"Apakah Sinode Horor Akan Hadir pada Tahun 2023/24?"
https://rorate-caeli.blogspot.com/2023/06/is-synod-of-horrors-coming-our-way-in.html?m=1
28 Juni 2023 dari Rorate Caeli oleh Profesor Peter Kwasniewski
Baru-baru ini saya mendengar seorang wanita ditanyai tentang “gereja sinode.” Jawabannya singkat dan akurat: “Tolong! Saya beragama Katolik, bukan beragama sinode.” Saya sendiri hanya bisa setuju dengan hal ini, meskipun pembicaraan tentang “gereja sinode” kini secara alamiah dibicarakan oleh semua orang seolah-olah itu adalah sebuah pernyataan iman.
Namun kenyataannya, istilah ini tidak ditemukan dalam dokumen magisterial atau katekismus mana pun; juga tidak muncul di “Credo”. Siapa pun yang berbicara tentang “gereja sinode” berarti sedang berbicara tentang sesuatu yang tidak ada.
Sinode para uskup juga tidak ada hubungannya dengan “Gereja sinode”, dan dalam bentuknya yang sekarang, sinode tersebut bahkan belum lama ada, tetapi baru diperkenalkan pada tahun 1967 oleh Paulus VI untuk menasihati para Paus. Siapa pun yang mengklaim sebaliknya sedang menyebarkan berita palsu, bahkan jika para kardinal pun sekarang melakukannya. Slogan-slogan seperti “sinodalitas adalah bagian dari DNA Gereja” paling-paling bersifat ideologis, tetapi tidak bersifat Katolik.
Tentu saja, Sinode Para Uskup 2023/24 saat ini secara resmi hanyalah sebuah badan konsultatif; namun secara tidak resmi, efeknya sudah lebih dari itu. Hal ini antara lain terlihat dari fakta bahwa masyarakat awam berpartisipasi dalam sinode dan, terlebih lagi, mempunyai hak untuk memilih. Jelas bahwa hal ini pada dasarnya bertentangan dengan definisi sinode para uskup. Namun, jelas juga bahwa signifikansi sinode ini semakin meningkat. Saat ini, media telah menganggapnya sebagai "parlemen gereja" atau "konsilium mini" dan protes dari Sekretariat Sinode sebaliknya hanya memperkuat kesan yang tidak menguntungkan ini.
Faktanya adalah bahwa sinode ini dimaksudkan untuk mengantarkan perubahan paradigma dalam gereja, seperti yang ditunjukkan dengan sempurna dalam makalah kerja (instrumentum laboris) yang baru-baru ini diterbitkan. Dengan demikian tujuan sinode menjadi jelas: selibat akan dihilangkan dan, dengan diperkenalkannya diakon wanita, juga sakramen Tahbisan Suci dirubah. Selain itu, sakramen perkawinan harus lebih diperlunak dengan dengan cara memberikan “restu” pada pasangan sesama jenis dan dengan penerimaan poligami - sebuah kebiasaan pagan -- dalam bentuk apa pun. Selain itu, ada sejumlah usulan lain yang semuanya sangat mengejutkan.
Kekhilafan dari kertas kerja sinode ini ada pada dua hal: Pertama, berisi pertanyaan-pertanyaan yang sebagian besar hanya bersifat retoris dan ingin dijawab secara positif saja. Dan - kedua - ditingkatkan terlebih dahulu ke tingkat kekuatan yang mengikat, dengan digambarkan oleh sekretariat sinode sebagai sebuah "dokumen dari seluruh Gereja". Bahwa ini hanyalah sulap dan - maaf - sebuah kebohongan, sudah terlihat dari sejarah penciptaan teks kertas kerjanya; partisipasi "seluruh gereja" di sini hanya sedikit di atas nol, dalam hitungan persentase! Namun kebenaran tidak penting bagi para pihak pembuat Sinode. Kardinal Grech dan Hollerich sudah ingin meningkatkan tekanan terhadap Paus; lagipula, sulit dibayangkan bahwa Fransis akan melawan "seluruh gereja". Untuk memastikan bahwa hal ini tidak terjadi pada akhirnya, Kardinal Hollerich telah mengambil tindakan pencegahan dengan perlindungan yang “kedap air”: dia terus-menerus menyebarkan pidato ‘karya Roh Kudus’, dan ini dilakukan bahkan sebelum sinode dimulai.
Namun tidak ada sinode yang dapat mengklaim nama Roh Kudus, sementara sinode itu sendiri tidak mempunyai otoritas doktrinal sedikit pun. “Roh Kudus” versi kardinal Hollerich hanyalah sebuah alibi murahan untuk mendorong agenda sayap kiri yang secara fundamental bertentangan dengan Kitab Suci dan seluruh ajaran Gereja hingga saat ini. TIDAK! Sinode ini tidak ada hubungannya dengan Roh Kudus seperti halnya Yesus dengan "gereja sinode", dan tentu saja bukan sinode yang ingin menyesuaikan diri secara tidak terkendali dengan pikiran dunia ini.
Meskipun demikian, sinode ini merupakan ancaman serius bagi gereja. Paling tidak, setelah wafatnya Paus Benediktus XVI, kini jalan tampaknya sudah bebas dan merdeka untuk mengikuti hermeneutika radikal perpecahan yang mulai tampak semakin jelas belakangan ini. Mengikuti contoh buruk dari "Jalan Sinode" di Jerman, sebuah Gereja "Romawi" yang baru kini akan didirikan, yang tidak memiliki kesamaan apa pun dengan Gereja Katolik dan yang tidak lagi mengupayakan kesatuannya, yang didirikan oleh Kristus, di dalam Petrus, tetapi dalam "keberagaman" yang samar-samar. -- Fakta bahwa istilah yang tidak alkitabiah ini telah menjadi konsep kunci dari makalah sinode, hal ini menunjukkan banyak hal; bahkan Luther pun tidak akan mau melakukan tipu muslihat buruk seperti itu.
Karena sebuah sinode, menurut kehendak Paulus VI, tidak berdiri sendiri, maka pada akhir setiap sinode, bola berada di tangan Paus. Jika Fransis benar-benar mengambil sikap yang tercantum dalam kertas kerja yang merusak ini, maka dirinya pasti akan tercatat dalam sejarah sebagai Paus yang menghancurkan Gereja.
Saat ini, tidak ada orang yang tahu apakah hal itu akan terjadi. Sebaliknya, sinode ini akan merugikan seluruh gereja sudah pasti. Kita hanya perlu melihat Jerman yang suram: “jalan sinode” di sana telah memecah belah gereja-gereja lokal, keuskupan Jerman secara de facto telah memisahkan diri dari Gereja Roma dan memecah belah dirinya secara internal; "Gereja sinode" telah menjadi gereja tersendiri bagi para bidaah Jerman, yang selanjutnya merebut kursi keuskupan mereka.
Sementara itu, seolah-olah bencana ini belum cukup, Roma tidak punya pilihan lain selain mengadopsi ajaran sesat gereja Jerman dalam bentuk “pertanyaan”, merobohkan tembok Gereja dan menyerahkannya kepada pisau Zeitgeist.
Apa yang tampaknya tidak terpikirkan pada masa pemerintahan Benediktus XVI dan Yohanes Paulus II kini menjadi kenyataan yang sangat mencemaskan. Oleh karena itu, Gereja sedang menghadapi masa-masa yang dramatis dan mungkin juga penggenapan atas nubuatan. Dalam pesan Bunda Maria dari Akita yang telah diakui oleh Gereja (Jepang 1973) secara harfiah dikatakan: "Intrik jahat akan menembus ke dalam Gereja, dan para kardinal akan bangkit melawan para kardinal dan para uskup melawan para uskup. Para imam yang menghormati aku akan dihina dan dilawan oleh saudara-saudara mereka. Altar-altar dan gereja-gereja akan dihancurkan. Gereja akan dipenuhi oleh orang-orang yang mau berkompromi."
Sulit untuk menyimpulkan dengan lebih tepat apa yang kita saksikan dengan Sinode Horror yang sedang berlangsung saat ini. Namun kita dapat yakin bahwa Roh Kudus akan selalu meneguhkan Magisterium dan Tradisi sebelumnya.
-------------------------------------
Silakan membaca artikel lainnya di sini:
Schneider: Para Musuh Tuhan Bercokol Dalam Majelis Sinode
Paus Francis dan Skisma, tinjauan ulang