Thursday, May 18, 2023

SSPX Superior General: Sinode ini bertujuan untuk menjungkirbalikkan ajaran Gereja

 

SSPX Superior General:

Sinode ini bertujuan untuk menjungkirbalikkan ajaran Gereja sehingga

'domba menjadi gembala' 

https://www.lifesitenews.com/news/synod-aims-to-turn-church-upside-down-so-that-sheep-become-the-shepherds-sspx-superior-general/?utm_source=daily-world-2023-05-17&utm_medium=email

 

Pastor Davide Pagliarani, Pemimpin Umum (Superior General) SSPX, menyatakan bahwa Sinode tentang Sinodalitas ini menunjukkan konsep revolusioner Gereja Katolik, di mana Allah menyatakan diri-Nya melalui ‘pengalaman umat Allah’ dan bukannya melalui Kitab Suci dan Tradisi.

 

 



 

by Emily Mangiaracina

 

Tue May 16, 2023 - 8:51 pm EDT

 

(LifeSiteNews) - Pemimpin Umum Serikat St. Pius X (SSPX) telah menyoroti "revolusi sinode" saat ini, yang dimaksudkan untuk "mengubah secara mendalam" struktur Gereja dan "di atas segalanya" merubah ajaran imannya sebagai prioritas utama dari paus Francis.

 

Dalam wawancara dengan outlet berita internasional SSPX, pastor Davide Pagliarani menegaskan bahwa sinodalitas telah menjadi “poros prioritas” dari kepausan saat ini, dan bercita-cita untuk mengubah gereja secara radikal.

 

Sinodalitas umumnya mengacu pada proses penegasan kolaboratif dimana keuskupan membentuk atau mengartikulasikan ajaran gereja. Namun, manifestasinya telah berkembang sejak Sinode Para Uskup modern didirikan oleh Paus St. Paulus VI pada tahun 1965. Di bawah paus Francis, praktik “sinodalitas”, khususnya dalam Sinode tentang Sinodalitas saat ini, telah melibatkan konsultasi dengan orang awam, bahkan mereka yang menolak doktrin Gereja dan orang-orang non-Katolik.

 

Untuk menjelaskan pembaruan ini, pada bulan Maret 2018, Komisi Teologi Internasional Kongregasi Ajaran Iman menerbitkan sebuah dokumen yang secara samar-samar mendefinisikan sinodalitas sebagai “tindakan Roh dalam persekutuan Tubuh Kristus dan dalam perjalanan misionaris umat Tuhan."

 

Dengan mengingat definisi yang baru ini, pastor Pagliarani mencirikan proses sinode kali ini sebagai sebuah “keinginan yang teguh untuk menjungkirbalikkan Gereja,” dengan pemahaman baru bahwa “Tuhan tidak mengungkapkan diri-Nya melalui saluran tradisional Kitab Suci dan Tradisi, yang selama ini selalu dijaga oleh hierarki, tetapi melalui ' pengalaman umat Allah.'”

 

Dengan demikian, proses sinode ini memerlukan konsultasi para uskup dengan umat beriman di seluruh dunia, katanya, “dengan perhatian khusus diberikan pada apa pun yang mungkin disarankan oleh jiwa-jiwa yang paling terasing,” yaitu orang-orang yang dirujuk oleh Francis sebagai “orang pinggiran” termasuk orang-orang bukan Katolik.

 

“Ini adalah sebuah Gereja di mana gembala menjadi domba dan domba menjadi gembala,” kata pastor Pagliarani.

 

Pastor Pagliarani berkata bahwa jika iman telah “direduksi menjadi sebuah pengalaman,” baik individu atau kelompok, maka substansi iman itu menjadi “terbuka untuk segala macam kemungkinan evolusi atau pembaruan,” dan pada kenyataannya iman itu justru “harus ditakdirkan untuk berkembang sesuai dengan kesadaran dan kebutuhan akan momen-momen yang berbeda dalam sejarah.”

 

Cara pendekatan sinodal terhadap iman seperti ini kemudian berarti bahwa konsep kita tentang Allah dan Gereja Katolik, “bersama dengan semua elemen dogmatis lainnya dari iman kita,” dirubah dalam arti yang sebenar-benarnya, yang tidak dapat ditarik kembali.

 

Pastor Pagliarani kemudian memberikan contoh nyata dari pernyataan bermasalah yang dikeluarkan oleh dokumen tahun 2022 “Perbesar ruang tenda Anda”, puncak dari fase pertama Sinode global tentang Sinodalitas, yang tampak jelas menentang ajaran Gereja Katolik yang abadi.

 

Pastor Pagliarani pertama-tama membidik deklarasi dokumen tersebut bahwa “Penting untuk membangun model kelembagaan sinode sebagai paradigma gerejawi untuk mendekonstruksi kekuasaan piramidal yang mengistimewakan manajemen unipersonal,” dan bahwa “Satu-satunya otoritas yang sah dalam Gereja haruslah otoritas kasih dan pelayanan, dan mengikuti teladan Tuhan”.

 

Dia menunjukkan bahwa ini tampaknya merupakan penolakan terhadap otoritas pengajaran hierarkis Gereja, dimana dia menulis, “Di sini paus Francis menganjurkan Gereja tanpa doktrin, tanpa dogma, tanpa iman, dan di mana otoritas tidak lagi diperlukan untuk mengajar apa pun.”

 

Bagian kedua yang dilihat oleh pastor Pagliarani sebagai perwujudan "roh dari seluruh teks" membuat apa yang dia kecam sebagai proposal "gila": "Dunia membutuhkan 'Gereja yang maju,' yang menolak pemisahan antara orang beriman dan orang tidak beriman."

 

Pernyataan seperti itu dapat ditafsirkan sebagai menolak pentingnya iman supranatural demi keselamatan kekal, dan menyangkal pentingnya, dan bahkan kebutuhan akan Gereja itu sendiri. Namun, pastor Pagliarani menegaskan bahwa gagasan semacam itu merupakan perpanjangan logis dari penyangkalan iman sebagai "realitas supernatural yang otentik", yang mendukung konsep bahwa pengalaman iman itu adalah "hanyalah satu pengalaman di antara yang lain".

 

Menurut pastor Pagliarani, ide-ide yang mendasari proses sinode kali ini adalah jauh dari baru, dan sebenarnya ia dapat ditelusuri kembali lebih dari satu abad yang lalu kepada sebuah ajaran sesat yang dikutuk oleh ensiklik Pascendi Santo Pius X. Dia menegaskan bahwa sinodalitas sebenarnya merepresentasikan “modernisme yang matang dan sempurna”.

 

Pastor Pagliarani menutup wawancaranya dengan menegaskan perlunya SSPX untuk “mempertahankan dan menjamin kebebasan penuh bagi para imamnya dan umat beriman untuk merayakan liturgi tradisional,” karena Vatikan semakin menindas Misa Latin Tradisional dalam apa yang diakui oleh Pastor Pagliarani sebagai tujuan pemusnahan TLM yang jelas.

 

Pastor Pagliarani menekankan bahwa misi SSPX sendiri untuk melestarikan TLM berjalan seiring dengan melestarikan “teologi Katolik tradisional yang menyertai dan menopang liturgi yang sama ini.”


Mengutip Kardinal (Arthur) Roche, perubahan doktrin, yang dilakukan melalui KV II, memang telah mengilhami Misa Baru! Demikian kata pastor Pagliarani.

 

Dia sebelumnya mengutip pernyataan Roche selama siaran Radio BBC 4 Maret 2023 di mana dia mengklaim, “Teologi Gereja telah berubah. Padahal sebelumnya imam mewakili, dari jarak tertentu, semua orang. Mereka disalurkan, seolah-olah, melalui orang yang sendirian merayakan Misa. [Namun, hari ini], bukan hanya imam yang merayakan liturgi, tetapi juga mereka yang dibaptis bersamanya. Dan itu adalah pernyataan yang sangat besar untuk dibuat.

 

Pastor Pagliarani melanjutkan, “Hanya ada satu jenis kasih yang menyelamatkan – karena hanya ada satu kasih sejati yang memurnikan: Kasih kepada Salib, Kasih akan Penebusan Ilahi… Namun, kasih seperti ini tidak dapat ada tanpa iman, atau tanpa orang (imam-imam)  yang mengajarkannya.”

 

-------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini:

 

Gisella Cardia, 3 Mei 2023

Pastor Frank Pavone: 10 prinsip yang harus diingat umat Katolik tentang Setan

LDM, 8 Mei 2023

Nostalgia: Seorang Maois Membuat Francis Bahagia

LDM, 13 Mei 2023

Pedro Regis 5436 - 5440

LDM, 17 Mei 2023