereja
selama hampir 2.000 tahun ini dengan dengan makanan spirituil yang hambar yang
kita dengar begitu banyak hari-hari ini, karena kita sedang menyaksikan secara
real time kehancuran budaya kita?
Data
yang ada sangatlah jelas: orang-orang sangat tertarik dengan ‘spiritualitas zaman
NOW' ini, hingga mereka meneliti sendiri dan membaca sendiri pokok bahasan ini,
dengan segala resiko dan segala kesesatan penafsirannya. Banyak buku tentang masalah
ini menjadi laris manis. Yesus telah berbicara tentang Surga dan neraka di
dalam Injil, dan Dia tidak bersikap abu-abu atau ambigu mengenai realitas kedua
tempat itu. Seseorang bisa saja pergi ke Gereja selama kehidupannya dan tidak juga
mendengar khotbah tentang api penyucian atau neraka. Seorang imam akan dianggap
terlalu ekstrim atau negatif kalau berbicara tentang hal itu, karena
pembicaraan itu mungkin bisa menyinggung perasaan seseorang jika dia menangani
masalah ini.
Dengan
nada yang sama, orang saat ini tahu ada sesuatu yang salah dalam budaya kita.
Masyarakat berbicara dan bertindak secara ekstrem. Pada yang ekstrem itulah
terletak gangguan yang membusuk di cakrawala, yang sangat membahayakan
masyarakat. Berdasarkan pada hampir semua percakapan, anda sering dapat
mengetahui apakah seseorang yang anda jumpai itu memiliki ‘nada gelombang’
politik dan spiritual yang sama dengan anda atau tidak. Coba bicaralah soal Paus
Francis, Hillary atau Trump, dan genangan air akan segera terpisah seperti oleh
tangan Musa ketika dia melambaikan tongkatnya di atas air itu. Tidak perlu
waktu lama untuk menemukan apakah seseorang memiliki pandangan yang sama atau
bertentangan dengan anda – dalam masalah apapun.
Semakin
kita menjauh dari Tuhan, semakin banyak hal yang gila terjadi di sekitar kita. Ketika
manusia tidak percaya apa-apa, maka dia akan percaya pada apapun. Demikian
juga, ketika manusia percaya pada apapun, maka dia tidak percaya apa-apa. Contoh
yang kita lihat di sekitar kita terlalu banyak untuk disebutkan.
Begitulah
muncul banyak pertanyaan: ke arah mana Gereja sedang berjalan? Kami memiliki
buku-buku yang ditulis oleh orang-orang berkompeten, yang mengisahkan adanya sosok-sosok
berkuasa yang bertindak menjauhi Magisterium Gereja serta ajarannya selama
2.000 tahun, dimana hal ini menggambarkan adanya perselisihan terbuka yang
sekarang sedang terjadi di Roma. Buku-buku seperti The Dictator Paus yang baru
dirilis, menceritakan sebuah kasus yang menarik tentang penghancuran otomatis atas
Gereja dari dalam, dengan kecepatan yang luar biasa besarnya. Doktrin Alkitab yang
telah berdiri tegak sejak lama kini sedang ditentang, dan terkadang dicampakkan
ke luar jendela oleh kelompok-kelompok progresif. Sekarang ini terjadi kardinal
melawan kardinal, dan uskup melawan uskup, seperti yang dinubuatkan di Akita,
Jepang, pada awal tahun 1970an. Penggenapan nubuatan lama kini telah terjadi di
tengah kita.
Beberapa
kardinal, uskup dan klerus berada dalam perselisihan terbuka mengenai pandangan-pandangan
Paus Fransiskus yang sering ambigu, sementara yang lain-lainnya secara diam-diam
tidak setuju dengan pengarahan dari Gereja. Banyak imam yang hidup dalam
ketakutan akan otoritas uskup mereka, karena bisa mendatangkan bahaya jika mereka
memiliki pandangan yang berbeda dari atasannya. Banyak klerus merasa frustrasi
dan hampir putus asa saat mereka melihat arah perjalanan Gereja dan mereka benar-benar
tidak tahu harus berbuat apa.
Kita
bisa melihat sekilas ke mana kita sedang menuju melalui sebuah kutipan yang keras
dari Pastor Ratzinger (Paus Benediktus XVI) saat ia mengajar teologi dan
filsafat pada tahun 1969 di Regensburg Jerman. Komentarnya berikut ini
dikatakan empat tahun setelah sesi terakhir dari Konsili Vatikan II. Ini
mungkin merupakan wawasan yang didasarkan pada pengetahuannya tentang sejarah,
sebagai seorang filsuf, sebuah prediksi, atau ucapan kenabian. Meskipun
demikian, inilah yang dikatakan teolog muda itu hampir lima puluh tahun yang
lalu berdasarkan apa yang dia lihat bagi masa depan Gereja.
Gereja akan direstrukturisasi dengan anggota
yang jauh lebih sedikit, yang terpaksa melepaskan banyak tempat ibadah yang telah
diusahakan dengan kerja keras untuk membangunnya selama berabad-abad. Sebuah
gereja Katolik minoritas dengan sedikit sekali pengaruh atas keputusan-keputusan
politik, dan yang secara sosial tidak berarti, yang sengaja dibiarkan untuk dipermalukan
dan dipaksa untuk memulai lagi dari nol ... tetapi inilah yang merupakan sebuah
kekuatan besar akan muncul dari dalam Gereja yang bersifat lebih spiritual dan
sederhana. Pastor
Ratzinger mengatakan bahwa dia yakin bahwa Gereja sedang mengalami sebuah era
yang serupa dengan zaman Pencerahan dan Revolusi Prancis dulu. Dia melanjutkan,
kita berada pada titik balik
yang sangat besar dalam evolusi umat manusia. Saat ini, yang menandai perpindahan dari abad pertengahan kepada
zaman modern, nampak seperti tidak signifikan. Kemudian Profesor Ratzinger
membandingkan era sekarang dengan Paus Pius VI yang diculik oleh tentara
Revolusi Prancis dan meninggal di penjara pada tahun 1799. Gereja berjuang melawan sebuah kekuatan yang
berniat untuk menghancurkannya secara menetap, menyita harta kekayaannya, dan
membubarkan ordo-ordo religius.
Gereja
saat ini dihadapkan pada situasi yang sama, dirongrong oleh godaan untuk
mengurangi imam-imam agar menjadi para pekerja sosial dan semua tugas imamatnya
diturunkan menjadi sekadar tugas politik dan sosial. Dari krisis yang ada saat ini
akan muncullah sebuah Gereja yang telah kehilangan sangat banyak (dari peranan yang
dimaksudkan baginya sejak semula.)
Gereja
sejati ini akan menjadi kecil dan harus memulai segalanya dari awal lagi. Ia
tidak akan lagi menggunakan segala bangunan yang telah didirikannya pada tahun-tahun
awali kemakmurannya dulu. Semakin menurunnya
jumlah umat beriman akan menyebabkan hilangnya bagian penting dari hak-hak
istimewa sosialnya. Ia akan dimulai dengan kelompok-kelompok dan gerakan-gerakan
kecil dan ia akan menjadi sebuah minoritas yang akan membuat iman sejati untuk
dialami dan dijalankan sekali lagi. Ia akan menjadi Gereja yang lebih
spiritual, dan ia tidak akan meminta mandat politik yang digoda dengan berbagai
hak yang bersifat sementara dan cepat berlalu, dan ia akan menjadi sisa Gereja nanti.
Gereja ini akan menjadi miskin dan akan menjadi Gereja dari orang-orang papa.
Kita tidak
boleh mengabaikan perkataan dari tokoh ini, seorang filsuf, teolog, sejarawan, imam,
uskup, kardinal, kepala Kongregasi untuk Ajaran Iman (CDF), dan kemudian menjadi
Paus Benediktus XVI. Berbagai pernyataan yang pada hari-hari ini mengalir
keluar dari Roma akan memiliki pengaruh besar pada generasi-generasi mendatang.
Kita boleh merasa yakin bahwa perubahan-perubahan akan sangat mengejutkan di
semua bidang dan lingkungan sosial, persis seperti apa yang terjadi dengan Konsili
Vatikan II, apakah seseorang setuju atau tidak dengan hasil dari Konsili itu.
Ya, Rhine masih mengalir ke Tiber. Beberapa pejabat tinggi Gereja bukannya menegakkan
kebenaran magisterial, dengan tujuan untuk melindunginya, tetapi seringkali
mereka memimpin melemparkan tunduhan terhadapnya, dari dalam Gereja sendiri. Memang
sulit untuk melawan musuh yang kuat, terorganisir, dan berpengaruh yang berada di
dalam gerbang-gerbang Gereja.
Tetapi
satu hal yang pasti: kita sudah diberitahu bahwa Gereja tidak akan pernah
binasa. Bunda Terberkati mengatakan bahwa kita akan tahu bahwa kita berada di
zaman yang telah dikatakan sebelumnya, dengan melihat kejadian-kejadian itu
sendiri.
Bunda
Maria telah berbicara dari atas atap yang memperingatkan kita, dari tempat-tempat
penampakannya di seluruh dunia, tentang keadaan hari ini dan bagaimana
menghindari akibat-akibat yang mendatangkan kerusakan ini. Ada penampakan dan pesan-pesan
yang benar, meski ada juga yang palsu. Maka kemampuan pembedaan diperlukan dalam
hal ini. Adakah seorang ibu yang tidak memperingatkan anak-anaknya tentang
bahaya yang akan datang kepada mereka? Kejadian-kejadian terus meningkat semakin
cepat dalam beberapa tahun belakangan, dibandingkan dengan waktu-waktu
sebelumnya, dan telah terjadi banyak sekali akumulasi pembusukan rohani yang
memungkinkan Gereja berevolusi kepada keadaan sekarang ini. Tetapi hal itu bukan
terjadi dalam semalam saja, dan anda bisa melihat kepada seminari-seminari
sebagai salah satu tempat lahirnya masalah ini.
Peristiwa-peristiwa
yang disampaikan di tempat-tempat penampakan besar telah terjadi di sekitar
kita saat ini, dan hal itu sering diabaikan dengan resiko bahaya yang akan
diterima oleh orang-orang yang menolak untuk mendengarkannya. Bunda Terberkati
telah berulang kali mengatakan kemana kita semua sedang menuju, dan sekarang hal
itu menjadi jelas bagi mereka yang mau memperhatikannya - masa depan itu sudah ada
di sini. Kita telah berada di saat
pencobaan.
Santo
Yohanes Bosco (1815-1888) melihat dalam penglihatan yang dialaminya mengenai masa
depan Gereja, bagaimana bahtera Petrus akan diombang-ambingkan badai kesana
kemari hingga ia hampir terbalik. Saat bahtera itu melewati dua Tiang Kembar, yaitu
Ekaristi pada satu tiang yang tinggi, dan Bunda Terberkati pada tiang satunya yang
lebih rendah – maka Gereja akan diselamatkan dan ketenangan dipulihkan. Sebagai
Pengantara, Mitra Penebus, dan Pembela umat manusia, maka kita harus berusaha
mengikuti petunjuk dan nasihat Bunda Maria guna menempuh perjalanan yang aman.
Jesus, I Trust In You
Silakan melihat artikel lainnya
disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment