These Last Days News - February 8, 2024
KEMUNAFIKAN DAN BERKAT KEPADA RELASI SESAMA JENIS
https://www.tldm.org/news60/hypocrisy-and-same-sex-blessings.htm
CatholicWorldReport.com reported on February 7, 2024:
oleh pastor Peter Ryan, SJ
Hari ini saya melihat judul berita, “Paus mencela ‘kemunafikan’ dari mereka yang mengkritik pemberkatan LGBT.” Saya merasa hal itu sangat membingungkan, karena saya kritis (baca: membenci) terhadap berkat LGBT. Sungguh menyedihkan bagi saya untuk dianggap sebagai seorang munafik oleh Bapa Suci.
Mengapa paus Francis menyebut kritik semacam itu sebagai kemunafikan? Dia menjelaskan, ”Tak seorang pun akan tersinggung jika saya memberikan berkat kepada seorang pengusaha yang mungkin mengeksploitasi orang, dan ini adalah dosa yang sangat besar. Tetapi mereka akan tersinggung jika saya memberikan berkat (‘pernikahan’) kepada seorang homoseksual.”
“Ini adalah kemunafikan,” katanya.
Apakah memberkati pengusaha yang mungkin mengeksploitasi orang bisa dianalogikan dengan “berkat LGBT”? Sungguh mencerahkan untuk mempertimbangkan perbedaannya.
Pertama, memberkati pengusaha berarti memberkati seseorang. Sebaliknya, “berkat kepada LGBT” tidak mengacu pada berkat yang diterima individu. Sebaliknya, Pemohon Fiducia ini adalah tentang “memberkati pasangan dalam situasi yang tidak biasa dan pasangan sesama jenis.” Yang jelas adalah bahwa pasangan itu nanti akan melakukan ‘hubungan sex’ versi mereka sendiri. Ini sudah lain masalahnya.
Kedua, memberkati pengusaha, ini berarti memberkati seseorang yang mungkin mengeksploitasi orang. Jika dia menyadarinya, dia mungkin menyadarinya, atau mungkin tidak menyadarinya, dan jika dia menyadarinya, dia mungkin berniat atau tidak melanjutkan eksploitasi meskipun ada berkat. Seseorang berharap bahwa jika dia sadar telah mengeksploitasi orang, maka berkat itu akan menjadi kesempatan bagi dia untuk mengikuti teladan Zakheus, yang menanggapi dengan indah berkat kehadiran Yesus di rumahnya: “Lihatlah, Tuhan, separuh harta milikku kuberikan kepada orang miskin; dan jika ada sesuatu yang kutipu dari seseorang, aku mengembalikannya empat kali lipat” (Luk 19:8).
Dalam kasus apa pun, jika tidak ada alasan untuk berpikir bahwa pengusaha tersebut mencari berkat sebagai persetujuan atas praktik eksploitatifnya, maka baik dia maupun orang yang melihatnya tidak akan menganggap berkat itu sebagai persetujuan.
Sebaliknya, memberkati “pasangan dalam situasi yang tidak biasa dan pasangan sesama jenis” tidak mengacu pada memberkati orang yang mungkin melakukan hubungan seks di luar nikah. Sebaliknya, karena penerima berkat digambarkan—dalam bahasa resmi yang sedikit halus—melakukan hubungan seksual terlarang, kontroversi yang disinggung paus Francis berkaitan dengan tindakan si penerima berkat yang diidentifikasi secara tepat dengan mengacu pada dosa mereka.
Meskipun pada prinsipnya pasangan seperti itu bisa saja mencari berkat hanya untuk aspek hubungan mereka yang tidak berdosa, tetapi sulit untuk menghindari kesimpulan atau sangkaan bahwa pasangan yang mencari berkat seperti itu ingin diyakinkan bahwa hubungan seksual mereka sendiri tidak berdosa tetapi baik, disetujui oleh Tuhan sendiri dan mereka yang melayani dalam nama-Nya. Sulit juga untuk menghindari kesimpulan bahwa pastor yang memberkati mereka bermaksud memberi isyarat persetujuan atas hubungan seksual tersebut. Kesimpulan ini terkonfirmasi ketika pasangan tersebut berpegangan tangan secara romantis saat pemberkatan. Tidak mungkinlah mereka tidak melakukan hubungan (homo)sex.
Bisakah analogi paus Francis ini disesuaikan (baca: dinegosiasikan) untuk mengatasi permasalahan tersebut?
Pertanyaan ini dapat dijawab dengan mempertimbangkan masing-masing sisi analogi secara bergantian.
Pertama, apa yang bisa disamakan dengan berkat bagi seorang pengusaha yang mungkin mengeksploitasi orang lain? Kedua, apa yang bisa dianalogikan dengan “memberkati pasangan dalam situasi yang tidak biasa dan pasangan sesama jenis?”
Memberkati seorang pengusaha yang mungkin mengeksploitasi orang, sama dengan memberkati seseorang yang mungkin terlibat dalam aktivitas homoseksual (atau aktivitas seksual di luar nikah lainnya). Namun, Gereja selalu mengizinkan berkat seperti itu. Mereka tidak menimbulkan masalah. Jika diterapkan dengan benar, analogi ini sama sekali tidak membenarkan pemberkatan yang didukung oleh Pemohon Fidusia.
Memberkati pasangan dalam situasi yang tidak biasa dan pasangan sesama jenis, tidak dapat dianalogikan dengan memberkati seorang pengusaha yang mungkin mengeksploitasi orang. Sebaliknya, hal ini dapat dianalogikan dengan memberkati sekelompok pengusaha yang diidentifikasi secara tepat berdasarkan aktivitas eksploitasi mereka—seperti kerja sama mereka dalam aktivitas yang bersifat memaksa, curang, atau memeras.
Misalnya saja kasus yang sebelumnya bukan merupakan kasus hipotetis: pemilik dan pedagang budak yang dihormati secara sosial berkumpul saat makan siang pada hari penjualan budak bulanan di sebuah distrik. Sungguh munafik jika kita bersedia memberkati kelompok seperti itu—tetapi tidak mau memberkati pasangan homoseksual seperti itu. Namun resolusi yang tepat bukanlah untuk merekomendasikan menghindari kemunafikan dengan memberkati kelompok pemeras atau pedagang budak yang tidak mau menghentikan aktivitas korup mereka. Bukankah resolusi yang tepat adalah menghindari kemunafikan dengan menolak memberkati pasangan homoseksual yang tidak mau menghentikan aktivitas seksual terlarang mereka?
Dan, selain menghindari kemunafikan, bukankah pendekatan yang tepat untuk membantu orang melihat bahwa untuk mendapatkan keselamatan, kita harus bertobat dari segala dosa dan mencari kerajaan Allah terlebih dahulu?
*****
MURKA BAPA
“Banyak kesengsaraan yang akan terjadi, namun cobaan ini telah ditimpakan kepadamu oleh manusia. Seperti yang terjadi pada zaman Nuh, demikian pula pada zamanmu sekarang, manusia yang sombong dan angkuh, yang berusaha untuk menempatkan pengetahuan ilmiah di atas kepentingan Bapa. Rasionalisasi atas dosa, sehingga dosa kini menjadi suatu cara hidup! Jiwa-jiwa dalam kegelapan, rumah-rumah dalam kegelapan, dan gereja-gereja dalam kegelapan--apakah yang akan terjadi padamu? Kamu meminta murka Bapa atas dirimu!” - St Paul, Bayside, 24 Maret 1974
PARA PASTOR HARUS BERTANGGUNG JAWAB
“Kami menganggap para pastor di Rumah Putraku, Kami menganggap mereka bertanggung jawab atas jatuhnya anak-anak. Berhati-hatilah sekarang, anak-anakku, celakalah orang yang memikul tanggung jawab ini atas hati nuraninya dan jiwanya. Skandal-skandal telah dibawa ke dalam kehidupan anak-anakmu. Penyimpangan, HOMOSEKSUALITAS, imoralitas, seks menyimpang, anak-anakku – di manakah kamu akan berhenti kecuali di jurang yang dalam!" - - Our Lady, Bayside, December 7, 1977
“Apakah kamu begitu buta sehingga kamu tidak mengenali percepatan dosa di antara kamu? Pembunuhan merajalela, pencurian, segala macam pembantaian, penghancuran jiwa-jiwa muda, aborsi, HOMOSEKSUALITAS, yang dikutuk sejak awal oleh Bapa Yang Kekal. Namun dosa telah terjadi dan menjadi sebuah cara hidup. Dosa dibolehkan sekarang, bahkan hingga hakim tertinggi di negerimu dan negeri di seluruh dunia. Apa yang kau tabur, itulah yang akan kau tuai. Dosa adalah kematian, bukan hanya roh, tetapi juga tubuh. Peperangan adalah hukuman atas dosa manusia, keserakahannya, dan ketamakannya.” - Our Lady of the Roses, Bayside, August 14, 1981
-------------------------------------
Silakan membaca artikel lainnya di sini:
Kisah-kisah Menakjubkan Dari Api Penyucian Dan Dunia Akhirat
KK, Bunda Keselamatan: Mereka akan menghadirkan sebuah kitab merah yang baru
KK, Yesus Kristus, 3 Maret 2011
Ekumenisme Besar : Serigala Dan Domba Adalah Satu Keluarga