MENGAPA KITA
MEMPROMOSIKAN ‘KITAB KEBENARAN’ PADAHAL IA BELUM DIAKUI OLEH GEREJA?
paulsimeon2014
October 24,
2017
Seperti halnya para
pembaca dari blog ini tahu, kami percaya dan secara aktiv kami mempromosikan
pesan-pesan Ilahi yang ada di dalam Kitab
Kebenaran. Banyak orang, yang mungkin saja belum mengetahui semua kenyataan
mengenai pesan-pesan Kitab Kebenaran ini, mereka bertanya kepada kami: Mengapa mempromosikan
Pesan-pesan ini padahal ia belum diakui secara resmi oleh Gereja Katolik? Kami
akan menjawab pertanyaan sulit itu di dalam artikel ini.
Latar
Belakang Singkat
Pertama-tama, kita
bicara soal latar belakang singkat mengenai "Kitab Kebenaran" bagi
mereka yang belum mengenalnya. Dalam serangkaian pesan yang diberikan kepada seorang
visiuner Irlandia yang memakai nama anonim "Maria Divine Mercy,"
Yesus mengatakan bahwa Kedatangan KeduaNya sudah dekat, dan itu akan terjadi
pada angkatan ini. Pesan yang diberikan kepada MDM hampir setiap hari terjadi, mulai
tanggal 8 November 2010, dimana pesan-pesan itu dapat dilihat di situs ini dan disusun
dalam buku dengan volume 5 buku yang berjudul "Kitab Kebenaran".
Pesan-pesan ini berisi nubuatan tentang peristiwa-peristiwa yang mengarah kepada
Kedatangan Kedua Yesus.
Ada 1330 Pesan, 170
Doa Perjuangan dan 6 Litani telah didiktekan selama 4 tahun, dan disusun di dalam
Kitab Kebenaran dalam
lima volume. Sampai saat ini tidak ada visioner atau nabi lain dalam sejarah
yang telah diberi banyak pesan dan doa seperti itu selain Maria Divine Mercy.
Pesan-pesannya telah
tersebar ke seluruh dunia, diterbitkan dalam bentuk buku dalam berbagai bahasa,
dan juga tersedia di berbagai situs web. Banyak "kelompok-kelompok doa perjuangan"
telah dibentuk, dengan mengikuti panggilan dari Yesus untuk mempersiapkan
KedatanganNya yang kedua melalui banyak doa.
Pesan-pesannya adalah
unik karena Yesus mengatakan bahwa "Maria Divine Mercy" adalah nabi
terakhir dalam sejarah yang perannya adalah untuk mengumumkan Kedatangan Kedua
Yesus yang akan terjadi pada angkatan ini. Yesus juga mengatakan bahwa
"Kitab Kebenaran" ini adalah buku tentang Akhir Zaman yang
dinubuatkan kepada nabi Daniel:
Dan. 10:21 Namun demikian, aku akan memberitahukan kepadamu apa yang tercantum
dalam Kitab Kebenaran.
Dan. 12:4 Tetapi engkau, Daniel, sembunyikanlah segala firman itu, dan
meteraikanlah Kitab itu sampai pada akhir zaman; banyak orang akan
menyelidikinya, dan pengetahuan akan bertambah."
Penolakan
oleh Uskup Agung Dublin
Pada tanggal 15 April 2014, Uskup
Agung Dublin, Diarmuid Martin, mengeluarkan sebuah kutukan atas "Kitab
Kebenaran" dalam sebuah pernyataan resmi yang dipublikasikan di situs
resmi Keuskupan Agung:
Permintaan untuk
klarifikasi telah datang kepada Keuskupan Agung Dublin mengenai keaslian dari
dugaan penglihatan-penglihatan dan pesan-pesan yang diterima oleh seseorang yang menyebut
dirinya "Maria Divine Mercy" dan yang mungkin tinggal di wilayah Keuskupan
Agung Dublin. Uskup Agung Diarmuid Martin menyatakan bahwa pesan-pesan dan
dugaan penglihatan-penglihatan ini tidak
memiliki persetujuan gerejawi dan banyak teks yang bertentangan dengan teologi
Katolik. Pesan-pesan ini tidak boleh dipromosikan atau dimanfaatkan dalam
asosiasi Gereja Katolik.
Lalu, mengapa kita
masih memperhatikan pesan-pesan Kitab Kebenaran jika memang hal itu telah
dikutuk oleh Gereja?
Serigala
berbulu domba
Tapi ternyata bahwa Uskup Agung
Dublin, Diarmuid Martin, yang
mengutuk "Kitab Kebenaran", adalah seorang penganjur dan pendukung aktif
pernikahan sesama jenis di Irlandia.
Sebuah komponen
kunci dari pesan-pesan Kitab Kebenaran adalah berupa sebuah wahyu oleh Yesus
Kristus yang mengatakan bahwa Freemason telah menyusup ke dalam Gereja, dan
saat ini ia menduduki kursi-kursi kekuasaan dan pengaruh yang besar. Menjelang
Kedatangan Kedua dari Kristus, kelompok klerus Freemason ini, yang berpakaian
seperti "serigala berbulu domba", akan menuntun Gereja kepada
kesesatan dan menuju perpecahan yang terbesar dalam sejarahnya. Yesus
memperingatkan kita, melalui Kitab Kebenaran, agar kita tetap setia kepada
ajaran-ajaranNya, terutama dalam menghadapi ajaran-ajaran sesat yang secara
aktif dipromosikan oleh para klerus tingkat tinggi. Yesus memperingatkan kita
bahwa para klerus murtad ini akan berusaha untuk membenarkan dosa, termasuk
dosa berat, seperti misalnya tindakan homoseksual dan pernikahan sesama jenis.
Berikut ini adalah pesan
yang diberikan kepada Maria Divine Mercy pada tanggal 15 Februari 2013:
Perkawinan tidaklah
bisa diterima dihadapan altarKu jika ia terjadi antara dua orang yang sesama
jenis. Namun mereka melakukan hal ini dan menghinakan Aku. Mereka meminta
kepadaKu untuk menerima dosa dengan membenarkan penentangan terhadap
Perintah-perintah BapaKu. Mereka berusaha meyakinkan dirinya bahwa hal ini bisa
diterima, dihadapan Allah, ketika hal ini seharusnya tidak terjadi.
Semua Hukum-hukum
Allah diciptakan di Surga. Dosa adalah dosa, di Mata Allah, dan tak pernah bisa
dibenarkan oleh penafsiran manusia.
Uskup
Agung Martin Adalah Seorang Penganjur Aktiv Dari Perkawinan Sejenis
Gambar
yang digunakan dalam manual World Meeting of Families dapat ditemukan di Getty
Images (lihat di atas), dan dijelaskan hal itu sebagai "pasangan
lesbian".
Halaman 24 dari program untuk
mempersiapkan keluarga-keluarga bagi Pertemuan Keluarga Sedunia berisi gambar
dua wanita lesbian di atas jembatan yang saling menempel erat satu sama lain. Uskup-uskup
Katolik di Irlandia, dengan dipimpin oleh Uskup Agung Martin, menggunakan
ajaran Paus Fransiskus tentang pernikahan dan keluarga, untuk mempromosikan
pasangan homoseksual sebagai bentuk baru "keluarga" dalam Pertemuan
Keluarga Sedunia yang akan datang, yang akan diadakan di Dublin pada bulan
Agustus 2018. (lihat lambang pelangi LGBT pada tangan kanan wanita yang di
belakang).
Acara tersebut akan
berfokus pada anjuran PF Amoris Laetitia tahun 2016 (Joy of Love), yang
menyoroti tema "Injil Keluarga: Sukacita bagi Dunia."
Kita tahu bahwa pada
bulan September 2017 yang lalu, ada puluhan klerus Katolik dan para ilmuwan awam
dari seluruh dunia yang menyampaikan
sebuah koreksi (Filial
Correction) kepada PF karena PF telah "menyebarkan ajaran sesat" di
dalam Amoris Laetitia.
Sebuah program
untuk mempersiapkan keluarga untuk Pertemuan Keluarga Sedunia yang akan datang
telah dirilis di bawah pengawasan uskup agung Dublin Diarmuid Martin. Pertemuan
Keluarga Sedunia ini yang akan terselenggara melalui ‘kelalaian’ (kesengajaan?)
dari uskup agung Dublin, Diarmuid Martin.
Bagian ke enam dari
program itu yang berjudul “Amoris: Let’s
talk Family! Let’s be Family!” berisi promosi eksplisit tentang
relasi homoseksual yang mereka anggap sebagai bentuk baru dari keluarga, dimana
mereka mengatakan bahwa hubungan semacam itu (homosex) memberi "dukungan
bersama” bagi pasangan homoseksual aktif.
Teks yang
ada di atas foto tersebut berbunyi: "Sementara Gereja mempertahankan
cita-cita pernikahan sebagai komitmen permanen antara seorang pria dan wanita, namun
ada sebuah bentuk relasi lain yang memberikan dukungan timbal balik kepada pasangan
(sejenis) tersebut. Paus Fransiskus mendorong kita untuk tidak mengabaikan
mereka, tetapi agar kita mendampingi dan memfasilitasi pasangan itu juga,
dengan penuh kasih, perhatian dan dukungan."
Promosi
homosex nampak sekali disengaja pada Pertemuan Keluarga Sedunia yang
diadakan oleh uskup-uskup Irlandia.
Pada tanggal 13
Oktober 2017, Uskup Brendan Leahy dari Limerick mengatakan bahwa pasangan
homoseksual haruslah disambut hangat pada Pertemuan Keluarga Sedunia. Leahy,
yang berbicara kepada wartawan setelah keuskupannya meluncurkan program persiapan
pro-homoseksual, mengatakan bahwa kesempatan ini akan terlewatkan jika Gereja
gagal untuk merangkul ‘keluarga’ dalam segala keragamannya (termasuk ‘keluarga’
homosex).
Sebelum ini, pada
bulan Oktober tahun lalu, Uskup Agung Diarmuid Martin mengatakan
bahwa uskup-uskup Katolik tidak boleh "membiarkan diri kita diliputi keraguan
dalam usaha untuk membuat definisi tentang arti keluarga," karena nilai
budaya yang berbeda berarti keluarga tidak dapat didefinisikan secara
sederhana.
Siapakah
saya hingga boleh mempercayainya?
Jika anda membaca
kutukan resmi atas Kitab Kebenaran oleh Uskup Agung Diarmuid Martin dari
Dublin, Irlandia, maka ada baiknya anda merenungkan hal ini dalam konteks
berbagai kenyataan yang ada, yang telah kita tunjukkan dalam artikel ini:
1.
Yesus, di dalam Kitab Kebenaran, telah memperingatkan
bahwa para klerus sesat pada Akhir Zaman nanti akan secara aktiv mempromosikan
dosa, termasuk perkawinan sejenis.
2.
Uskup Agung Diarmuid Martin dari Dublin, Irlandia, adalah
seorang liberal dalam Gereja Katolik, dimana saat ini dia secara aktiv
mempromosikan perkawinan sejenis. Ini adalah fakta yang telah kita tunjukkan
dengan jelas dalam artikel ini.
3.
Uskup yang sama ini, yang getol memperjuangkan
perkawinan sejenis, telah mengutuk Kitab Kebenaran, yang secara explisit
memperingatkan kita terhadap bahaya dari para klerus Freemason yang secara
aktiv membenarkan perbuatan dosa, termasuk perkawinan sejenis.
Maka bertanyalah
dalam diri anda sendiri: Siapakah yang harus saya percayai? Uskup Agung yang
telah mengutuk Kitab Kebenaran, dan yang saat ini giat membela perkawinan
sejenis (yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Gereja)? Atau saya musti percaya
kepada Yesus, yang di dalam Kitab Kebenaran berusaha memperingatkan kita untuk
mewaspadai para klerus Freemason yang secara aktiv mempromosikan dosa,
perkawinan sejenis, serta ajaran-ajaran lain yang bertentangan dengan
ajaran-ajaran Gereja?
Banyak
penampakan-penampakan yang telah diakui oleh Gereja, pada awalnya ia dikutuk
oleh Gereja
Patut dicatat bahwa
banyak dari penampakan-penampakan besar serta devosi-devosi yang saat ini telah
diterima secara universal di dalam Gereja Katolik, pada awalnya ia menghadapi
berbagai sikap skeptis serta kutukan langsung. Persetujuan resmi atas
penampakan-penampakan itu datangnya bertahun-tahun (puluhan tahun) kemudian,
bahkan setelah penampakan itu sendiri berhenti. Dan setelah melewati berbagai
penganiayaan dan berbagai kutukan oleh unsur-unsur di dalam Gereja, barulah
penampakan atau devosi itu disetujui dan diakui kebenarannya.
Oleh karena itu,
kita seharusnya tidak mudah terpengaruh oleh serangan-serangan terhadap
"Kitab Kebenaran" yang dibuat oleh unsur-unsur di dalam Gereja,
karena hal yang sama juga terjadi sebelumnya dengan penampakan di Lourdes,
Fatima, La Salette, dan banyak lagi lainnya. Bagaimanapun juga, klerus adalah manusia
biasa – klerus yang juga bisa salah dalam menilai dan membedakan dari waktu ke
waktu.
Pastor paroki
Lourdes pada saat penampakan, pastor Peyramale, awalnya sangat skeptis terhadap
penampakan-penampakan St. Bernadette, dan dia baru mengalami perubahan di dalam
hatinya setelah menyaksikan banyak penyembuhan yang terjadi secara ajaib.
Persetujuan resmi terhadap peristiwa Lourdes oleh uskup setempat diberikan empat
tahun setelah berakhirnya penampakan tersebut.
Penampakan Fatima
dinyatakan asli dan bersifat supranatural oleh Uskup Leiria-Fatima pada bulan
Oktober 1930 - tiga belas tahun penuh setelah akhir penampakan tersebut. Meski
begitu, meskipun telah mendapat pengakuan resmi, masih banyak klerus tingkat
tinggi yang menyerang dan mencoba untuk menghalangi penyebaran pesan-pesan dan
penampakan Fatima.
Seorang Jesuit
Belgia, modernist, pastor Edouard Dhanis, pada tahun 1944 memulai serangan yang
paling berbahaya terhadap Fatima, mempertanyakan keasliannya melalui dua
artikel panjang yang diterbitkan mengenai masalah ini. Pastor Dhanis menolak
untuk mempelajari arsip-arsip Fatima yang resmi atau mempelajari dokumen-dokumen
lain yang disediakan baginya oleh Uskup Leiria. Dia juga menolak untuk pergi ke
Carmel Coimbra, untuk melakukan wawancara dengan Suster Lucia sendiri.
Begitulah upaya
pastor Dhanis ini kemudian menjadi referensi bagi para musuh Fatima, dan di
kalangan kaum progresif dia muncul dan dianggap sebagai "pakar"
terkemuka dalam masalah Fatima. Berberapa uskup, seperti Uskup Agung Meksiko
Manuel Pio Lopez membela Pastor Fuentes, dengan alasan "bahwa dia tidak
memberitakan hal yang bertentangan dengan pesan Fatima." Uskup Agung
Guadalajara, Kardinal José Garibi y Rivera, juga membela pastor Fuentes.
Vatikan sendiri nampak berusaha membungkam pesan Fatima,
melarang Sr. Lucia untuk menyampaikan Rahasia Ketiga Fatima, dan kemudian benar-benar
membungkamnya. Terlepas dari permintaan khusus Bunda Maria bahwa Rahasia Ketiga
akan disampaikan kepada dunia paling lambat tahun 1960, tetapi Vatikan
mengumumkan bahwa Rahasia Ketiga tidak akan dibuka dan mungkin akan "tetap
berada di bawah meterai mutlak" dari Vatikan.
Selain penolakan
Vatikan untuk mengungkapkan Rahasia Ketiga seperti yang diminta oleh Bunda
Maria, tahun1960 juga menandai pembungkaman terhadap visiuner terakhir Fatima
yang masih hidup, Sr. Lucia. Keadaan yang ada menjadi semakin sulit untuk bisa melihat
dan menemui Suster Lucia, dan hingga bertahun-tahun kemudian tidak ada lagi
tulisannya yang diterbitkan. Dia dilarang tidak saja untuk mengungkapkan
Rahasia Ketiga Fatima, tetapi juga sama sekali dilarang untuk berbicara tentang
Rahasia Ketiga. Sejak tahun 1960 dan seterusnya, dia dilarang menerima tamu kecuali
kerabat dekatnya.
Begitulah kisah
penganiayaan Fatima tidak berbeda dengan penampakan-penampakan Bunda Maria La
Salette yang disetujui oleh Gereja yang terjadi pada tahun 1846. Lima tahun
setelah berakhirnya penampakan tahun 1851, uskup setempat, Mgr. Philibert de
Bruillard, menyatakan bahwa penampakan itu otentik. Namun, Mgr. Bruillard
akhirnya mengundurkan diri, dan pada tahun 1852, Mgr. Ginoulhiac, yang bersikap
skeptis terhadap penampakan La Salette, diangkat sebagai uskup baru. Hal ini kemudian
memunculkan serangan-serangan kekerasan terhadap realitas keajaiban La Salette
oleh para musuh penampakan yang berasal dari dalam Gereja. Mereka bahkan
menegaskan bahwa "wanita cantik" itu (yang dimaksud adalah Bunda
Maria) adalah seorang wanita muda bernama Lamerliere, dimana cerita itu memunculkan
tuntutan fitnah yang diiklankan secara luas disana.
St.Pater
Pio semula juga dikutuk oleh Gereja
St. Padre Pio, yang menerima stigmata Kristus pada tahun 1918
dan dia menanggungnya selama lima puluh tahun sampai saat kematiannya. Dia
adalah salah satu orang kudus yang paling dicintai saat ini. Begitu banyak buku
telah ditulis tentang dia yang mendokumentasikan kehidupannya yang suci,
berbagai mukjizatnya, serta kemampuan supernaturalnya yang diberikan Tuhan,
seperti bilokasi, misalnya. Namun, janganlah kita lupa bahwa pada masanya,
Padre Pio, sebenarnya banyak dikritik dan dikutuk oleh banyak unsur dalam hirarki
Gereja. Karena kemampuan yang luar biasa, Padre Pio dikatakan mengalami
kerasukan setan, Tahta Suci melakukan penyelidikan terhadap imam yang suci
tersebut. Uskup setempat, P. Gagliardi, tidak mempercayai mukjizat-mukjizat
Padre Pio, dan menuduh bahwa sesama Capuchin telah memanfaatkan rahib itu untuk
mendapatkan keuntungan finansial. Ketika Pius XI menjadi paus pada tahun 1922,
Vatikan semakin meragukan Padre Pio, dan memulai berbagai penyelidikan.
Vatikan kemudian
memberlakukan sanksi keras kepada Padre Pio untuk mengurangi publisitas tentang
dia: Padre Pio dilarang untuk mengadakan Misa di depan umum, dilarang memberkati
orang-orang, dilarang menjawab surat-surat, dilarang menunjukkan luka stigmatanya
secara terbuka, dan dilarang berkomunikasi dengan Padre Benedetto, penasihat rohaninya.
Kemudian Padre Pio dipindahkan ke biara lain di Italia utara.
Kutukan
dan penganiayaan Gereja terhadap St.
Faustina dan devosi Kerahiman Ilahi
Devosi Kerahiman Ilahi,
sebagaimana diperkenalkan oleh St. Faustina, telah dikutuk oleh Vatikan selama
hampir dua dekade.
St. Faustina, seorang
biarawati dan mistikus Polandia, yang dikanonisasi oleh St. Yohanes Paulus II
pada tanggal 30 April 2000, juga merupakan salah satu orang kudus modern yang
paling banyak dicintai. Penampakan-penampakan Yesus Kristus kepada St. Faustina
telah mengilhami devosi kepada Kerahiman Ilahi dan telah memberinya gelar
"Rasul Kerahiman Ilahi". Devosi Kerahiman Ilahi telah menyebar ke
seluruh dunia dan saat ini dirayakan oleh Gereja setiap "Hari Minggu Kerahiman
Ilahi" - hari Minggu pertama setelah Paskah. Kita harus ingat bahwa St.
Yohanes Paulus II meninggal dunia pada Hari Minggu Kerahiman Ilahi.
Namun, yang mungkin
tidak diketahui banyak orang adalah bahwa 21 tahun setelah kematian St.
Faustina pada tahun 1938, Kardinal Alfredo Ottaviani, kepala “Holy Office” (sekarang dikenal sebagai Kongregasi untuk Ajaran Iman), mengeluarkan
sebuah kutukan resmi kepada St.Faustina. Pada tanggal 6 Maret 1959, Kongregasi
untuk Ajaran Iman mengeluarkan sebuah pemberitahuan yang melarang peredaran
"gambar dan tulisan yang mempromosikan devosi kepada Kerahiman Ilahi dalam
bentuk seperti yang diusulkan oleh Suster Faustina.”
Larangan itu tetap
berlaku selama hampir dua dekade. Sementara itu, Uskup Agung Karol Wojtyła dari
Kraków, pada tahun 1965, dengan persetujuan kepala Kongregasi untuk Ajaran Iman
saat itu, memulai penelitian atas kehidupan dan kebajikan Faustina. Kemudian,
pada tanggal 15 April 1978, Kongregasi untuk Ajaran Iman mengeluarkan sebuah
notifikasi baru, yang ditandatangani oleh Prefek dan Sekretaris Kongregasi,
yang membatalkan putusan sebelumnya, dan mengijinkan kembali peredaran karya-karya
Faustina.
Penolakan
Awal oleh Gereja Tidak Berarti Bahwa Penampakan atau Devosi Tidak Otentik
Seperti yang dapat
dilihat pada semua kasus di atas - Fatima, Lourdes, La Salette, Padre Pio, St.
Faustina dan banyak lainnya - tidak berarti bahwa penampakan atau pewahyuan
pribadi tidak otentik meskipun Gereja institusional pada awalnya mengutuknya. Kenyataannya,
yang sebaliknya adalah benar - banyak pewahyuan dan devosi pribadi yang besar,
seperti yang dapat dilihat di atas, pada awalnya ditentang dan dikecam oleh
gereja institusional. Baru setelah bertahun-tahun kemudian – bahkan beberapa
dekade sesudahnya - pewahyuan dan devosi pribadi ini akhirnya diakui karena sifat-sifat
supranaturalnya.
Faktanya adalah
bahwa, sepanjang sejarah, Tuhan selalu berkomunikasi dengan umatNya melalui
"pewahyuan pribadi". Musa, Yesaya, Yehezkiel, Nuh, Daniel, Pewahyuan
yang diberikan kepada St. Yohanes - semua ini adalah pewahyuan pribadi yang tidak berbeda dengan apa yang terjadi pada hari-hari
ini. Jika kita mengabaikan nubuatan-nubuatan modern ini tanpa mempelajarinya
dan dengan tulus memohon karunia pembedaan kepada Tuhan, maka kita tidak akan
berbeda dari orang-orang zaman Nuh. Mereka mencemooh Nuh dan mencemooh Air Bah
yang dinubuatkan - dan akhirnya mereka harus membayar harganya (Luk. 17:
26-30).
Lalu bagaimana
sikap kita terhadap pewahyuan pribadi yang tidak (belum) disetujui oleh Gereja
saat ini, seperti apa yang ada di dalam "Kitab Kebenaran"? Dalam buku
doa "Rahmat dan Kerahiman", Paus Urbanus VIII (1623-1644) mengatakan:
Dalam kasus-kasus
yang menyangkut pewahyuan pribadi, adalah lebih baik percaya daripada tidak
percaya, karena jika anda percaya, dan hal itu terbukti benar, maka anda akan
bahagia karena anda percaya, karena Bunda Kudus kita telah meminta hal itu.
Jika anda percaya, dan kemudian hal itu terbukti salah, maka anda akan menerima
semua berkat seolah itu adalah benar, karena anda percaya hal itu benar.
by Paul Simeon, Veritas Vincit
Silakan melihat artikel lainnya
disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment