BRENT
STIRTON / GETTY IMAGES
KEBANGKITAN KAUM KIRI ---
SEBUAH AGAMA BARU.
IA DATANG UNTUK
MEMPERTOBATKAN ANDA.
Itu
adalah ‘agama Kebangkitan.’
3 Agustus 2020 (Turning
Point Project) - Seandainya
Anda tidak menyadarinya, sebuah agama fundamentalis baru telah lahir di jalanan
Amerika. Itu adalah ‘agama Kebangkitan’ - agama orang yang percaya bahwa mereka
telah diberi wahyu khusus tentang sifat masyarakat. Mereka telah menemukan
bahwa masyarakat Amerika sangat rasis dan heteronormatif dan, oleh karena itu,
harus dihancurkan.
Mereka buta tapi sekarang mereka bisa melihat.
Mereka tertidur tapi sekarang mereka sudah bangun. Dan mereka berpikir Anda
harus terbangun juga - bahkan jika itu membutuhkan pendudukan yang kejam di
jalan-jalan kota dan alun-alun untuk membangunkan Anda pada kebenaran agama
mereka.
Seperti yang saya katakan, itu adalah agama fundamentalis.
Agama orang-orang yang terbangun itu bersifat sempit, puritan, dan benar
(menurut mereka). Mereka yang tidak mengikuti katekismusnya – yang berisi segala
macam bidaah - segera dikeluarkan atau "dibatalkan". Seperti agama
fundamentalis lainnya, agama baru ini tidak mengacu pada alasan dan nalar,
tetapi pada emosi. Bukti keyakinan seseorang ditunjukkan oleh pengulangan
slogan-slogan yang tidak masuk akal dan dengan demonstrasi komitmen yang penuh
semangat.
Anehnya - atau mungkin tidak begitu aneh –
orang-orang yang terbangun itu tidak menyembah Yang Mahatinggi. Mereka tidak
memandang Tuhan, tetapi Negara, bagi jawaban atas masalah hidup mereka. Tanah Perjanjian
tidak ada di surga, tapi di sini, di bumi. Dan itu bisa dicapai begitu orang
yang ‘terbangun’ itu mengambil kendali pemerintahan. Kedengarannya akrab dan
benar? Itu harus. ‘Agama Kebangkitan’ sebenarnya bukanlah agama baru. Ini
hanyalah satu lagi pengulangan dari agama lama - agama humanisme. Asumsi dasar
dari agama ini adalah bahwa tidak ada yang lebih tinggi dari manusia dan
institusi yang diciptakannya. Meskipun namanya terdengar menyenangkan,
agama-agama "humanistik" ini secara teratur berakhir dengan melakukan
pengorbanan manusia dalam berbagai jenisnya. Kebaikan individu dikorbankan demi
kebutuhan negara. Bayi-bayi yang belum lahir dikorbankan demi "kualitas
hidup." Dan para pembangkang dari kalimat kredo resmi mereka, dibasmi
begitu saja.
Diketahui bahwa kaum idealis dan humaniter
awalnya tertarik pada gerakan seperti Nazisme dan komunisme karena janji
humanistik mereka. Memang, platform Partai Nazi pada tahun 1934 dalam banyak
hal merupakan dokumen "progresif" yang menjanjikan kesejahteraan
buaian sampai liang kubur bagi semua warga negara Jerman.
Apa yang kurang terkenal adalah bahwa baik
Nazisme dan komunisme, pada dasarnya, adalah gerakan keagamaan yang berusaha
menggantikan penyembahan kepada Tuhan dengan pengabdian kepada pemimpin -
Hitler, dalam kasus Nazi Jerman, dan Lenin dan Stalin dalam kasus Soviet,
komunisme. Bahkan saat ini, warga Korea Utara diharapkan untuk memperlakukan
"Pemimpin yang Terhormat" mereka sendiri sebagai dewa, dan di
beberapa kota di Cina, orang Kristen dipaksa untuk mengganti simbol-simbol
kristiani dengan potret Ketua Mao Zedong dan Presiden Xi Jinping.
***
Umat
kristiani di Cina diharuskan menyembah CCP (Partai Komunis Cina)
***
Dorongan religius dibangun di dalam kodrat
manusia, dan jika tidak diarahkan kepada Tuhan, ia akan diarahkan kepada
pengganti Tuhan, yang sangat tidak layak. Dan dalam prosesnya, Tuhan sendiri bisa
menjadi musuh.
Maka tidak mengherankan jika umat beriman yang
terbangun, seperti rekan komunis mereka, cenderung bersikap anti-Kristen,
anti-Semit, dan anti-Tuhan. Mereka telah memecahkan jendela-jendela kaca hias
Gereja, merobohkan patung-patung orang kudus, dan merusak puluhan gereja dan
sinagog. Permusuhan terhadap agama adalah ciri khas gerakan kiri dan agama Kebangkitan
tidak lain adalah sebuah gerakan kiri. ‘Pengawal Merah’ gerakan ini adalah
Black Lives Matter dan Antifa, yang keduanya adalah kelompok Marxis yang
diakui.
Manifestasi yang paling terlihat dari agama Kebangkitan
adalah para perusuh berbaju hitam yang merobohkan patung-patung dan membakar
bangunan umum. Tetapi ‘Gereja Kebangkitan’ ini adalah jauh lebih besar dari
itu. Anggotanya termasuk kalangan politisi, pemegang kekuasaan kantor lokal dan
federal, serikat guru, profesor, pembawa berita televisi, selebriti,
profesional muda dan CEO paruh baya. Selain itu, ‘Gereja Kebangkitan’ ini juga terlibat
dalam evangelisasi tanpa henti. Seperti yang diamati dan ditulis Robby Starbuck
dalam artikel Federalis baru-baru ini:
Para penginjil [Gereja Kiri] ada di mana-mana,
upaya mereka menembus semua aspek kehidupan: acara televisi, situs web, media
sosial, halaman-halaman pengarah dari bank konsumen, iklan perusahaan. Hampir
tidak ada satu produk, aplikasi, atau promosi akhir-akhir ini yang tersaji tanpa
khotbah gratisan dari kaum kiri.
Apalagi:
Gereja Kiri ... telah membentuk pasukan
pengajar misionaris yang sejati untuk mengubah anak-anak menjadi berkeyakinan
radikal.
Apa pun sebutannya – Gereja Kebangkitan atau Gereja
Kiri – nampaknya sebuah iman baru yang tumbuh dengan pesat. ‘Wokeisme’ (paham
kebangkitan) sekarang adalah keyakinan mapan dari budaya mapan. Karena jumlah
mereka yang mengaku sebagai orang Kristen sejati terus menurun, maka jumlah orang
kristiani yang ikut dalam ‘gereja kebangkitan’ terus meningkat.
Yang menimbulkan pertanyaan. Bagaimana
tanggapan kepemimpinan Katolik terhadap kebangkitan agama baru ini? Agama Kebangkitan
tidak hanya menarik jiwa-jiwa menjauh dari agama Kristen, tetapi dalam banyak
hal, secara diametris bertentangan dengan iman Kristen. Misalnya, Black Lives
Matter, yang merupakan anggota aliansi Kebangkitan, sangat mendukung aborsi dan
agenda LGBT sambil berupaya membongkar struktur keluarga tradisional.
Seperti ‘agama’ kiri lainnya, agama Kebangkitan
adalah agama pemberontakan. Apapun keluhan langsung mereka, keluhan utama dari
orang yang terbangun atau bangkit, adalah melawan Tuhan dan tatanan yang Dia
ciptakan. Dalam kasus Black Lives Matter yang mendukung LGBT, pemberontakan itu
bertentangan dengan institusi pernikahan yang ditetapkan Tuhan sebagai antara
satu pria dan satu wanita - institusi yang didirikan Tuhan ‘dari sejak awal
penciptaan.’ (Mrk 10: 6) .
Orang akan berpikir bahwa USCCB (Dewan Gereja
Katolik Amerika Serikat) seharusnya mengeluarkan pernyataan yang menyatakan
bahwa seorang Katolik tidak boleh secara sukarela dan dengan hati nurani yang
baik untuk bergabung dengan BLM atau mendukung mereka. Beberapa uskup dan imam
telah menegaskan hal itu, tetapi sebagian besar tampak puas dengan duduk manis,
menunggu untuk melihat bagaimana The New
York Times menangani masalah tersebut. Sementara itu, beberapa imam AS telah ditegur atau diskors oleh uskup mereka karena
berani mengkritik organisasi BLM.
Selain itu, hierarki Gereja memiliki masalah
yang lebih mendesak untuk dikhawatirkan. Mereka tidak bisa diharapkan untuk
menggunakan otak mereka untuk berpikir tentang kemungkinan kehancuran
masyarakat Amerika oleh komunis, ketika para hierarki itu masih benar-benar
percaya bahwa nasib hubungan kita dengan ‘Ibu Pertiwi’ dipertaruhkan. Mereka
masih percaya bahwa kekacauan dan kerusakan alam adalah karena dosa manusia
terhadap lingkungan, bukan terhadap Tuhan.
Di bawah kepemimpinan Uskup Agung Vincenzo
Paglia (pelindung bumi yang terkenal),
Akademi Kepausan untuk Kehidupan telah mengeluarkan dokumen yang mengklaim
bahwa pandemi Covid-19 adalah hukuman untuk "perusakan bumi." Dengan
kata lain, untuk dosa terhadap lingkungan.
Rasanya aneh untuk berfokus pada lingkungan
hutan hujan dan padang rumput ketika lingkungan Chicago, Minneapolis, Portland,
dan Seattle sedang terbakar. Tapi ada preseden bagus untuk kepedulian Akademi itu
terhadap "Ibu Pertiwi", karena paus Francis membuat penekanan yang
sama beberapa bulan lalu. Dia berspekulasi bahwa pandemi virus corona adalah
"alam yang membuat ulah" sebagai tanggapan atas dosa ekologis manusia.
Baru-baru ini, Catholic Campaign for Human Development (CCHD), badan
anti-kemiskinan USCCB, mengumumkan hibah $ 500.000 kepada Direct Action &
Research Training Center (DART) untuk memerangi perubahan iklim. Menurut Uskup
David O'Connell dari Los Angeles, “efek perubahan iklim menghancurkan komunitas
miskin di seluruh negeri.”
Ya, begitu permukaan laut pada akhirnya naik
membanjiri Pantai Miami dan seluruh pesisir Atlantik lainnya, niscaya hal itu
akan berdampak buruk pada orang miskin, orang kaya, dan semua orang di
antaranya.
Namun sementara itu, ada jenis perubahan iklim
berbeda yang telah menghancurkan komunitas miskin di ratusan kota, dan baik
para uskup maupun Vatikan tidak banyak
bicara tentang hal itu.
Di kota-kota di seluruh negeri, suhu melonjak
ketika pasukan dari ‘Gereja Militan Kebangkitan’ (baca: BELUM dan Antifa) merangsek
maju dan membakar banyak gedung dan blok yang penuh dengan bisnis. Dan seiring
bisnis terbakar menjadi asap, begitu pula peluang orang miskin untuk keluar
dari kemiskinan. Apalagi, ketika masa-masa sulit di kota, kelas menengah dan menengah-atas
cenderung pindah tempat, membuat orang miskin terlantar di perkotaan dengan
basis pendapatan yang menyusut. Jadi, mungkin sudah waktunya bagi para uskup
untuk keluar dari ‘awan perubahan iklim’ dan melihat-lihat kerusakan yang telah
dilakukan oleh ‘Pejuang Keadilan Sosial instan’ (baca: BLM & Antifa – dimana banyak di antaranya didukung oleh
para uskup) terhadap orang miskin.
Ada satu ironi terakhir yang perlu
diperhatikan. Sejak awal kepausannya, paus Francis telah menyimpan kritik
paling kerasnya untuk kaum fundamentalis agama. Dia tidak pernah berhenti
memarahi mereka karena "kekakuan", "kesempitan pikiran",
dan "intoleransi" mereka. Kaum “fundamentalis” yang terutama dia maksudkan
disini adalah para penganut Katolik
tradisional, meski dia mengakui bahwa tipe orang seperti ini dapat
ditemukan di setiap agama.
Jadi, bukankah seharusnya dia mempermasalahkan ‘agama
kebangkitan’ ini? Bagaimanapun, ini adalah keyakinan paling fundamentalis di
planet ini. Pesaing terdekatnya dalam hal ini adalah kelompok tertentu, tetapi
keunggulan harus diberikan kepada ‘agama Kebangkitan.’ Jika Anda tidak segera
berubah menjadi waria penuh, sesuai dengan keinginan dari ‘agama Kebangkitan,’ Anda
akan diperiksa, dan jika terbukti bersalah, anggota jemaatnya ‘yang saleh’ akan
berusaha menghancurkan hidup Anda, dan jika mungkin, kehidupan pasangan dan
anak-anak Anda.
Tetapi kaum Kebangkitan tidak boleh
dibandingkan dengan orang Kristen fundamentalis. Jika Anda melakukannya, akan
menjadi ketidakadilan yang parah. Orang Kristen fundamentalis adalah orang
Kristen, dan itu membuat godaan untuk menjadi terlalu kaku. Namun, karena
mereka tidak percaya pada Hakim Tertinggi, tidak ada pemeriksaan semacam itu di
dalam agama Kebangkitan. Mereka dapat dengan tepat dibandingkan bukan dengan
Kristen fundamentalis, tetapi dengan Jacobin selama Pemerintahan Teror, atau
Pengawal Merah selama Revolusi Kebudayaan Mao.
Jika paus Francis benar-benar ingin membuat
dunia aman dari kaum fundamentalis, dia harus melihat lebih dekat pada agama Kebangkitan
ini. Dia akan menemukan banyak hal yang seharusnya mengganggunya.
Dia, paus Francis, misalnya, adalah penggemar
dialog yang hebat. Dia melihatnya sebagai solusi untuk setiap masalah. Tapi,
seperti yang Anda ketahui, orang-orang ‘Kebangkitan’ tidak ingin berdialog.
Mereka ingin dirinya saja yang berbicara banyak, dan mereka ingin Anda tutup
mulut. Seperti halnya Nazi dalam film Hollywood "memiliki cara untuk
membuat Anda berbicara." Agama Kebangkitan memiliki cara untuk membungkam
Anda. Dan, sebagaimana survei terbaru menunjukkan bahwa mereka sangat sukses.
Survei, yang dirilis oleh YouGov dan Cato Institute
mengungkapkan bahwa enam puluh dua persen responden menemukan bahwa "iklim
politik saat ini mencegah mereka mengatakan hal-hal yang mereka yakini, karena
orang lain mungkin menganggapnya menyinggung." Hampir sepertiga khawatir
bahwa mengatakan hal yang "salah" bisa membuat mereka dipecat.
Satu-satunya kategori orang di mana mayoritas merasa bebas untuk
mengekspresikan diri mereka adalah "kaum liberal yang kuat," yaitu agama
‘Kebangkitan.’
Jika Paus Francis setia pada
prinsip-prinsipnya, dia harus mengambil tanggung jawab pada ‘Gereja Kebangkitan’
karena pandangannya yang tidak memiliki nuansa apa pun tentang dunia. Mungkin
saat ini paus Francis sedang menulis Ensiklik untuk membantu umat Katolik lebih
memahami bahaya agama baru ini. Tapi
jangan berharap itu akan terjadi.
Published with permission
from the Turning Point Project.
*****
LDM
– Kutipan Nubuatan Tentang Doktrin Dan Ideologi Palsu
LDM
– Kutipan Nubuatan Tentang Kelaparan Global
LDM
– Kutipan Nubuat Tentang Sisa Gereja
Suster
Lucia (Fatima): Tanpa Konsekrasi Rusia
Kematian
Komunisme: Hanya Tipu Muslihat
No comments:
Post a Comment