Friday, February 5, 2016

Mengoreksi Paus : Fitnah atau kewajiban?




Mengoreksi Paus : Fitnah atau kewajiban?
Posted on February 3, 2016 by twohearts
By Dr. Kelly Bowring

Di saat yang sangat membutuhkan ini dari Gereja, mereka yang seharusnya berbicara ternyata hanya diam saja.”
― Nubuatan dari Bunda Maria (Our Lady of Good Success)

Bunda Maria (Our Lady of Good Success) berbicara kepada Venerable Mother Mariana pada tahun 1611, mengenai ‘pemerintahan setan’, yang dikatakan oleh Bunda Maria akan terjadi pada akhir abad 20, yang akhirnya akan berpuncak pada terjadinya ‘suatu malam yang gelap’ dimana Gereja akan sangat menderita karena ia ‘tak memiliki seorang Uskup dan Pastor yang menuntunnya.”


(Two Hearts Press LLC – February 3, 2016) Sebagai seorang teolog Katolik sekali lagi saya merasa terdorong untuk mengatakan bahwa nyata sekali bagi banyak umat beriman Katolik saat ini (semakin banyak saja dalam 3 tahun belakangan ini) yang berkata bahwa berbagai tindakan dan perkataan PF telah menimbulkan keprihatinan yang sangat serius. Kini semakin nyata bahwa sebuah perang sedang berkembang antara Kebenaran dan kebohongan, seperti yang terlihat jelas terjadi pada dua sinode yang lalu dimana para eselon tertinggi Gereja (Kasper, Marx, Cupich) meninggalkan Iman Katolik dan mengikuti doktrin-doktrin palsu dan mereka berusaha menuntun orang-orang lain berjalan menuju kegelapan spirituil. Saat ini kita telah sampai pada ‘saat yang paling membutuhkan dari Gereja’ itu. Dan bagi dunia Katolik yang bisa mendengarkan saya saat ini, saya berkata kepada anda semua, inilah saatnya untuk tidak berdiam diri. Inilah saatnya bagi anda untuk berbicara !


“Sebelum kedatangan Kristus yang kedua, Gereja harus mengalami ujian yang terakhir yang akan menggoyahkan iman banyak orang.... dalam bentuk khayalan religius yang bohong yang merupakan sebuah kemurtadan.”
― Catechism of the Catholic Church #675


Apakah berbicara tentang keprihatinan terhadap paus merupakan sebuah bentuk fitnah? Sungguh ? Tidak ! kenyataannya hal ini tidak menyalahi kebenaran. Sebaliknya, sikap diam berarti musuh dalam hal ini. Paus adalah seorang pemimpin religius yang dalam waktu hampir 3 tahun kepemimpinannya telah dirasakan oleh banyak umat telah menuntun kepada kebingungan, kesesatan, serta perpecahan. Paus nampak sekali, secara tanpa hambatan apapun, telah berjalan menuju perubahan Gereja selamanya, perubahan yang (disengaja atau tidak) akan menghancurkan Gereja. Karena itu apapun agendanya, kita harus terus bersumpah setia kepada satu Sabda Allah yang benar dan kini kita berbicara demi Kristus serta kebenaran-kebenaranNya yang Ilahi. 

Ada waktu untuk berbicara.”
― Pengkhotbah 3:7


Adalah sebuah kenyataan yang jelas bahwa kita telah dipersiapkan untuk mengalami krisis didalam Gereja saat ini oleh sejumlah besar pewahyuan (pribadi) yang telah diakui oleh Gereja, yang berasal dari Allah sendiri, yang memberikan berbagai peringatan kepada umat beriman serta anjuran-anjuran untuk waspada bahwa sebuah situasi seperti ini akan berkembang di zaman kita sekarang. Karena itu dengan mengingat hal ini, semoga iman (akan pewahyuan pribadi) serta penalaran (mengenai agenda-agenda paus) mendorong kita untuk berbicara. Janji-janji dan nubuatan Allah tidaklah bohong, dan kita bisa melihat sendiri saat ini bahwa Skisma Besar itu sudah berada di horizon, persis seperti yang dikatakan oleh nubuatan. Kita sedang mendekati sebuah saat ketika ada beberapa orang di sekitar Tahta Suci mulai mengikuti doktrin yang sesat yang tidak berisi Roh Allah. Dan kini kita harus mulai memperingatkan orang-orang lain untuk menyuarakan keprihatinan kita sekarang. Kita harus berbicara !


Jika saya tetap diam, maka saya salah karena ikut terlibat.”
― Albert Einstein

Karena itu bangkitlah segera dan bicaralah dengan jujur tentang keprihatinan atas apa yang dikatakan dan dilakukan oleh paus (serta orang-orang yang dipromosikan olehnya) yang sangat mengganggu kita dimana keprihatinan ini bukan saja adalah perlu, tetapi wajib, sesuai dengan posisi kita. Para orang tua hendaknya berbicara kepada anak-anak mereka, para pembicara Katolik berbicara kepada para pengikut mereka di media sosial, para teolog kepada mahasiswa mereka, imam-imam kepada umat di wilayahnya, uskup kepada kawanannya... dan kita semua musti berbicara secara terbuka kepada paus. Beberapa orang bahkan memiliki sebuah kewajiban untuk melakukan hal ini.

Maka kita harus berbicara kepada PF, dan memberikan klarifikasi kepada dunia bahwa beberapa dari keprihatinan kita adalah :
  • Kita tak bisa mendukung pendekatan “Who am I to judge” terhadap tindakan homosex... tetapi kita harus menegaskan kebenaran ilahi bahwa semua kecenderungan homosex adalah keliru dan semua tindakan homosex (dan semua tindakan sexual diluar suami-istri) adalah selalu, dan dimana saja, dan bagi siapa saja, adalah sebuah dosa berat.

  • Kita tidak akan dan tidak bisa mendukung pemberian Ekaristi Kudus kepada orang yang bercerai dan kawin lagi secara sipil atau kepada umat dari Gereja Lutheran, seperti yang kini sedang dipromosikan.... sebaliknya, kita harus menyatakan kebenaran ilahi bahwa Ekaristi Kudus itu hanya diperuntukkan bagi mereka yang berada dalam keadaan rahmat dan memiliki persiapan yang layak didalam persekutuan penuh dengan Kristus dan GerejaNya.

  • Kita tidak akan dan tidak bisa mendukung perayaan 500 tahun memperingati Martin Luther serta berdirinya Protestanisme (yang akan dihadiri oleh PF tahun 2017 mendatang) ... sebaliknya kita harus menyatakan kebenaran ilahi bahwa Allah menghendaki bahwa semua orang berada didalam persekutuan penuh dengan GerejaNya, yang sepenuhnya didalam Gereja Katolik hingga akhir zaman. Kita tak bisa bertindak seolah-olah semua agama adalah sama, seperti yang dikatakan oleh sementara orang. Paus Leo XIII memperingatkan :”Toleransi yang sama terhadap semua agama adalah sama dengan atheisme.” Sementara kita mendukung untuk meraih saudara-saudara kita dari Protestan dengan melalui upaya ekumenis yang valid dan otentik, kita harus tetap berpikir jernih bahwa Luther mendirikan sebuah bidaah yang bertentangan dengan Iman Katolik dan bertentangan dengan kepausan, dan kita merasa prihatin jika ada umat Katolik yang ikut merayakan peristiwa peringatan lima abad ini.

 “Seperti halnya adalah sah untuk menolak paus yang menyerang tubuh, maka adalah juga sah untuk menolak dia yang menyerang jiwa atau menghancurkan ketertiban umum atau diatas semuanya, mencoba untuk menghancurkan Gereja. Saya mengatakan bahwa adalah sah untuk menolaknya dengan tidak melakukan apa yang diperintahkannya dengan menghalangi pelaksanaan keinginannya.
― St. Robert Bellermine


Umat Katolik harus tahu bahwa tak ada hukum canon Gereja yang melarang kita berbicara tentang keprihatinan kita, meskipun hal itu mengenai paus. Di sisi yang lain, situasi di Roma saat ini telah mengancam Iman dan kehidupan rahmat para anggota Gereja. Inilah saatnya untuk berbicara ! Kita harus sadar bahwa jiwa-jiwa sedang dipertaruhkan disini, bukan hanya oleh perkataan paus yang selalu bermakna ganda dan membingungkan, tetapi juga karena sikap diam dari mereka yang seharusnya berbicara, tetapi tidak melakukannya.


Bersikap diam di hadapan kejahatan adalah merupakan
kejahatan itu sendiri;
Allah tidak akan menghalangi kita berbuat salah.
Tidak berbicara adalah juga berbicara.
Tidak bertindak adalah sebuah tindakan juga.
― Dietrich Bonhoeffer


Pada titik manakah dosa pasiv menjatuhi mereka yang tidak mau membicarakan sesuatu yang seharusnya dibicarakan, terutama ketika alasan yang benar dan iman telah membuktikan akan gawatnya keadaan saat ini serta bahaya yang mungkin ditimbulkannya demi kebaikan dan keselamatan jiwa-jiwa?


 “Jika Allah mengijinkan seorang paus secara keras kepala dan terang-terangan menjadi sesat, maka dari kenyataan itu dia bukan lagi seorang paus dan tahta apostoliknya menjadi kosong.”
― St. Alphonsus Liguori, Church Doctor


Tentu saja tetap bersikap diam adalah lebih baik dari pada berbicara irasional dan memuji secara keliru kepada paus saat ini, yang masih saja dilakukan oleh beberapa orang sehingga hal itu semakin membingungkan umat. Yang cukup mengganggu adalah para pemimpin Gereja yang bersikap ortodox yang seharusnya berbicara, namun mereka tetap diam dan mereka masih saja memuji-muji paus secara terbuka, terutama ketika kebingungan yang ditimbulkannya diketahui dan menjadi semakin besar pengaruhnya. Namun yang lain-lainnya ada yang sudah mulai menyadari bahwa mereka berkewajiban untuk berbicara, terutama jika mereka memiliki posisi yang bisa mempengaruhi kebaikan jiwa-jiwa dan kebaikan paus sendiri.


Aku melihat relasi antara dua orang paus... aku melihat Gereja Petrus (yang benar) dirongrong oleh sebuah rencana yang dikembangkan oleh sebuah sekte rahasia... yang membangun sebuah Gereja (palsu) yang besar, megah, aneh... yang merangkul semua kepercayaan dengan hak-hak yang sama... Gereja Roma yang baru dan heterodox...
― Blessed Anne Catherine Emmerich


 Berbicara tentang keprihatinan kita saat ini adalah bertujuan untuk mendukung Kepausan dan Magisterium Gereja yang benar, meski ada sementara orang yang menuduh kita sebagai penentang. Menurut Kardinal Burke dalam sebuah wawancara baru-baru ini :”Anda memiliki sebuah situasi yang konyol dimana anda berusaha membela apa yang selalu diajarkan dan dilaksanakan oleh Gereja, namun anda dituduh melakukan pemisahan atau menentang Paus Roma yang benar,” demikian kata Burke. “Namun semua ini adalah ulah setan dan kita harus mengenalinya,” (wawancara tanggal 15 Januari 2016 dengan Teresa Tomeo)


Satu-satunya yang berperanan bagi kemenangan setan adalah bagi orang-orang yang baik tidak usah berbuat apa-apa.”
― Edmund Burke

Tetap patuh dan setia, ya, namun bersikap diam dan takut, tidak ! Di saat manakah kita harus berbicara, sementara jiwa-jiwa sedang dipertaruhkan?

“Pada saat kesesakan ini akan ada seorang pria, yang tidak terpilih secara kanonis, yang akan naik kepada posisi kepausan, dan kelicikannya akan menuntun banyak orang kepada kesalahan... karena pada saat itu Kristus akan mengirim kepada mereka bukan seorang pastor yang benar, melainkan seorang perusak.”
― St. Francis of Assisi


 Semoga tuntunan dari salah satu Uskup-uskup Gereja menuntun kita untuk menyampaikan suara keprihatinan kita dan bahkan jika mungkin untuk meluruskan Paus :

Karena selama beberapa generasi yang lalu hingga saat kita sekarang, didalam Gereja telah memerintahlah semacam ‘kebiasaan yang paus-centris’ atau semacam ‘popolatria’ yang tidak diragukan lagi telah bersikap berlebihan dibandingan dengan sikap yang moderat dan supernatural dari sosok paus serta penghormatan terhadap dirinya pada waktu-waktu yang lalu. Sikap dan perlakuan yang berlebihan terhadap pribadi paus ini telah menumbuhkan makna teologis yang berlebihan dan keliru mengenai dogma infalibilitas paus. 

Jika paus memerintahkan seluruh Gereja untuk melakukan sesuatu, yang mungkin saja bisa merusak Kebenaran Ilahi atau Perintah Ilahi yang tak pernah berubah, maka setiap umat Katolik memiliki hak untuk meluruskan paus dengan rasa hormat yang sewajarnya, yang digerakkan oleh rasa hormat dan kasih kepada tugas sucinya, serta pribadi paus.

Saya kira, di sebuah saat dimana sebagian besar pejabat Magisterium telah melupakan tugas suci mereka, maka Roh Kudus memanggil umat beriman saat ini, untuk bergerak maju menghadapi pelanggaran ini dan dengan berani membela Iman Katolik.

Gereja bukanlah milik kita sendiri, juga bukan milik paus sendiri... Gereja, bunda kita, diikat dengan sebuah tali bukan saja oleh musuh-musuh Kristus tetapi juga oleh beberapa rekan kerja mereka yang berada di jajaran klerus Gereja, bahkan klerus yang paling tinggi... Sebagai pejuang yang gagah berani kita harus berusaha membebaskan Gereja dengan persenjataan spirituil untuk membela dan menyatakan kebenaran. (Uskup Athanasius Schneider, wawancara 1 Februari 2016  dengan Rorate Caeli)


“Roh Kudus memanggil umat beriman saat ini untuk bergerak maju menghadapi pelanggaran ini dan dengan berani membela Iman Katolik.”
― Bishop Athanasius Schneider (2016)

Saat ini saya hanya mendorong umat Katolik untuk menyampaikan keprihatinan mereka mengenai segala tindakan paus yang menimbulkan kebingungan, namun sebuah saat akan tiba ketika kita berkewajiban untuk meluruskan paus atau bahkan menentangnya, jika dia sampai menyuruh seluruh gereja untuk melakukan sesuatu yang secara langsung merusak kebenaran Ilahi atau Perintah Ilahi yang tak pernah berubah. Karena pauspun bisa melakukan kesalahan hingga membatalkan pontifikatnya. Jika hal ini sampai terjadi, maka dia berhak mendapatkan kritikan dan penolakan kita, karena dia menjadi musuh dari Allah dan GerejaNya. Jika dan ketika hal ini terjadi, St. Francis de Sales, Doktor Gereja, dalam tulisannya berjudul Introduction to the Devout Life menyarankan :”Musuh-musuh Allah dan GerejaNya, bidaah dan skismatik, haruslah dikritik sebanyak mungkin, sepanjang kebenaran tidak ditolak. Adalah merupakan tindakan kemurahan hati untuk berseru : Inilah serigala! Ketika ia memasuki kawanan atau dimana saja.”

Inilah serigala !
― St. Francis de Sales

Sementara itu, marilah kita menyadari bahwa menyampaikan keprihatinan kita saat ini adalah baik dan perlu. Paus dan umat Katolik secara keseluruhan akan memperoleh manfaat jika mau mendengarkan suara keprihatinan kita. Bagi beberapa orang diantara kita, hal itu bisa menjadi kewajiban, demi kebaikan paus dan Gereja. Karena itu janganlah diam ! Demi kasih kepada Allah dan GerejaNya, biarlah mereka yang semestinya berbicara, bicaralah sekarang !

“Jika ada penguasa, bahkan penguasa tertinggi, menyangkal kebenaran (Gereja) atau bertindak bertentangan dengannya, maka saya berkewajiban untuk menolaknya.
― Cardinal Raymond Burke (2015)


+++++++++++++++++
 Dr. Kelly Bowring adalah seorang teolog Katolik terkenal yang menerima gelar doktor Teologi di Roma dan bekas dekan the Catholic Graduate School of Theology. Dia adalah penulis tiga buah buku mengenai nubuatan Katolik modern dan mengenai tanda-tanda zaman, yang diterbitkan oleh Two Hearts Press LLC (www.TwoHeartsPress.com).

No comments:

Post a Comment