Mengoreksi Paus : Fitnah atau kewajiban?
Posted on February 3, 2016 by twohearts
By Dr. Kelly Bowring
Di saat yang sangat
membutuhkan ini dari Gereja, mereka yang seharusnya berbicara ternyata hanya
diam saja.”
― Nubuatan dari Bunda Maria (Our Lady of
Good Success)
Bunda Maria (Our Lady of
Good Success)
berbicara kepada Venerable Mother Mariana pada tahun 1611, mengenai ‘pemerintahan
setan’, yang dikatakan oleh Bunda Maria akan terjadi pada akhir abad 20,
yang akhirnya akan berpuncak pada terjadinya ‘suatu malam yang gelap’ dimana Gereja akan sangat menderita karena
ia ‘tak memiliki seorang Uskup dan
Pastor yang menuntunnya.”
(Two Hearts Press LLC – February 3,
2016) Sebagai seorang teolog Katolik
sekali lagi saya merasa terdorong untuk mengatakan bahwa nyata sekali bagi
banyak umat beriman Katolik saat ini (semakin banyak saja dalam 3 tahun
belakangan ini) yang berkata bahwa berbagai tindakan dan perkataan PF telah
menimbulkan keprihatinan yang sangat serius. Kini semakin nyata bahwa sebuah
perang sedang berkembang antara Kebenaran dan kebohongan, seperti yang terlihat
jelas terjadi pada dua sinode yang lalu dimana para eselon tertinggi Gereja (Kasper,
Marx, Cupich) meninggalkan Iman Katolik dan
mengikuti doktrin-doktrin palsu dan mereka berusaha menuntun orang-orang lain
berjalan menuju kegelapan spirituil. Saat ini kita telah sampai pada ‘saat yang paling membutuhkan dari Gereja’
itu. Dan bagi dunia Katolik yang bisa mendengarkan saya saat ini, saya berkata
kepada anda semua, inilah saatnya untuk
tidak berdiam diri. Inilah saatnya bagi anda untuk berbicara !
“Sebelum
kedatangan Kristus yang kedua, Gereja harus mengalami ujian yang terakhir yang
akan menggoyahkan iman banyak orang.... dalam bentuk khayalan religius yang
bohong yang merupakan sebuah kemurtadan.”
― Catechism
of the Catholic Church #675
Apakah
berbicara tentang keprihatinan terhadap paus merupakan sebuah bentuk fitnah? Sungguh
? Tidak ! kenyataannya hal ini tidak menyalahi kebenaran. Sebaliknya, sikap
diam berarti musuh dalam hal ini. Paus adalah seorang pemimpin religius yang
dalam waktu hampir 3 tahun kepemimpinannya telah dirasakan oleh banyak umat
telah menuntun kepada kebingungan, kesesatan, serta perpecahan. Paus nampak
sekali, secara tanpa hambatan apapun, telah berjalan menuju perubahan Gereja
selamanya, perubahan yang (disengaja atau tidak) akan menghancurkan Gereja.
Karena itu apapun agendanya, kita harus terus bersumpah setia kepada satu Sabda
Allah yang benar dan kini kita berbicara demi Kristus serta
kebenaran-kebenaranNya yang Ilahi.
”Ada waktu untuk berbicara.”
― Pengkhotbah 3:7
Adalah sebuah
kenyataan yang jelas bahwa kita telah dipersiapkan untuk mengalami krisis
didalam Gereja saat ini oleh sejumlah besar pewahyuan (pribadi) yang telah
diakui oleh Gereja, yang berasal dari Allah sendiri, yang memberikan berbagai
peringatan kepada umat beriman serta anjuran-anjuran untuk waspada bahwa sebuah
situasi seperti ini akan berkembang di zaman kita sekarang. Karena itu dengan
mengingat hal ini, semoga iman (akan pewahyuan pribadi) serta penalaran
(mengenai agenda-agenda paus) mendorong kita untuk berbicara. Janji-janji dan
nubuatan Allah tidaklah bohong, dan kita bisa melihat sendiri saat ini bahwa
Skisma Besar itu sudah berada di horizon, persis seperti yang dikatakan oleh
nubuatan. Kita sedang mendekati sebuah saat ketika ada beberapa orang di
sekitar Tahta Suci mulai mengikuti doktrin yang sesat yang tidak berisi Roh
Allah. Dan kini kita harus mulai memperingatkan orang-orang lain untuk
menyuarakan keprihatinan kita sekarang. Kita harus berbicara !
”Jika saya tetap diam, maka saya salah
karena ikut terlibat.”
― Albert Einstein
Karena itu
bangkitlah segera dan bicaralah dengan jujur tentang keprihatinan atas apa yang
dikatakan dan dilakukan oleh paus (serta orang-orang yang dipromosikan olehnya)
yang sangat mengganggu kita dimana keprihatinan ini bukan saja adalah perlu, tetapi wajib, sesuai
dengan posisi kita. Para orang tua hendaknya berbicara kepada anak-anak mereka,
para pembicara Katolik berbicara kepada para pengikut mereka di media sosial,
para teolog kepada mahasiswa mereka, imam-imam kepada umat di wilayahnya, uskup
kepada kawanannya... dan kita semua musti berbicara secara terbuka kepada paus.
Beberapa orang bahkan memiliki sebuah kewajiban untuk melakukan hal ini.
Maka kita harus berbicara kepada
PF, dan memberikan klarifikasi kepada dunia bahwa beberapa dari keprihatinan
kita adalah :
- Kita tak bisa mendukung pendekatan “Who am I to judge” terhadap tindakan homosex... tetapi kita harus menegaskan kebenaran ilahi bahwa semua kecenderungan homosex adalah keliru dan semua tindakan homosex (dan semua tindakan sexual diluar suami-istri) adalah selalu, dan dimana saja, dan bagi siapa saja, adalah sebuah dosa berat.
- Kita tidak akan dan tidak bisa mendukung pemberian Ekaristi Kudus kepada orang yang bercerai dan kawin lagi secara sipil atau kepada umat dari Gereja Lutheran, seperti yang kini sedang dipromosikan.... sebaliknya, kita harus menyatakan kebenaran ilahi bahwa Ekaristi Kudus itu hanya diperuntukkan bagi mereka yang berada dalam keadaan rahmat dan memiliki persiapan yang layak didalam persekutuan penuh dengan Kristus dan GerejaNya.
- Kita tidak akan dan tidak bisa mendukung perayaan 500 tahun memperingati Martin Luther serta berdirinya Protestanisme (yang akan dihadiri oleh PF tahun 2017 mendatang) ... sebaliknya kita harus menyatakan kebenaran ilahi bahwa Allah menghendaki bahwa semua orang berada didalam persekutuan penuh dengan GerejaNya, yang sepenuhnya didalam Gereja Katolik hingga akhir zaman. Kita tak bisa bertindak seolah-olah semua agama adalah sama, seperti yang dikatakan oleh sementara orang. Paus Leo XIII memperingatkan :”Toleransi yang sama terhadap semua agama adalah sama dengan atheisme.” Sementara kita mendukung untuk meraih saudara-saudara kita dari Protestan dengan melalui upaya ekumenis yang valid dan otentik, kita harus tetap berpikir jernih bahwa Luther mendirikan sebuah bidaah yang bertentangan dengan Iman Katolik dan bertentangan dengan kepausan, dan kita merasa prihatin jika ada umat Katolik yang ikut merayakan peristiwa peringatan lima abad ini.
“Seperti halnya
adalah sah untuk menolak paus yang menyerang tubuh, maka adalah juga sah untuk
menolak dia yang menyerang jiwa atau menghancurkan ketertiban umum atau diatas
semuanya, mencoba untuk menghancurkan Gereja. Saya mengatakan bahwa adalah sah
untuk menolaknya dengan tidak melakukan apa yang diperintahkannya dengan
menghalangi pelaksanaan keinginannya.”
― St. Robert Bellermine
Umat Katolik
harus tahu bahwa tak ada hukum canon Gereja yang melarang kita berbicara
tentang keprihatinan kita, meskipun hal itu mengenai paus. Di sisi yang lain,
situasi di Roma saat ini telah mengancam Iman dan kehidupan rahmat para anggota
Gereja. Inilah saatnya untuk berbicara !
Kita harus sadar bahwa jiwa-jiwa sedang dipertaruhkan disini, bukan hanya
oleh perkataan paus yang selalu bermakna ganda dan membingungkan, tetapi juga
karena sikap diam dari mereka yang seharusnya berbicara, tetapi tidak
melakukannya.
Bersikap diam di
hadapan kejahatan adalah merupakan
kejahatan itu
sendiri;
Allah tidak akan
menghalangi kita berbuat salah.
Tidak berbicara
adalah juga berbicara.
Tidak bertindak
adalah sebuah tindakan juga.”
― Dietrich
Bonhoeffer
Pada titik
manakah dosa pasiv menjatuhi mereka yang tidak mau membicarakan sesuatu yang
seharusnya dibicarakan, terutama ketika alasan yang benar dan iman telah
membuktikan akan gawatnya keadaan saat ini serta bahaya yang mungkin
ditimbulkannya demi kebaikan dan keselamatan jiwa-jiwa?
“Jika Allah mengijinkan seorang paus secara
keras kepala dan terang-terangan menjadi sesat, maka dari kenyataan itu dia
bukan lagi seorang paus dan tahta apostoliknya menjadi kosong.”
― St. Alphonsus Liguori,
Church Doctor
Tentu saja
tetap bersikap diam adalah lebih baik dari pada berbicara irasional dan memuji
secara keliru kepada paus saat ini, yang masih saja dilakukan oleh beberapa
orang sehingga hal itu semakin membingungkan umat. Yang cukup mengganggu adalah
para pemimpin Gereja yang bersikap ortodox yang seharusnya berbicara, namun
mereka tetap diam dan mereka masih saja memuji-muji paus secara terbuka,
terutama ketika kebingungan yang ditimbulkannya diketahui dan menjadi semakin
besar pengaruhnya. Namun yang lain-lainnya ada yang sudah mulai menyadari bahwa
mereka berkewajiban untuk berbicara, terutama jika mereka memiliki posisi yang
bisa mempengaruhi kebaikan jiwa-jiwa dan kebaikan paus sendiri.
Aku melihat relasi
antara dua orang paus... aku melihat Gereja Petrus (yang benar) dirongrong oleh
sebuah rencana yang dikembangkan oleh sebuah sekte rahasia... yang membangun
sebuah Gereja (palsu) yang besar, megah, aneh... yang merangkul semua
kepercayaan dengan hak-hak yang sama... Gereja Roma yang baru dan heterodox...”
― Blessed Anne
Catherine Emmerich
Berbicara
tentang keprihatinan kita saat ini adalah bertujuan untuk mendukung Kepausan
dan Magisterium Gereja yang benar, meski ada sementara orang yang menuduh kita
sebagai penentang. Menurut Kardinal Burke dalam sebuah wawancara baru-baru ini
:”Anda memiliki sebuah situasi yang
konyol dimana anda berusaha membela apa yang selalu diajarkan dan dilaksanakan
oleh Gereja, namun anda dituduh melakukan pemisahan atau menentang Paus Roma
yang benar,” demikian kata Burke. “Namun
semua ini adalah ulah setan dan kita harus mengenalinya,” (wawancara tanggal 15 Januari 2016 dengan Teresa
Tomeo)
”Satu-satunya yang berperanan bagi
kemenangan setan adalah bagi orang-orang yang baik tidak usah berbuat apa-apa.”
― Edmund Burke
Tetap patuh
dan setia, ya, namun bersikap diam
dan takut, tidak ! Di saat manakah
kita harus berbicara, sementara jiwa-jiwa sedang dipertaruhkan?
“Pada saat
kesesakan ini akan ada seorang pria, yang tidak terpilih secara kanonis, yang
akan naik kepada posisi kepausan, dan kelicikannya akan menuntun banyak orang
kepada kesalahan... karena pada saat itu Kristus akan mengirim kepada mereka
bukan seorang pastor yang benar, melainkan seorang perusak.”
― St. Francis of
Assisi
Semoga tuntunan
dari salah satu Uskup-uskup Gereja menuntun kita untuk menyampaikan suara
keprihatinan kita dan bahkan jika mungkin untuk meluruskan Paus :
Karena selama
beberapa generasi yang lalu hingga saat kita sekarang, didalam Gereja telah
memerintahlah semacam ‘kebiasaan yang paus-centris’ atau semacam ‘popolatria’
yang tidak diragukan lagi telah bersikap berlebihan dibandingan dengan sikap
yang moderat dan supernatural dari sosok paus serta penghormatan terhadap
dirinya pada waktu-waktu yang lalu. Sikap dan perlakuan yang berlebihan
terhadap pribadi paus ini telah menumbuhkan makna teologis yang berlebihan dan
keliru mengenai dogma infalibilitas paus.
Jika paus
memerintahkan seluruh Gereja untuk melakukan sesuatu, yang mungkin saja bisa
merusak Kebenaran Ilahi atau Perintah Ilahi yang tak pernah berubah, maka
setiap umat Katolik memiliki hak untuk meluruskan paus dengan rasa hormat yang
sewajarnya, yang digerakkan oleh rasa hormat dan kasih kepada tugas sucinya,
serta pribadi paus.
Saya kira, di sebuah saat dimana sebagian besar
pejabat Magisterium telah melupakan tugas suci mereka, maka Roh Kudus memanggil
umat beriman saat ini, untuk bergerak maju menghadapi pelanggaran ini dan
dengan berani membela Iman Katolik.
Gereja
bukanlah milik kita sendiri, juga bukan milik paus sendiri... Gereja, bunda
kita, diikat dengan sebuah tali bukan saja oleh musuh-musuh Kristus tetapi juga
oleh beberapa rekan kerja mereka yang berada di jajaran klerus Gereja, bahkan klerus yang paling tinggi...
Sebagai pejuang yang gagah berani kita harus berusaha membebaskan Gereja dengan
persenjataan spirituil untuk membela dan menyatakan kebenaran. (Uskup Athanasius Schneider, wawancara 1 Februari 2016 dengan Rorate
Caeli)
“Roh Kudus
memanggil umat beriman saat ini untuk bergerak maju menghadapi pelanggaran ini
dan dengan berani membela Iman Katolik.”
― Bishop Athanasius
Schneider (2016)
Saat ini saya
hanya mendorong umat Katolik untuk menyampaikan keprihatinan mereka mengenai
segala tindakan paus yang menimbulkan kebingungan, namun sebuah saat akan tiba
ketika kita berkewajiban untuk meluruskan paus atau bahkan menentangnya, jika dia
sampai menyuruh seluruh gereja untuk melakukan sesuatu yang secara langsung
merusak kebenaran Ilahi atau Perintah Ilahi yang tak pernah berubah. Karena pauspun
bisa melakukan kesalahan hingga membatalkan pontifikatnya. Jika hal ini sampai
terjadi, maka dia berhak mendapatkan kritikan dan penolakan kita, karena dia menjadi
musuh dari Allah dan GerejaNya. Jika dan ketika hal ini terjadi, St. Francis
de Sales, Doktor Gereja, dalam tulisannya berjudul ‘Introduction
to the Devout Life’ menyarankan :”Musuh-musuh
Allah dan GerejaNya, bidaah dan skismatik, haruslah dikritik sebanyak mungkin,
sepanjang kebenaran tidak ditolak. Adalah merupakan tindakan kemurahan hati untuk
berseru : Inilah serigala! Ketika ia memasuki kawanan atau dimana saja.”
“Inilah serigala !”
― St. Francis de Sales
Sementara itu,
marilah kita menyadari bahwa menyampaikan keprihatinan kita saat ini adalah
baik dan perlu. Paus dan umat Katolik secara keseluruhan akan memperoleh
manfaat jika mau mendengarkan suara keprihatinan kita. Bagi beberapa orang diantara
kita, hal itu bisa menjadi kewajiban, demi kebaikan paus dan Gereja. Karena itu
janganlah diam ! Demi kasih kepada Allah dan GerejaNya, biarlah mereka yang semestinya
berbicara, bicaralah sekarang !
“Jika ada
penguasa, bahkan penguasa tertinggi, menyangkal kebenaran (Gereja) atau
bertindak bertentangan dengannya, maka saya berkewajiban untuk menolaknya.”
― Cardinal Raymond Burke
(2015)
+++++++++++++++++
Dr. Kelly Bowring adalah seorang teolog Katolik terkenal yang
menerima gelar doktor Teologi di Roma dan bekas dekan the Catholic Graduate School of
Theology. Dia adalah penulis tiga buah
buku mengenai nubuatan Katolik modern dan mengenai tanda-tanda zaman, yang diterbitkan
oleh Two Hearts
Press LLC (www.TwoHeartsPress.com).
No comments:
Post a Comment