BERHATI-HATILAH TERHADAP SI PEMECAH-BELAH, KARENA DIA
TELAH BERADA DITENGAH-TENGAH KITA
Tetapi aku
menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang
bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan
dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka! Sebab orang-orang demikian tidak
melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan
kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu
orang-orang yang tulus hatinya. (Rm. 16:17-18)
Tetapi
hindarilah persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah,
percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat, karena semua itu tidak
berguna dan sia-sia belaka.
Seorang bidat
yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi.
Engkau tahu
bahwa orang yang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum
dirinya sendiri. (Titus
3:9-11)
Setan sedang
bekerja keras di dalam Gereja Katolik. Orang bisa beralasan bahwa hal itu telah lama terjadi dan
selalu seperti itu, tetapi ada sesuatu yang berbeda saat ini. Seperti yang
dikatakan oleh Cardinal Burke baru-baru ini
yang mengulangi nubuatan Bunda Maria di Akita,
“Jika hal ini (usaha untuk membela dan mempertahankan
perkawinan) berarti akan terjadilah kardinal-kardinal melawan
kardinal-kardinal, maka kita bisa menerima kenyataan bahwa … bahwa di dalam
keadaan itulah kita berada saat ini.”
Salah satu kaidah yang paling sering diulang-ulang dalam
wacana ajaran Katolik dan mungkin juga yang paling jelas disampaikan adalah
bahwa : Iblis selalu menyerang keluarga.
Dia telah melakukannya sejak di Taman Eden dulu. Meskipun hal itu telah diramalkan,
tetapi ia terjadi dengan alasan: karena keluarga adalah merupakan batu bata fundamental
dari peradaban, bangsa, dan yang paling penting, Gereja. Setiap pernikahan,
dengan caranya sendiri, adalah merupakan gambaran dari persekutuan dari
pribadi-pribadi yang hadir di dalam Tritunggal Yang Mahakudus, sebuah lingkaran
persatuan dan cinta yang menghidupkan yang bersifat mandiri. Ini adalah tempat
di mana jiwa-jiwa yang dilahirkan ke dunia ini dan, jika orang tua melakukan tugasnya
dengan baik, meninggikan anggotanya untuk mengenal kebenaran dan masuk ke dalam
misteri-misteri iman Katolik, satu-satunya jalan menuju keselamatan kekal. Menghancurkan
keluarga, melemahkan realitas pokok yang mendasari institusi paling kuno dari kemanusiaan,
berarti mengobrak-abrik tatanan penciptaan dan mencemari ekonomi keselamatan.
Dalam skala yang lebih luas dan dalam tataran mistik,
Gereja Allah adalah juga sebuah keluarga, Mempelai Mistik Kristus, yang berada
satu daging dengan Mempelai Ilahi (Yesus), dimana persekutuan mereka melahirkan
‘jiwa-jiwa yang telah diperbaharui dan dibersihkan,’ yang dihiasi oleh tanda
yang tak terhapuskan, yaitu tanda pembaptisan, yang berarti bahwa ia sudah
dipersiapkan bagi Surga. Bersama-sama, Mempelai Mistik (Gereja) dan Kekasih
Surgawinya (Yesus Kristus) membesarkan Anak-anak Iman, mengasuh mereka,
mengajari mereka, menyuapi mereka, memberi mereka pakaian rahmat dan memberi
makan dengan Roti Kehidupan, yaitu Tubuh dan Darah Kristus.
Karena itu tidaklah mengherankan jika setan
memusatkan serangannya yang keji terhadap institusi ini (Gereja).
Apa yang nampak sedang terjadi di dalam Gereja saat
ini tidak lain adalah sebuah kemenangan bagi setan. Musuh telah bersekongkol,
merancang, menunggu, menyerang, dan anak-anak Allah menjadi tercerai-berai.
St.Paulus telah memperingatkan uskup-uskup di Efesus:
“Karena itu
jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh
Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya
dengan darah Anak-Nya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi,
serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan
menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari
antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu
mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut
mereka (Kis.20:28-30).
Serangan ini berasal dari dua jurusan: dari luar,
yaitu dari kuasa-kuasa neraka, yang berusaha melemahkan dan membusukkan
keluarga Gereja, terutama pada para gembalanya; dan serangan dari dalam,
menggunakan orang-orang dalam Gereja yang telah dibusukkan oleh setan, yang
bertindak sebagai serigala yang menerkam siapa saja yang masuk diantara kawanan
domba, menyerang setiap ajaran Kristus mengenai sexualitas manusia serta
perkawinan, dengan tidak membiarkan satupun anggota kawanan yang terluput.
Ada sementara orang dalam keluarga Katolik yang mau
mematuhi peringatan dari St.Paulus diatas. Dan mereka juga mau mendengarkan
nasihat dari St.Petrus :”Sadarlah dan
berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang
mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman
yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung
penderitaan yang sama.” (1 Pet. 5:8-9). Dan mereka yang telah memutuskan untuk menolak
serangan-serangan musuh, mereka yang memilih untuk tetap tabah dan teguh dalam
ajaran Allah, mereka adalah tetap terhormat, tak terusik dan tidak berubah; dan
tidak ada satupun uskup ataupun hirarki Gereja, betapapun tingginya kedudukan
mereka, yang bisa mempengaruhi apa yang bersifat kudus.
Seperti yang
dikatakan oleh uskup Athanasius
Schneider bulan Nopember 2016 lalu:
Kenyataannya, suatu Perintah Ilahi, dalam kasus kita
saat ini adalah Perintah ke enam, tak terceraikannya Sakramen Perkawinan,
sebuah aturan yang telah disahkan secara Ilahiah, memiliki makna bahwa mereka
yang berada dalam keadaan dosa berat tidak boleh menerima Komuni Kudus. Hal ini
telah diajarkan oleh St.Paulus dalam suratnya yang diilhami oleh Roh Kudus yang
tertuang dalam 1 Kor.11:27-30, dimana hal ini tak bisa dibatalkan, sama seperti
Keilahian Kristus yang tak dapat dibatalkan oleh siapapun. (1Kor 11:27-30 : Jadi
barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia
berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang
menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan
itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia
mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah
dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.) Seseorang yang masih terikat pada Sakramen Perkawinan
yang tak bisa diputuskan itu, namun dia hidup dalam hubungan kumpul kebo dengan
orang lain, maka Hukum Ilahi tidak mengijinkan dia untuk menerima Komuni Kudus.
Jika Gereja saat ini secara terbuka mengijinkan hal itu, seperti yang banyak
terjadi saat ini di berbagai negara, berarti Gereja melakukan penyangkalan
terhadap kaidah ‘tak terceraikannya’ perkawinan Kristiani dan pada saat yang
sama ia menolak Perintah ke enam dari Allah “Jangan berzina’. Tak ada institusi
manusia, bahkan paus sendiri, ataupun sebuah Konsili Ekumenis, yang memiliki
kewenangan dan kompetensi untuk membatalkan bagian yang paling kecil sekalipun,
meski dengan cara tidak langsung, Sepuluh Perintah Allah ataupun Sabda Kristus
yang berbunyi: ‘Demikianlah mereka bukan
lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak
boleh diceraikan manusia.’(Mat 19:6)
[…]
Justru di dalam jantung Gereja itulah saat ini ada
sejumlah orang yang berusaha menggerogoti dan melemahkan ajaran Tuhan kita,
dimana hal itu telah menjadi sebuah kenyataan yang bisa disaksikan oleh seluruh
dunia berkat jasa dari internet serta usaha keras dari beberapa jurnalis
Katolik yang sangat peduli terhadap apa yang sedang terjadi terhadap Iman dan
Gereja Katolik, karena mereka sangat menghargai harta warisan dari Yesus
Kristus. Saya merasa sangat bersyukur demi melihat adanya beberapa orang
jurnalis Katolik serta para blogger internet yang telah bertindak sebagai para
pejuang Kristus yang menyoroti agenda-agenda para klerus yang sedang melemahkan
ajaran abadi dari Tuhan kita. Para kardinal, uskup-uskup, imam-imam dan
keluarga-keluarga Katolik, kaum muda Katolik, seharusnya berkata dalam hati
mereka : Saya tidak mau berkompromi dengan semangat ‘berhala-baru’ dari dunia
ini, meskipun semangat itu telah disebar-luaskan oleh beberapa orang uskup dan
kardinal. Saya tidak mau menerima kesesatan dan penyalah-gunaan mereka terhadap
Kerahiman Ilahi yang kudus serta paham ‘Pentekosta baru’ mereka; Saya tidak mau
menaburkan serbuk kemenyan di hadapan patung idola mereka yang berupa ‘ideologi
gender’, di hadapan ‘perkawinan kedua’, di hadapan perzinahan, meskipun uskup
saya melakukan hal itu, tetapi saya tetap tidak mau. Dengan pertolongan Rahmat
Allah saya akan memilih untuk menderita daripada mengkhianati seluruh kebenaran
dan ajaran Kristus dalam masalah sexualitas manusia dan perkawinan.
Terutama saat ini, kekuatan-kekuatan yang telah
menyatu untuk melawan lonjakan kesesatan dalam Gereja, yang kini bergerak menderu-deru seperti luncuran gunung
es, ternyata mereka juga dimanipulasi. Dalam beberapa minggu belakangan ini
saya melihat tumbuhnya semangat perpecahan diantara mereka yang seharusnya
bersatu di bawah panji-panji Kristus. Seperti sulur-sulur asap, musuh menabur
benih keraguan dan perpecahan yang sangat halus sekali sehingga kita tidak bisa
mengetahuinya. Kita menyibukkan diri dengan berbagai argumen yang tidak
berhubungan dengan kenyataan bahwa setan sudah ada di hadapan kita. Kita
melihat bahwa kesalahan orang-orang, dengan siapa kita bersekutu, telah mampu
membuat kita menjadi gelisah. Beberapa dari sahabat kita, dengan siapa kita
berjuang bersama untuk melawan tantangan mendatang, telah berbalik dan
menempatkan dirinya berawanan dengan kita.
Saya yakin bahwa peristiwa-peristiwa ini, yang saya
lihat semakin bertumbuh kejadiannya, adalah buah dari kampanye peperangan spirituil
-- gangguan dan provokasi yang disengaja - yang dirancang untuk melemahkan efektivitas
kita, untuk menghilangkan kesadaran kita, dan untuk menguras energi kita . Berhati-hatilah
terhadap si pemecah-belah itu, yang sudah berada di tengah-tengah kita, yang
menggodai kita untuk berpikir bahwa tujuan kita adalah lebih adil, penilaian kita
adalah lebih tepat, dan metode-metode kita lebih patut dipuji. Carilah
tanda-tanda penipuan dalam hidup anda sendiri selama saat-saat sulit sekarang
ini. Waspadalah selalu terhadap konflik dan kepahitan serta gosip dan perdebatan
yang sia-sia dan penilaian yang dilakukan pada orang-orang yang setuju dengan anda
atas hal-hal yang penting - penilaian bahwa mereka tidak cukup layak, tidak
cukup bersifat Katolik, tidak cukup berkomitmen untuk mengatasi penyebab dari
semuanya ini. Buanglah semua itu. Berdoalah lebih banyak lagi. Mohonlah kebijaksanaan
dan tuntunan dari Tuhan. Janganlah melakukan sesuatu tanpa lebih dahulu memohon
agar Roh Kudus bekerja melalui anda, lakukanlah segala sesuatu demi Tuhan kita,
melalui doa.
Kita telah bertempur melawan kerajaan-kerajaan dan
penguasa-penguasa, yang lebih cerdik dan lebih mampu daripada kita. Mereka tahu
bagaimana cara menipu, bagaimana menyulut dan memancing peristiwa-peristiwa,
bagaimana memanipulasi orang dan keadaan sesuai dengan kelemahan sifat
manusiawi kita. Apakah kita lebih baik daripada mereka yang telah tunduk kepada
tipuan musuh? Bukankah kita telah melihat adanya pemimpin-pemimpin perjuangan
yang kita hormati dan kita percayai, tetapi kemudian mereka berbalik karena
kuasa-kuasa kegelapan dan menyingkir dari medan pertempuran? Kita tak akan bisa
menang sedikitpun juga jika Allah tidak berpihak kepada kita. Kita harus ingat
untuk selalu merendahkan diri, memohon untuk menjadi saranaNya hanya demi
kemuliaanNya saja, bukannya memanfaatkan Tuhan di dalam pekerjaan yang kita
percayai adalah demi Dia, sebagai sarana untuk membesarkan diri kita sendiri.
Tindakan seperti ini bisa saja terjadi pada diri kita. Jika musuh sudah
menemukan jalannya, maka dia bisa masuk ke dalam diri kita semua.
Berjuanglah seolah jiwa anda tergantung kepada
perjuangan itu, dan memang seperti itulah keadaannya.
Hanya Tuhan yang bisa membendung gelombang yang
datang kepada kita saat ini. Hanya
TanganNya saja yang dapat mengarahkan kita ke arah kemenangan. Namun, kita
tidaklah dibebaskan dari tugas kita. Mereka yang tetap berada di dalam
pertempuran ini untuk merebut jiwa Gereja dan perlindungan terhadap keluarga akan
menjadi garis pertahanan terakhir. Tidak akan ada orang yang datang untuk
menyelamatkan kita. Sedikit uskup yang telah berani berbicara mengenai
kebenaran secara terbuka, sangat mungkin mereka adalah orang-orang yang akan
menjadi pejuang sejati. Kita tidak bisa menempatkan harapan kita pada ‘mesin
pembuat solusi’. Kita telah berada di ambang perpecahan besar, dan jika kita
tidak berpegang teguh di dalam Iman akan Yesus Kristus, jika kita tidak
memastikan bahwa kita melakukan kehendak Kristus dan bukan keinginan kita
sendiri, maka kita akan gagal.
Waspadalah. Berusahalah selalu berada dalam keadaan
rahmat. Berhati-hatilah jika anda mendengar bisikan orang-orang yang justru
mengacaukan jiwa anda, yang mendorong anda untuk berselisih dengan mereka yang bersekutu
dan bersahabat dengan anda. Musuh telah mengepung kita. Jumlah mereka lebih banyak
dari pada kita. Mereka lebih kuat. Tetapi ingatlah akan semboyan peperangan Kristus
sendiri: “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu adalah
mungkin.”
No comments:
Post a Comment