Sunday, March 29, 2020

MENGAPA MEMBATALKAN MISA KUDUS...




These Last Days News - March 26, 2020


MENGAPA MEMBATALKAN MISA KUDUS, MENGUNCI GEREJA-GEREJA, SEBAGAI RESEP UNTUK MENGATASI KEGAGALAN DALAM MENANGANI CORONAVIRUS ...



LifeSiteNews.com reported on March 25, 2020:

by John Horvat II


Ketika coronavirus menyebar ke seluruh negara, para pejabat mengambil langkah-langkah untuk memastikan kesehatan tubuh. Sayangnya, kesehatan jiwa diabaikan secara brutal.

Sebuah pesan terbaru di Twitter membawa fakta mengejutkan tentang situasi yang telah terjadi.

Seorang wanita menulis:

“Pengakuan dosa telah dibatalkan juga. Tuhan tolonglah kami. Karena jika saya mati, saya akan masuk ke neraka."

Seruan dramatis wanita ini menanggapi berita tentang bagaimana keuskupan telah mengumumkan penutupan semua gereja. Sekarang semua keuskupan di Amerika telah membatalkan Misa dan semua ibadah lainnya. Kapel adorasi telah ditutup. Bahkan Pengakuan Dosa telah dibatalkan karena semua kontak manusia harus diminimalkan. Orang dibiarkan tanpa bantuan spiritual.

Para imam yang tertekan di paroki mereka diperintahkan untuk menarik diri dari tugas pastoral mereka. Beberapa bahkan diberitahu bahwa mereka mungkin boleh melayani pengakuan dosa hanya dalam kasus mendekati kematian. Arahan lain juga berupa mencegah pembaptisan dan pemberian sakramen perminyakan. Maka kami, umat beriman, telah menjadi yatim piatu oleh penghapusan pelayanan spiritual besar-besaran.

Umat beriman menjadi putus asa. Beberapa orang tua terpaksa membaptis sendiri anak-anak mereka. Yang lain, mencari alternatif dengan sia-sia. Orang-orang ini sebenarnya takut akan keselamatan kekal jiwa mereka, bukan takut korona.
Sebuah Mentalitas Sekuler Yang Mematikan

Semua penutupan ini adalah fakta menyedihkan tentang keadaan suatu bangsa yang telah berpaling dari Tuhannya. Para pemimpin duniawi dan spiritual hanya mempertimbangkan langkah-langkah material dan jasmani untuk memerangi epidemi. Langkah-langkah drastis yang menyerang dan menindas kesejahteraan spiritual umat beriman ini adalah konsekuensi dari mentalitas sekuler yang dengan bodohnya berani mengkarantina Tuhan sebagai sosok yang tidak berguna dalam perang melawan virus corona. Memang, filsafat liberal modernisme berpendapat bahwa semuanya dapat diselesaikan melalui teknologi, ekonomi, dan kemajuan material. Perspektif materialistis kasar ini selalu mengejar dan merayakan kenikmatan hidup sebagai nilai yang tertinggi. Penderitaan dan tragedi harus dihindari dengan cara apa pun. Itulah sebabnya ketika "tragedi" seorang anak yang tidak diinginkan muncul, masyarakat modern mengatakan, “buang masalah itu (dengan aborsi)." Demikian pula, ketika ancaman seperti virus Cina mengganggu kehidupan, ia harus diberantas secara kejam dan efisien oleh tindakan "ilmiah" modern yang terlepas dari pertimbangan moral dan spirituil apa pun.

Menurut filosofi sinis ini, Tuhan, jika Ia dianggap sebagai segalanya, paling banter adalah kenyamanan psikologis bagi yang lemah yang tidak percaya pada solusi modern. Penulis New York Times, Mattia Ferraresi, yang tidak memahami apa pun tentang Iman, meremehkan penutupan gereja-gereja dengan mengatakan bahwa “bagi orang beriman, agama adalah sumber fundamental penyembuhan dan harapan spiritual. Ini adalah obat melawan keputusasaan, memberikan dukungan psikologis dan emosional yang merupakan bagian integral dari kesejahteraan."

Namun, kenyamanan psikologis saat ini bahkan tidak diberikan kepada umat beriman, dalam penanganan virus corona ini. Tuhan harus disingkirkan dari hadapan kita. Gereja-gereja harus ditutup.

 


Resep Untuk Sebuah Kegagalan

Cara bertindak yang tidak sopan seperti ini adalah resep untuk sebuah kegagalan.

Sejarah mencatat betapa dahsyatnya filsafat materialistis ini! Rezim komunis dan sosialis semuanya mendasarkan diri mereka pada model materialistis masyarakat tanpa Tuhan. Demikian juga, masyarakat liberal kita yang praktisnya adalah atheis, beroperasi seolah-olah Tuhan tidak ada. Model seperti itu telah menciptakan gurun tandus moral dan psikologis yang tidak bisa diharapkan oleh kemajuan dan sains.

Di mana pun itu dicoba, masyarakat tanpa Tuhan pasti gagal. Suatu negara yang hanya berurusan dengan barang-barang material pada akhirnya akan menindas semua hal yang spiritual. Ketika negara tak bertuhan bertindak, maka ia akan selalu melakukannya dengan brutal karena tidak mempertimbangkan sisi spiritual manusia yang superior.

Sisi superior inilah yang membuat setiap orang unik dan bisa membangun martabat masing-masing. Pengakuan ini akan mengarahkan semua orang menuju tujuan mereka dalam kehidupan dan akhirnya kepada Tuhan. Para pemimpin nasional yang menghormati perspektif spiritual ini dapat bertindak dengan kebijaksanaan, kemurahan hati, dan pemahaman atas martabat manusia.

 


Pemerintah Membutuhkan Pertolongan Tuhan

Di saat krisis, pemerintah membutuhkan bantuan Tuhan. Mereka membutuhkan pengalaman Gereja yang luas dalam menghadapi kesulitan dan tragedi. Gereja bukanlah kekuatan yang mempersulit proses memerangi virus corona. Sebaliknya Gereja adalah mitra yang efisien dan penuh belas kasih yang akan membuat pertarungan menjadi manusiawi, bersedia berkorban dan penuh amal kasih. Ketika bencana melanda, Gereja selalu melayani di garis depan, bukan di sela-sela. Rahmat dari Sakramen-sakramen akan membentengi umat beriman untuk lebih menyatu dalam pertarungan ini.

Untuk mendapatkan bantuan yang sangat dibutuhkan ini, para pemimpin duniawi dan spiritual harus mempertimbangkan kesejahteraan spiritual warga negara. Mereka tidak bisa membiarkan warganya putus asa karena keselamatan mereka, seperti wanita malang yang kehilangan kesempatan untuk menerima Sakramen pengakuan dosa. Kode hukum kanon Katolik mengajarkan bahwa salus animarum lex suprema, keselamatan jiwa adalah hukum tertinggi. Untuk tujuan apa nyawa manusia diselamatkan, jika jiwa-jiwa hilang secara kekal?

Gereja memelihara sistem perawatan kesehatan swasta terbesar di negara ini. Jika diberi kesempatan, para utusan Gereja dapat dengan mudah menemukan cara untuk mengatur pemberian Sakramen-sakramen, bahkan di tengah norma-norma kesehatan yang keras, yang ditetapkan oleh pihak berwenang.

 


Iman Yang Hilang

Yang hilang dalam pertarungan ini adalah iman. Terlalu banyak orang yang masih berpegang teguh pada modernisme dan percaya bahwa upaya pemerintah sendiri dapat menyelamatkan dunia. Jika itu masalahnya, maka semuanya pasti akan musnah, karena begitu banyak kebusukan, dosa dan kekacauan akan berkuasa.

Hanya karena modernisme menyangkal tindakan Tuhan dalam sejarah, itu tidak berarti bahwa Tuhan tidak bertindak. Tuhan selalu menolong mereka yang berseru kepada-Nya. Ketika solusi alami untuk masalah modern gagal, sekaranglah saatnya untuk mencari solusi supernatural.

Krisis coronavirus hanya akan terselesaikan ketika manusia dengan rendah hati dan menyesal memiliki iman kepada Tuhan yang dapat melakukan semua hal. Tuhanlah yang mengarahkan peristiwa-peristiwa manusia. Ini hanya masalah mengikuti petunjuk ilahi-Nya.



******



Segala Macam Pembaharuan Dalam Gereja Harus Berhenti!

"Segala macam pembaharuan dan eksperimen harus dihapus dari Gereja-Ku - SEKARANG!

"Kamu telah diberi aturan. Kamu telah diberi jalan. Pulihkanlah Rumah-Ku sekarang, karena sebuah Rumah dalam kegelapan memakai pita kematian atas dirinya. Pintu-pintunya akan ditutup! Jiwa-jiwa akan kelaparan akan terang. Darah akan mengalir di jalan-jalan. Kematian akan menjadi hal yang biasa. Apakah ini yang kau inginkan?

"Upah dosa adalah maut. Apa yang akan kau dapatkan jika kamu mendapatkan seluruh harta duniamu, tetapi kamu tidak bisa membawa semua itu bersamamu? Hukumanmu adalah kekal, selamanya!" - (Jesus, Bayside, November 22, 1975)


Sebuah Kehancuran Yang Hampir Total

Para pastor, para gembala yang telah Kami beri kuasa untuk menggembalakan kawanan jiwa-jiwa muda Kami, sedang menuntun banyak orang ke dalam kesalahan, dan menempatkan jiwa-jiwa muda ini di jalan menuju kutukan kekal.

"Sebagai gembala, kamu tidak boleh mengkompromikan Rumah Putraku. Aku katakan kompromi, karena kamu mencemari air (ajaran) yang murni; kamu membawa kesalahan yang dapat menyebabkan kehancuran yang hampir – aku katakan hampir – kehancuran yang hampir total atas Gereja Putraku.

"Kenalilah, para pastorku, tanda-tanda zamanmu. Kamu telah tertidur. Khayalan telah ditimpakan kepadamu karena kesombongan dan kecongkakanmu. Oh para pastor Kami yang tidur, kamu telah jatuh ke dalam kesalahan karena kesombongan dan kecongkakanmu." – (Bunda Maria, Bayside, 28 September 1976)


Pintu-Pintu Akan Tutup

"Anak-anakku, hatiku berdarah. Aku menangis sedih melihat bagaimana umat manusia telah mengurangi Rumah ibadat dan pemujaan bagi Putraku dan merubahnya menjadi tempat pertemuan segala macam iblis dan kekejian, penistaan terhadap Tubuh dan Darah kekal Putraku.

"Anak-anakku, kecuali kamu mau mengembalikan Rumah Putraku pada kejayaannya yang dulu, dengan kekudusan dan kesalehan, kedisiplinan dan dedikasi, maka pintu-pintu akan ditutup, karena sebuah Rumah dalam kegelapan akan mengenakan pita kematian atas dirinya.

"Anak-anakku, gerbang neraka tidak akan menang melawan Rumah Putraku. Putraku selalu ada bersama kamu. Jika kamu mencari Dia, Dia tidak akan meninggalkan kamu, anak-anak kecilku. Mintalah maka kamu akan diberi jalan, percayalah maka kamu akan menemukan terang." – (Bunda Maria, Bayside, 25 Juli 1977)


Penghancuran Jiwa Dan Gereja

"Jangan tinggalkan Gereja yang kudus. Jangan menjauh dari Gereja karena dosa-dosa manusia. Hanya Rosarioku yang bisa menolak kegelapan.

"Cara hidupmu di negerimu telah direncanakan oleh setan demi penghancuran atas semua jiwa, dengan penghancuran Gereja kudus Putraku dan keilahian Putraku. Gerbang neraka tidak akan menang melawan Gereja Putraku!" – (Bunda Maria, Bayside, 14 September 1970)




*****








1 comment:

  1. Numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
    ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    ReplyDelete