These Last Days News - March 26, 2020
MENGAPA MEMBATALKAN MISA KUDUS,
MENGUNCI GEREJA-GEREJA, SEBAGAI RESEP UNTUK MENGATASI KEGAGALAN DALAM MENANGANI
CORONAVIRUS ...
by John Horvat II
Ketika
coronavirus menyebar ke seluruh negara, para pejabat mengambil langkah-langkah
untuk memastikan kesehatan tubuh. Sayangnya,
kesehatan jiwa diabaikan secara brutal.
Sebuah
pesan terbaru di Twitter membawa fakta mengejutkan tentang situasi yang telah
terjadi.
Seorang
wanita menulis:
“Pengakuan dosa telah dibatalkan juga. Tuhan tolonglah kami. Karena
jika saya mati, saya akan masuk ke neraka."
Seruan
dramatis wanita ini menanggapi berita tentang bagaimana keuskupan telah mengumumkan
penutupan semua gereja. Sekarang semua keuskupan di Amerika telah membatalkan
Misa dan semua ibadah lainnya. Kapel adorasi telah ditutup. Bahkan Pengakuan Dosa
telah dibatalkan karena semua kontak manusia harus diminimalkan. Orang dibiarkan tanpa bantuan spiritual.
Para
imam yang tertekan di paroki mereka diperintahkan untuk menarik diri dari tugas
pastoral mereka. Beberapa bahkan diberitahu bahwa mereka mungkin boleh melayani
pengakuan dosa hanya dalam kasus mendekati kematian. Arahan lain juga berupa mencegah
pembaptisan dan pemberian sakramen perminyakan. Maka kami, umat beriman, telah menjadi yatim piatu oleh penghapusan
pelayanan spiritual besar-besaran.
Umat beriman
menjadi putus asa. Beberapa orang tua terpaksa membaptis sendiri anak-anak
mereka. Yang lain, mencari alternatif dengan sia-sia. Orang-orang ini
sebenarnya takut akan keselamatan kekal jiwa mereka, bukan takut korona.
Sebuah Mentalitas Sekuler Yang Mematikan
Semua penutupan
ini adalah fakta menyedihkan tentang keadaan suatu bangsa yang telah berpaling
dari Tuhannya. Para pemimpin duniawi dan
spiritual hanya mempertimbangkan langkah-langkah material dan jasmani untuk
memerangi epidemi. Langkah-langkah
drastis yang menyerang dan menindas kesejahteraan spiritual umat beriman ini
adalah konsekuensi dari mentalitas sekuler yang dengan bodohnya berani
mengkarantina Tuhan sebagai sosok yang tidak berguna dalam perang melawan virus
corona. Memang, filsafat liberal modernisme berpendapat bahwa semuanya dapat
diselesaikan melalui teknologi, ekonomi, dan kemajuan material. Perspektif
materialistis kasar ini selalu mengejar dan merayakan kenikmatan hidup sebagai
nilai yang tertinggi. Penderitaan dan tragedi harus dihindari dengan cara apa
pun. Itulah sebabnya ketika "tragedi" seorang anak yang tidak
diinginkan muncul, masyarakat modern mengatakan, “buang masalah itu (dengan
aborsi)." Demikian pula, ketika ancaman seperti virus Cina mengganggu
kehidupan, ia harus diberantas secara kejam dan efisien oleh tindakan
"ilmiah" modern yang terlepas dari pertimbangan moral dan spirituil apa
pun.
Menurut
filosofi sinis ini, Tuhan, jika Ia dianggap sebagai segalanya, paling banter
adalah kenyamanan psikologis bagi yang lemah yang tidak percaya pada solusi
modern. Penulis New York Times,
Mattia Ferraresi, yang tidak memahami apa pun tentang Iman, meremehkan
penutupan gereja-gereja dengan mengatakan bahwa “bagi orang beriman, agama
adalah sumber fundamental penyembuhan dan harapan spiritual. Ini adalah obat
melawan keputusasaan, memberikan dukungan psikologis dan emosional yang
merupakan bagian integral dari kesejahteraan."
Namun,
kenyamanan psikologis saat ini bahkan tidak diberikan kepada umat beriman,
dalam penanganan virus corona ini. Tuhan harus disingkirkan dari hadapan kita.
Gereja-gereja harus ditutup.
Resep Untuk Sebuah Kegagalan
Cara
bertindak yang tidak sopan seperti ini adalah resep untuk sebuah kegagalan.
Sejarah
mencatat betapa dahsyatnya filsafat materialistis ini! Rezim komunis dan
sosialis semuanya mendasarkan diri mereka pada model materialistis masyarakat
tanpa Tuhan. Demikian juga, masyarakat liberal kita yang praktisnya adalah atheis,
beroperasi seolah-olah Tuhan tidak ada. Model seperti itu telah menciptakan
gurun tandus moral dan psikologis yang tidak bisa diharapkan oleh kemajuan dan
sains.
Di mana
pun itu dicoba, masyarakat tanpa Tuhan pasti gagal. Suatu negara yang hanya
berurusan dengan barang-barang material pada akhirnya akan menindas semua hal yang
spiritual. Ketika negara tak bertuhan bertindak, maka ia akan selalu
melakukannya dengan brutal karena tidak mempertimbangkan sisi spiritual manusia
yang superior.
Sisi
superior inilah yang membuat setiap orang unik dan bisa membangun martabat
masing-masing. Pengakuan ini akan mengarahkan semua orang menuju tujuan mereka
dalam kehidupan dan akhirnya kepada Tuhan. Para pemimpin nasional yang
menghormati perspektif spiritual ini dapat bertindak dengan kebijaksanaan, kemurahan
hati, dan pemahaman atas martabat manusia.
Pemerintah Membutuhkan Pertolongan Tuhan
Di saat
krisis, pemerintah membutuhkan bantuan Tuhan. Mereka membutuhkan pengalaman
Gereja yang luas dalam menghadapi kesulitan dan tragedi. Gereja bukanlah
kekuatan yang mempersulit proses memerangi virus corona. Sebaliknya Gereja
adalah mitra yang efisien dan penuh belas kasih yang akan membuat pertarungan
menjadi manusiawi, bersedia berkorban dan penuh amal kasih. Ketika bencana
melanda, Gereja selalu melayani di garis depan, bukan di sela-sela. Rahmat dari
Sakramen-sakramen akan membentengi umat beriman untuk lebih menyatu dalam
pertarungan ini.
Untuk
mendapatkan bantuan yang sangat dibutuhkan ini, para pemimpin duniawi dan
spiritual harus mempertimbangkan kesejahteraan spiritual warga negara. Mereka
tidak bisa membiarkan warganya putus asa karena keselamatan mereka, seperti
wanita malang yang kehilangan kesempatan untuk menerima Sakramen pengakuan
dosa. Kode hukum kanon Katolik mengajarkan bahwa salus animarum lex suprema, keselamatan jiwa adalah hukum
tertinggi. Untuk tujuan apa nyawa manusia diselamatkan, jika jiwa-jiwa hilang
secara kekal?
Gereja
memelihara sistem perawatan kesehatan swasta terbesar di negara ini. Jika
diberi kesempatan, para utusan Gereja dapat dengan mudah menemukan cara untuk
mengatur pemberian Sakramen-sakramen, bahkan di tengah norma-norma kesehatan yang
keras, yang ditetapkan oleh pihak berwenang.
Iman Yang Hilang
Yang
hilang dalam pertarungan ini adalah iman. Terlalu banyak orang yang masih berpegang
teguh pada modernisme dan percaya bahwa upaya pemerintah sendiri dapat
menyelamatkan dunia. Jika itu masalahnya, maka semuanya pasti akan musnah,
karena begitu banyak kebusukan, dosa dan kekacauan akan berkuasa.
Hanya
karena modernisme menyangkal tindakan Tuhan dalam sejarah, itu tidak berarti bahwa
Tuhan tidak bertindak. Tuhan selalu menolong mereka yang berseru kepada-Nya.
Ketika solusi alami untuk masalah modern gagal, sekaranglah saatnya untuk
mencari solusi supernatural.
Krisis coronavirus hanya akan terselesaikan ketika manusia dengan rendah
hati dan menyesal memiliki iman kepada Tuhan yang dapat melakukan semua hal. Tuhanlah
yang mengarahkan peristiwa-peristiwa manusia. Ini hanya masalah mengikuti
petunjuk ilahi-Nya.
"Segala macam pembaharuan dan eksperimen harus dihapus dari Gereja-Ku - SEKARANG!
"Kamu telah diberi aturan. Kamu telah diberi jalan.
Pulihkanlah Rumah-Ku sekarang, karena sebuah Rumah dalam kegelapan memakai
pita kematian atas dirinya. Pintu-pintunya akan ditutup! Jiwa-jiwa akan kelaparan akan terang. Darah akan mengalir di jalan-jalan. Kematian akan menjadi hal yang biasa. Apakah
ini yang kau inginkan?
Sebuah Kehancuran Yang Hampir Total
Para pastor, para gembala yang telah Kami beri kuasa untuk menggembalakan kawanan jiwa-jiwa muda Kami, sedang menuntun banyak orang ke dalam kesalahan, dan menempatkan
jiwa-jiwa muda ini di jalan menuju kutukan kekal.
"Sebagai gembala, kamu tidak boleh mengkompromikan Rumah Putraku. Aku katakan kompromi, karena kamu mencemari air (ajaran) yang murni; kamu
membawa kesalahan yang dapat menyebabkan kehancuran yang hampir – aku katakan hampir
– kehancuran yang hampir total atas Gereja Putraku.
"Kenalilah, para pastorku, tanda-tanda zamanmu.
Kamu telah tertidur. Khayalan telah ditimpakan kepadamu karena kesombongan dan
kecongkakanmu. Oh para pastor Kami yang tidur, kamu telah jatuh ke dalam
kesalahan karena kesombongan dan kecongkakanmu." – (Bunda Maria, Bayside, 28
September 1976)
Pintu-Pintu Akan Tutup
"Anak-anakku, hatiku berdarah. Aku menangis
sedih melihat bagaimana umat manusia telah mengurangi Rumah ibadat dan pemujaan
bagi Putraku dan merubahnya menjadi tempat
pertemuan segala macam iblis dan kekejian, penistaan
terhadap Tubuh dan
Darah kekal Putraku.
"Anak-anakku, kecuali kamu mau mengembalikan Rumah Putraku pada kejayaannya yang dulu, dengan
kekudusan dan kesalehan, kedisiplinan dan dedikasi, maka pintu-pintu
akan ditutup, karena sebuah Rumah dalam kegelapan akan mengenakan
pita kematian atas dirinya.
"Anak-anakku,
gerbang neraka tidak akan menang melawan Rumah Putraku. Putraku selalu ada bersama
kamu. Jika kamu mencari Dia, Dia tidak akan meninggalkan kamu, anak-anak
kecilku. Mintalah maka kamu akan diberi jalan, percayalah maka kamu akan
menemukan terang." – (Bunda Maria, Bayside, 25 Juli 1977)
Penghancuran Jiwa Dan Gereja
"Jangan tinggalkan Gereja yang kudus. Jangan
menjauh dari Gereja karena dosa-dosa manusia. Hanya Rosarioku yang bisa menolak kegelapan.
"Cara hidupmu di negerimu telah direncanakan
oleh setan demi penghancuran atas semua jiwa, dengan penghancuran Gereja kudus Putraku
dan keilahian Putraku. Gerbang neraka tidak akan menang melawan Gereja
Putraku!" – (Bunda Maria, Bayside, 14 September 1970)
*****
Numpang promo ya gan
ReplyDeletekami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*