Apakah NSA (Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat) terlibat dalam menekan Paus Benediktus XVI untuk mengundurkan diri dari kepausan?
'Jangan lupa bahwa kepausan Benediktus telah diperebutkan sejak awal, dengan cara yang sebenar-benarnya, oleh semua media, kekuatan keuangan, the deep state, dan pemerintah AS.'
Fri Jan 6, 2023 - 9:15 pm EST
(LifeSiteNews) — Dalam sebuah wawancara khusus dari Roma, reporter senior Vatikan, Marco Tosatti, duduk bersama John-Henry Westen dari LifeSite untuk membahas segala sesuatu mulai dari Uskup Agung Carlo Maria Viganò yang selalu blak-blakan, pengunduran diri Paus Benediktus XVI, dan dukungan meresahkan paus Francis kepada Tata Dunia Baru.
Sementara wawancara itu mencakup berbagai topik, tampaknya aspek diskusi yang paling menarik sampai pada topik pengunduran diri Paus Benediktus XVI tahun 2013, dan pernyataan baru-baru ini oleh pensiunan brigadir jenderal Italia, Piero Laporta.
Seperti yang dilaporkan oleh Maike Hickson dari LifeSite pada hari Kamis, menjelang pemakaman Benediktus, jenderal Laporta, yang sejak pensiun dari militer Italia telah berpindah karir sebagai penulis Katolik, mengungkapkan bahwa hanya beberapa minggu setelah pemilihan Joseph Ratzinger ke tahta kepausan di 2005, seorang pejabat Badan Keamanan Nasional AS (NSA) "membual tentang pengunduran diri yang akan segera dipaksakan kepada H.H. Benediktus XVI dan membuang ingatan sebagai orang yang dihormati."
Menanggapi hal ini, Tosatti mengatakan kepada Westen bahwa sebagai seorang yang mengenal jenderal Laporta secara pribadi, dia cenderung percaya bahwa Laporta adalah sumber yang “dapat diandalkan”.
“Ketika dia [Laporta] mengirimi saya artikel ini, di mana dia berbicara tentang seseorang yang berhubungan dengan intelijen yang membual bahwa Benediktus akan mengundurkan diri dalam beberapa minggu setelah pemilihannya menjadi paus, saya hanya bertanya ‘siapa orang itu.’ Saya tidak dapat menyebutkannya, tetapi saya membuat sedikit penelitian di sana-sini, dan saya melihat bahwa itu… adalah sejalan dengan lanskap yang ada,” kata Tosatti kepada Westen.
“Jangan lupa bahwa kepausan Benediktus telah diperebutkan sejak awal, dengan cara yang sebenar-benarnya, oleh semua media, kekuatan keuangan, the deep state dan pemerintah AS, pemerintahan Clinton, pemerintahan Obama, dan seterusnya dan seterusnya,” reporter veteran Vatikan itu melanjutkan.
Tosatti kemudian mengingatkan Westen bahwa gagasan pemerintah AS dapat terlibat dalam plot untuk merusak Gereja Katolik bukanlah tanpa preseden, karena email yang dirilis oleh Wikileaks pada tahun 2016 menunjukkan bagaimana John Podesta, ketua kampanye kepresidenan Hilary Clinton, sering bertukar pikiran dengan Obama -- terkait eksekutif nirlaba, Sandy Newman, tentang bagaimana memicu "revolusi" di dalam Gereja.
“Nah, jangan lupa bahwa ada email Podesta… yang jelas bahwa pemerintah AS dan badan intelijen AS berusaha untuk… melakukan kudeta di Vatikan dengan cara… Saya pikir semua ini [informasi dari Laporta] sangat koheren… mengingat keadaan sekarang dan apa yang terjadi nanti,” kata Tosatti.
Tosatti dan Westen kemudian membahas perbedaan radikal, khususnya masalah pro-kehidupan, antara kepausan Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI bila dibandingkan dengan Francis.
“Kami beralih pembicaraan dari Yohanes Paulus II, yang menentang semua sarana untuk mengendalikan populasi, dan Benediktus, yang melakukan hal yang sama, dan secara tiba-tiba Francis benar-benar membatalkan ide kedua tokoh itu dan mereka semua (orang-orang yang menginginkan kehancuran Gereja) mulai berdatangan ke Vatikan,” kata Westen.
“Ketika Anda mengizinkan seorang wanita untuk membunuh anaknya di dalam rahim, berarti Anda juga dapat mengizinkan segalanya … Jadi, poin sebenarnya adalah ini … bahkan jika Francis kadang-kadang mengatakan hal-hal yang sangat kuat tentang aborsi, tetapi kenyataannya dia justru mendukung semua orang di dalam Gereja yang mendukung aborsi, hal itu jelas kelihatan. Anda lihat, dia mengatakan sesuatu, tetapi dia bertindak sangat berbeda ketika dia memilih orang-orang, dan politik, dan semua tindakannya,” jawab Tosatti.
Menjelang akhir wawancara, Westen dan Tosatti juga bicara soal potensi hubungan antara masalah Vatikan dengan sistem perbankan SWIFT internasional pada tahun 2013, dan apakah situasi itu memiliki relevansi dengan pengunduran diri Benediktus yang mengejutkan.
Selain pengunduran diri Benediktus, Westen dan Tosatti juga membahas hubungan profesional yang terakhir dengan Viganò, dan mengapa Viganò memilih untuk bersembunyi pada tahun 2018 setelah berbicara menentang predator seksual dan kardinal Theodore McCarrick yang sekarang hanya sekedar diberhentikan dari imamatnya tanpa sanksi hukuman fisik lainnya, dimana hal ini terjadi berkat campur tangan Francis.
Kedua reporter Katolik itu juga berbicara tentang tuduhan baru-baru ini terhadap pastor Yesuit, Pastor Marko Ivan Rupnik, yang diduga telah melakukan pelecehan psikologis dan seksual terhadap para biarawati selama bertahun-tahun.
Selama percakapan ini, Tosatti berbicara tentang penyelidikannya sendiri atas masalah tersebut, dan kenyataan yang mengejutkan bahwa ekskomunikasi atas diri pastor Rupnik telah dicabut tak lama setelah hal itu diumumkan.
-------------------------------------
Silakan membaca artikel lainnya di sini:
Giselle Cardia, 3 Januari 2023
Dokumen Sinode Secara Radikal Menjungkirbalikkan Ajaran Kristen
Traditionis Custodes Francis Membuat Benediktus XVI 'Merasa Sangat Nyeri Di Hatinya'
Para uskup Swiss mengkonfirmasi keberadaan mafia St.Gallen