Wednesday, January 25, 2023

Uskup Jerman Kontroversial Ini Mungkin Segera Menjadi Kepala Bagian Doktrin Vatikan

  

Bishop Heiner Wilmer.

(photo: Sabrina Becker / CC BY-SA 4.0)

  

Uskup Jerman Kontroversial Ini Mungkin Segera Menjadi Kepala Bagian Doktrin Vatikan

 https://www.ncregister.com/news/this-controversial-german-bishop-may-soon-be-vatican-s-doctrinal-head?fbclid=IwAR1_PILm4bVGrn0qYMTfExz4Ijlv8Z4iPQsX0pyJ_tl4hSU2h7SDPBPWgdM

 

 Uskup Heiner Wilmer, yang telah menjadi pendukung vokal proposal paling kontroversial Jalan Sinode Jerman, dilaporkan 'kemungkinan besar' dipilih oleh paus Francis untuk mengepalai Dikasteri untuk Ajaran Iman. 

 

By Jonathan Liedl 

 

Vatican, January 23, 2023 

Beberapa minggu yang lalu, penunjukan seorang uskup Jerman yang kontroversial untuk peran prefek Dikasteri Ajaran Iman yang berpengaruh, dilaporkan diblokir oleh para kardinal yang merasa khawatir dengan perilaku Uskup Heiner Wilmer, dan mendesak Paus Francis untuk menentang penunjukan tersebut, Sekarang, Uskup Heiner Wilmer sekali lagi dilaporkan menjadi pilihan paus Francis untuk mengepalai kantor Vatikan untuk bidang doktrin. 

Uskup Wilmer, yang mengepalai Keuskupan Hildesheim Jerman dan mengeluh pada empat bulan lalu karena Jalan Sinode Jerman telah gagal menyetujui teks yang menyerukan perubahan radikal terhadap ajaran Gereja tentang seksualitas, dan kini dikabarkan dirinya sedang dipertimbangkan oleh paus Francis untuk menggantikan Kardinal Luis Ladaria sebagai prefek untuk Dikasteri Ajaran Iman pada bulan Desember. Tetapi intervensi dari sejumlah wali gereja berpangkat tinggi, termasuk, diduga, mendiang Kardinal George Pell, mempertanyakan kelayakan doktrinal Uskup Wilmer, dan dilaporkan menghalangi Paus untuk bergerak maju dengan pemilihan dirinya -- setidaknya untuk sementara. 

Dan sekarang, menurut situs Italia tradisionalis Messa In Latino, pencalonan Uskup Wilmer sekali lagi dipertimbangkan dengan kuat oleh paus Francis. Sebuah surat terbuka dari dewan redaksi situs web tersebut kepada paus Francis menggambarkan penunjukan Uskup Wilmer sebagai “kemungkinan.” 

Ketertarikan paus Francis terhadap Uskup Wilmer muncul di tengah kebuntuan Vatikan yang sedang berlangsung dengan keuskupan Jerman atas Jalan Sinode yang kontroversial, sebuah proses yang tidak mengikat di Gereja Katolik Jerman, yang mencari perubahan heterodoks terhadap pemerintahan gerejawi, penahbisan sakramental, dan pengajaran atas masalah seksualitas. 

Pada pertemuan antara kepala kantor kuria Vatikan dan para uskup Jerman pada November 2022, Kardinal Ladaria mengkritik usulan Jalan Sinode Jerman untuk “mereduksi misteri Gereja menjadi lembaga kekuasaan belaka ... yang harus berada di bawah kendali pengendali super secepat mungkin.” Para pejabat Vatikan menyerukan "moratorium" di Jalan Sinode, yang dengan cepat ditolak oleh keuskupan Jerman. 

Menurut risalah pertemuan, Uskup Wilmer mendukung semua teks Jalan Sinode yang diusulkan pada pertemuan terakhirnya pada September 2022, termasuk yang menyerukan pembentukan Dewan Sinode permanen, penahbisan wanita untuk menjadi imam, dan pengampunan moral atas hubungan seksual dari jenis kelamin yang sama. 

Mengenai teks yang menyerukan perubahan heterodoks terhadap ajaran Gereja tentang seksualitas, yang disiratkan oleh Kardinal Ladaria memberikan “kesan umum” bahwa “tidak ada yang dapat diselamatkan atau dilestarikan” dalam ajaran ortodoks Gereja, “bahwa semuanya harus dirubah,” Uskup Wilmer tidak hanya mendukung tindakan tersebut, tetapi menyesalkan bahwa tindakan tersebut tidak mendapat cukup dukungan dari para uskup Jerman pada pertemuan bulan September untuk diadopsi secara resmi. 

“Saya memilih makalah kebijakan tentang reformasi ajaran seks Katolik dan saya sangat kecewa karena dua pertiga mayoritas uskup tidak tercapai,” kata uskup Jerman berusia 61 tahun itu setelah pemungutan suara yang gagal. “Ini benar-benar peredam bagi setiap orang yang bekerja untuk pembaharuan gereja kita karena iman. Saya memahami dan berbagi kekecewaan banyak umat Katolik tentang kegagalan teks dalam pemungutan suara. 

Uskup Wilmer menambahkan bahwa “reformasi ajaran seks Gereja adalah dan tetap menjadi topik yang sangat penting. Penolakan kebijakan oleh minoritas uskup tidak mengubah hal itu. Saya berdiri di belakang teks (yang mendukung perkawinan homosex) dengan sepenuh hati dan yakin bahwa, meskipun ditolak, itu akan diterima secara luas dan dibahas secara intensif. Saya meyakinkan umat di Keuskupan Hildesheim bahwa saya akan terus bekerja untuk pembaruan moralitas seksual Katolik. Tidak dapat diterima jika orang disakiti atau didiskriminasi oleh ajaran gereja. Itu tidak sesuai dengan semangat Yesus Kristus.” 

Dukungan Uskup Wilmer terhadap tuntutan radikal Jalan Sinode Jerman bukanlah pertama kalinya dia mendukung ide-ide teologis yang kontroversial. 

Dalam wawancara tahun 2018, dia mengklaim bahwa “penyalahgunaan kekuasaan ada dalam DNA Gereja,” yang tidak dapat lagi dianggap sebagai “periferal”, tetapi harus mengarah pada “pemikiran ulang radikal” tentang eklesiologi. Dalam wawancara yang sama, dia juga menggambarkan polemik teolog Jerman, Pastor Eugen Drewermann, sebagai "seorang nabi di zaman kita". Pastor Drewermann dilarang menggunakan kemampuan imamatnya oleh uskup agungnya pada tahun 1990-an atas kritiknya terhadap status klerikal, dan sebelumnya mempertanyakan kebenaran dari kelahiran Kristus dari seorang perawan dan kebangkitan fisik Yesus dari kematian. 

Dalam wawancara yang sama, Uskup Wilmer juga mempertanyakan otoritas pengajaran dari Magisterium Gereja. 

“Kadang-kadang saya berpikir: Siapa sebenarnya yang menentukan apa itu Katolik? Kami masih bertindak seolah-olah itu adalah hierarki; seolah-olah kami para uskup memiliki hak untuk diberi label Katolik. Ini salah! ... Kita harus menjadi penerima, pendengar, pembelajar, dalam percakapan dengan umat Katolik, tetapi juga dengan orang Kristen dari denominasi lain dan orang yang tidak percaya.” 

Pada April 2020, dalam konteks COVID-19, Uskup Wilmer mengkritik Misa streaming sebagai contoh terlalu “terpaku” pada Ekaristi. Dia meremehkan kehadiran Kristus yang khas dalam Ekaristi, berbeda dengan ajaran St. Paulus VI dalam Mysterium Fidei dan St. Yohanes Paulus II dalam Ecclesia De Eucharista. 

Pada tahun 2022, pada awal proses Sinode global di keuskupannya, dia mengatakan dalam homilinya bahwa Gereja membutuhkan “pemikiran baru” mengenai seksualitas dan pelayanan imam. 

“Kita membutuhkan pandangan baru tentang gender – suatu partisipasi untuk semua orang di Gereja, pria dan wanita,” katanya pada Misa yang dirayakan di Katedral Hildesheim. 

Uskup Wilmer juga mengawasi penerapan pedoman untuk “bahasa sensitif gender” di keuskupannya. Misalnya, alih-alih mengatakan "Allah Bapa kami", teks tahun 2021 dia mengusulkan "Allah yang Baik, yang adalah ibu dan ayah bagi kami". 

Selain pertanyaan tentang ortodoksi komitmen Uskup Wilmer, ada juga pertanyaan tentang kualifikasi dasarnya untuk mengepalai sebuah jabatan yang sama pentingnya dengan Dikasteri untuk Ajaran Iman. Dia baru menjadi uskup sejak 2018, dan tidak seperti orang-orang seperti Kardinal Joseph Ratzinger dan Kardinal Gerhard Mueller, dua uskup Jerman yang sebelumnya memegang jabatan DDF, Uskup Wilmer tidak memiliki pengalaman yang signifikan sebagai teolog tingkat tinggi. Meskipun dia memperoleh gelar doktor di bidang tersebut, dan menulis disertasinya tentang mistisisme dan Maurice Blondel, jabatan mengajarnya meliputi sekolah menengah di Jerman serta sejarah dan bahasa Jerman di Fordham Preparatory School di Bronx dari 1997-1998. 

Dulunya dia adalah anggota Dehonian Fathers — Kongregasi Imam Hati Kudus — Wilmer menjabat sebagai pemimpin jenderal kongregasinya dari tahun 2015 hingga pengangkatannya sebagai uskup di Hildesheim, sebuah keuskupan di Jerman Utara, dengan tingkat kehadiran umat pada Misa mingguan hanya 2,8%, menurut Konferensi Waligereja Jerman. 

Sebagai seorang pengagum para teolog pembangkang, seorang uskup yang tidak berpengalaman, dan seorang pendukung teguh dari tuntutan-tuntutan Sinode yang paling kontroversial. Semua ini secara akurat menggambarkan pribadi Uskup Wilmer. Tetapi jika desas-desus itu benar, uskup Jerman itu mungkin akan segera memiliki gelar lain untuk ditambahkan ke resumenya: Prefek Kongregasi Ajaran Iman.  

  

 

-------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini:


Shelley Anna, 19 Januari 2023

Christina Gallagher, 20 Januari 2023

Outlet berita Vatikan menyoroti hubungan lama paus Francis dengan Klaus Schwab

LDM, 23 Januari 2023

Wartawan Vatikan: Memo Cdl. Pell

Paus Benediktus: 'Klub Gay' ada di berbagai Seminari

Francis mengatakan bahwa homoseksualitas bukanlah kejahatan