AHLI HUKUM CANON MENASIHATKAN
KEPADA DIOSIS UNTUK MEMBERIKAN KOMUNI KUDUS KEPADA PARA PEZINAH KARENA AMORIS
LAETITIA
Begitulah akibat yang sengaja
dikehendaki dari sebuah dokumen sesat (Amoris Laetitia) kini semakin meluas.
May 19,
2017 (LifeSiteNews) – Seorang ahli Hukum
Canon mengatakan kepada imam-imam dalam sebuah workshop yang diselenggarakan
oleh sebuah diosis di Amerika Serikat bahwa Amoris Laetitia dari PF telah
mengijinkan mereka untuk melanggar tradisi Gereja yang selama ini menolak
memberikan Komuni Kudus kepada umat Katolik yang menikah lagi.
Karena uskup setempat tidak
mengeluarkan aturannya mengenai anjuran dari PF ini (Amoris Laetitia) maka ahli
hukum Canon itu mengatakan bahwa imam-imam bisa mengikuti penafsiran
kontroversial dari uskup-uskup Malta dan Buenos Aires (yang memberikan Komuni
kepada para pezinah).
Pelaksanaan workshop itu
sengaja direkam dan disebarkan secara anonim didalam kelompok umat Katolik Mary’s Advocates. Kemudian kelompok itu
memposting rekaman itu di dalam website
mereka dengan identitas yang disamarkan.
“Saat ini kita tidak memiliki
aturan untuk ditaati,” demikian kata ahli Hukum Canon itu. “Namun jika
imam-imam ingin mencermati sesuatu yang bisa mereka lakukan, maka ada
wilayah-wilayah lain yang memiliki aturan dan tuntunan seperti itu. Khususnya
di Buenos Aires, mereka telah mengeluarkan aturan bagi imam-imam mereka (untuk
memberikan Komuni kepada para pezinah).”
“Hal ini penting karena dari
wilayah itulah (Buenos Aires) PF berasal,” demikian kata wanita yang ahli Hukum
Canon itu. “Patut dicatat juga bahwa PF telah mengirim surat persetujuannya
atas tuntunan yang dikeluarkan oleh diosis Buenos Aires.”
Kepada para peserta workshop
itu, termasuk kepada imam-imam, wanita itu merujuk kepada sebuah website milik
seorang canonist awam yang telah memuat surat tuntunan mengenai Komuni kepada
pezinah di wilayah Buenos Aires dan Malta.
“Dokumen dari Buenos Aires
serta surat persetujuan PF atas keputusan mereka, saya tidak berhak memberikan
persetujuan disini, tetapi menurut saya, tuntunan seperti itu adalah baik,”
demikian kata ahli hukum
Canon itu kepada peserta workshop.
Amoris
Laetitia
Arahan atau tuntunan
(mengenai ijin untuk menerima Komuni bagi pezinah) pertama kali dikeluarlkan
secara resmi di Buenos Aires dan Malta, karena mereka menganggap bahwa Amoris
Laetitia bisa ditafsirkan membolehkan pemberian Komuni bagi umat Katolik yang
hidup dalam keadaan dosa berat. Wilayah-wilayah lain seperti Chicago dan San
Diego telah mengindikasikan bahwa mereka akan segera mengikutinya.
PF masih juga tidak bersedia
menjawab permintaan atau pertanyaan dari empat orang kardinal yang meminta
penjelasan apakah PF memang berniat, melalui dokumen Amoris Laetitia,
mengijinkan umat Katolik untuk melanggar ajaran Gereja mengenai Komuni bagi
orang yang hidup bersama diluar pernikahan resmi Gereja.
Tuntunan dari uskup-uskup
Buenos Aires dan Malta
September 2016 uskup-uskup
Buenos Aires mengeluarkan arahan mereka bagi imam-imam di wilayah itu yang
isinya mengijinkan pemberian Komuni bagi umat Katolik yang bercerai dan menikah
lagi. Dokumen itu adalah hasil nyata dari Amoris Laetitia.
Uskup-uskup disana mengatakan
bahwa dalam situasi-situasi yang komplex ketika pasangan yang menikah lagi tak
bisa memperoleh anulasi, maka imam-imam masih bisa memberi mereka kesempatan
untuk menerima Ekaristi.
Seandainya imam menyadari
bahwa dalam ’kasus tertentu ada pembatasan-pembatasan yang bisa mengurangi
tanggung jawab dan kesalahannya, terutama ketika seseorang merasa bahwa dirinya
akan jatuh ke dalam kesalahan yang beruntun dengan membahayakan anak-anak yang
dihasilkan dari perkawinannya yang baru nanti’, demikian arahan dari
uskup-uskup di sana, ‘maka Amoris Laetitia membuka kemungkinan bagi pasangan
seperti itu untuk menerima Sakramen Rekonsiliasi dan Ekaristi.’
Si ahli hukum Canon itu
mengutip pernyataan ini di dalam pembicaraannya.
Patut dicatat bahwa PF telah
menulis surat kepada uskup Argentina, Sergío
Alfredo Fenoy, mengenai arahan
Buenos Aires, dengan mengatakan “Dokumen Amoris Laetitia adalah sangat baik dan
menjelaskan secara lengkap arti dari bab VIII. Tak ada penafsiran lainnya.”
Uskup-uskup
Malta juga telah memberikan persetujuannya bagi orang yang bercerai dan
kemudian menikah lagi secara sipil di wilayah mereka untuk menerima Komuni,
dimana keputusan itu dikeluarkan pada Januari 2017 barusan.
Saat
itu uskup-uskup Malta mengatakan ‘bahwa ada situasi-situasi yang komplex’
dimana hidup secara murni seperti yang diminta oleh Gereja bagi pasangan
seperti itu, agar mereka tetap bisa menerima Komuni, tidaklah mungkin
dilakukan.
Demikianlah ahli hukum Canon
dari Amerika Serikat itu mengulangi ide seperti ini di dalam pidatonya.
Kita tahu bahwa uskup-uskup
Malta mengatakan jika orang Katolik yang bercerai dan menikah lagi secara
sipil, di wilayah mereka, boleh
menerima Komuni “asalkan memiliki hati nurani yang baik, mengakui dan
percaya bahwa dirinya masih dalam keadaan berdamai dengan Allah.”
Mereka mengatakan bahwa
aturan yang mereka keluarkan adalah sesuai dengan pengarahan
dari PF. Ahli hukum Canon itu mengatakan bahwa masalah ini adalah bersifat
pribadi serta membutuhkan kearifan pastoral, menggunakan bahasa dari dokumen
(Amoris Laetitia) serta hasil-hasil synode mengenai keluarga yang sangat
kontroversial itu.
Kebingungan meluas
Pendiri website Mary’s Advocates, Bai
Macfarlane, mengkritik keras
ucapan ahli hukum Canon itu yang telah menyesatkan Ajaran Gereja serta isi
Hukum Canon sendiri.
“Para peserta yang awalnya
ingin mendengar dan siap belajar yang baik, ternyata disuguhi hukum buatan
manusia yang ada di dalam Amoris Laetitia,” demikian kata Macfarlane.
Antara tahun 2000 hingga 2016
imam-imam merasa dibatasi untuk menasihati umatnya yang mengalami perkawinan
kedua, dan memberitahu pasangan bahwa mereka tak bisa menerima Komuni jika
tidak bisa berhenti melakukan hubungan sex, jika perkawinan mereka yang pertama
tidak mendapatkan anulasi. Namun dengan munculnya Amoris Laetitia, yang merupakan
hukum buatan manusia, hal itu telah membalikkan keadaan dan menghilangkan pembatasan
yang dialami oleh imam-imam itu, dan kini imam-imam diminta menganjurkan
pasangan seperti itu untuk menerima Komuni setelah menerima pendampingan dan memperoleh
kearifan.
Dalam presentasinya, si ahli
hukum Canon itu mengatakan bahwa tidak melakukan hubungan sex adalah tidak
baik, karena anda menghilangkan satu aspek utama dalam sebuah perkawinan. Dia
mengatakan hal ini bagi umat Katolik yang menjalani perkawinan kedua tanpa menerima
anulasi bagi perkawinan pertamanya. Dengan kata lain dia menganjurkan perbuatan
zina.
Macfarlane mengatakan: “Pembicara
menganggap bahwa perbuatan sex perzinahan (diluar perkawinan yang sah) bisa mendatangkan
rahmat seperti halnya perbuatan sex di dalam ikatan perkawinan yang sah.”
Rekaman presentasinya silakan
lihat disini
dimana rekaman ini telah disebarkan ke wilayah tempat pembicara itu bekerja.
Read the
full article at Life Site News
Silakan melihat artikel lainnya
disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment