Saturday, March 18, 2023

5 Orang Kudus yang menerima penglihatan amat menakutkan tentang neraka

 These Last Days News - November 3, 2015

  



5 Orang Kudus yang menerima penglihatan amat menakutkan tentang neraka

 https://www.tldm.org/news27/5-saints-who-had-terrifying-visions-of-hell.htm

 

 

ChurchPop.com on October 28, 2015:

Mistikus St. Faustina yang terkenal dari abad ke-19, menceritakan penglihatannya tentang neraka hingga memiliki efek seperti berikut ini pada dirinya:

Akibatnya, aku berdoa lebih kuat lagi demi pertobatan orang berdosa. Dengan tanpa henti aku memohon belas kasihan Tuhan bagi mereka. O Yesusku, aku lebih suka menderita kesakitan sampai akhir dunia ini, di tengah-tengah penderitaan yang terbesar, daripada menyinggung Engkau dengan dosa yang paling kecil sekalipun.

Karena itu, janganlah hanya takut: berbaliklah segera dari dosa-dosamu, dan berusahalah untuk menuntun orang-orang lain kepada Kristus!

 

1) Anne Catherine Emmerich Terberkati: "Tidak ada yang bisa melihat neraka tanpa gemetar"

Anne Catherine Emmerich Terberkati hidup di akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 di Kekaisaran Romawi Suci. Dia adalah seorang mistikus yang memiliki penglihatan atas segala macam hal spiritual. Berikut adalah kutipan dari salah satu penglihatannya tentang neraka:

Bagian luar dari neraka nampak sangat mengerikan dan menakutkan. Itu adalah sebuah bangunan yang luar biasa besar dan nampak sangat berat, dengan batu-batu granit yang menyusunnya, berwarna hitam, nampak mengesankan bahwa ia terbuat dari sejenis logam. Dengan pintu yang gelap dan nampak kaku, dengan baut-baut yang mengerikan hingga tidak ada yang bisa melihatnya tanpa merasa gemetar.

Terdengar suara erangan yang dalam dan tangisan keputusasaan, yang bisa dirasakan dengan jelas bahkan meski pintu-pintunya tertutup rapat. Tetapi, oh.. hal itu dapat menggambarkan teriakan dan jeritan yang meledak di telinga ketika bautnya dibuka dan pintu terbuka; dan, oh.. semuanya dapat menggambarkan penampilan melankolis dari penghuninya di tempat yang malang dan buruk ini!

Semua yang ada di dalamnya, terasa dekat sekali, mereka dalam keadaan kebingungan dan ramai sekali. Segala sesuatu di dalamnya cenderung mengisi pikiran kita dengan sensasi rasa sakit dan kesedihan yang besar. Tanda-tanda dari murka dan pembalasan Allah terlihat di mana-mana. Keputusasaan, seperti burung hering, menggerogoti setiap hati, dan perselisihan serta kesengsaraan berkuasa. Di kota neraka itu tidak ada yang bisa dilihat selain ruang bawah tanah yang sangat suram, gua-gua yang gelap, gurun yang menakutkan, rawa-rawa yang dipenuhi dengan setiap spesies reptil beracun dan menjijikkan. 

Di neraka, keadaan dan kejadian yang bersifat kekal dari perselisihan dan celaka, dan segala jenis dosa dan kebusukan, baik dalam bentuk yang paling mengerikan yang bisa dibayangkan, atau diwakili oleh berbagai jenis siksaan yang mengerikan. Semua yang ada di tempat tinggal yang suram ini cenderung memenuhi pikiran dengan rasa ngeri yang sangat. Tidak ada kata atau kalimat yang menyatakan kenyamanan yang terdengar, atau ide yang menghibur yang dirasakan. Satu-satunya pikiran yang luar biasa adalah keadilan Tuhan yang Mahakuasa yang sangat kuat yang menimbulkan segala sesuatu yang layak mereka dapatkan, dimana hal ini menjadi sebuah kesadaran luar biasa yang justru membebani masing-masing hati. Mereka sadar bahwa dirinya berhak dan layak menerima semuanya itu. Selamanya! 

Kejahatan muncul dalam warna-warni yang menjijikkannya. Setiap jiwa dilucuti dari topeng di mana ia tersembunyi di dunia ini, dan ular berbisa dari neraka terlihat melahap mereka yang telah menghargai atau menumbuhkan kejahatan di dunia ini. Singkatnya, neraka adalah bait kesedihan dan keputusasaan… 

 

2) St. Teresa dari Avila: “Terbakar dan terpotong-potong” 

Mistikus dan Doktor Gereja abad ke-16 ini mengklaim memiliki pengalaman atas neraka: 

Pintu masuknya tampak berupa jalan yang sempit dan panjang, seperti tungku, sangat rendah, gelap dan tertutup. Tanahnya tampak penuh dengan air, lumpur, sangat busuk, menyebarkan aroma wabah dan ditutupi dengan hama yang menjijikkan. Pada ujungnya ada tempat yang berlubang di dinding, seperti lemari, dan disitu aku melihat diriku terkurung. 

Aku merasakan api di dalam jiwaku. Penderitaan tubuhku tak dapat kutanggung rasanya. Aku telah menjalani penderitaan yang paling menyakitkan dalam kehidupan ini ... namun semua itu tak ada artinya dibandingkan dengan apa yang kurasakan saat itu di neraka, terutama ketika aku melihat bahwa tidak akan ada saat untuk istirahat atau saat akhir bagi mereka yang menghuninya. 

Aku tak bisa melihat siapa yang menyiksa diriku, tetapi aku merasakan diriku terbakar dan robek berkeping-keping, seperti yang terlihat atas diriku. Dan, aku mengulanginya: api dan keputusasaan batin ini adalah siksaan terbesar dari semuanya. 

Aku tidak bisa duduk atau berbaring: tidak ada ruang yang cukup untuk itu. Aku ditempatkan seperti di dalam sebuah lubang di dinding. Dan dinding-dinding itu sangat mengerikan untuk dilihat, menghambat dan membatasi diriku di setiap sisi. Aku tidak bisa bernapas. Tidak ada cahaya, karena semuanya adalah kegelapan yang pekat. 

Aku sangat takut dengan penglihatan itu -- dan teror itu ada pada diriku, bahkan hingga sekarang ketika aku sedang menulis ini -- bahwa meskipun itu terjadi hampir enam tahun yang lalu, kehangatan alami tubuhku menjadi sebuah rasa kedinginan oleh rasa takut, bahkan sekarang ketika aku memikirkannya. 

Penglihatan seperti itulah yang memenuhi diriku dengan kesusahan yang sangat besar yang kurasakan saat melihat begitu banyak jiwa yang musnah, terutama orang-orang Lutheran -- karena mereka pernah menjadi anggota gereja Katolik dengan melalui baptisan -- dan hal itu memberiku keinginan paling keras untuk berusaha demi keselamatan jiwa. Karena, tentu saja, aku percaya bahwa untuk menyelamatkan bahkan satu jiwa saja dari siksaan yang luar biasa itu, aku akan dengan sukarela menanggung banyak sekali kematian.

 

3) St. John Bosco: “Terror yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.” 

Pada tahun 1868, St. John Bosco berkata bahwa dirinya telah bermimpi tentang neraka. Narasinya yang lengkap cukup panjang, jadi di sini hanya disampaikan kutipan singkat saja: 

Segera setelah aku melewati ambang batasnya, aku merasakan teror yang tak terlukiskan dan tidak berani mengambil langkah berikutnya. Di depanku aku bisa melihat sesuatu seperti gua besar yang secara bertahap menghilang ke dalam ceruk yang tenggelam jauh ke dalam perut pegunungan. Mereka semua terbakar, tetapi mereka bukan api duniawi dengan segala lidah-lidah apinya. Seluruh gua itu -- dinding, langit-langit, lantai, besi, batu, kayu, dan batu bara -- semuanya berwarna cahaya putih pada suhu ribuan derajat. Namun api itu tidak membakar, tidak menghanguskan. Aku tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan kengerian gua itu. 

Malaikat Pemanduku meraih tanganku, memaksa pintunya terbuka, dan menekannya pada dinding yang pertama dari ribuan dinding lainnya. Sensasi itu sangat menyiksa sehingga aku melompat dengan menjerit ngeri dan mendapati diriku terduduk di tempat tidur. 

Tanganku terasa seperti tersengat dan aku terus menggosoknya untuk meredakan rasa sakit. Ketika aku bangun pagi ini aku perhatikan bahwa tangan itu bengkak. Tanganku menempel di dinding, meskipun hanya dalam mimpi, terasa begitu nyata sehingga, kemudian, kulit telapak tanganku nampak terkelupas. 

Ingatlah bahwa aku telah berusaha untuk tidak terlalu menakutkan Anda, jadi aku belum menggambarkan hal-hal ini dalam semua kengeriannya ketika aku melihat tempat api itu dan karena tempat itu sangat mengesankan bagiku. Kita tahu bahwa Tuhan kita selalu menggambarkan simbol neraka karena, seandainya Dia menggambarkannya sebagaimana adanya, maka kita tidak akan bisa memahaminya. Tidak ada orang dari dunia ini yang dapat memahami semua ini. 

 

4) Sr. Lucia dari Fatima: “Jeritan dan erangan rasa sakit serta keputusasaan” 

Sr. Lucia dari Fatima belum disahkan sebagai orang kudus saat itu (dia meninggal baru-baru ini, pada tahun 2005), tetapi dia adalah salah satu visioner Fatima di awal abad ke-20, sebuah penampakan yang diakui oleh gereja. Sebagai bagian dari penglihatan itu, dia mengaku telah melihat neraka: 

Kami melihat, seolah-olah ada lautan api yang sangat luas. Terjun ke dalam api ini, kami melihat setan dan jiwa [dari orang-orang yang terkutuk]. 

Jiwa-jiwa ini nampak seperti bara dalam tungku pembakar dan mereka nampak transparan, semua berwarna seperti perunggu yang menghitam atau terbakar, memiliki bentuk manusia. Mereka mengambang di tengah kobaran api itu, beberapa kali dilemparkan ke atas oleh api yang dikeluarkan dari dalam diri mereka sendiri, bersama dengan awan asap yang hebat. Di saat berikutnya mereka nampak jatuh kembali ke setiap sisi seperti percikan api dalam kebakaran besar, nampak tanpa bobot atau pun keseimbangan, di tengah jeritan dan erangan rasa sakit dan keputusasaan, yang membuat kami sangat ngeri dan membuat kami gemetar ketakutan (pasti pemandangan inilah yang menyebabkan aku menangis, seperti yang dikatakan orang-orang bahwa mereka mendengar aku menjerit dan menangis). 

Setan-setan dapat dibedakan dari jiwa-jiwa orang yang terkutuk dari kemiripan mereka yang menakutkan dan menjijikkan, dengan binatang yang menakutkan dan tidak dikenal, hitam dan transparan seperti bara yang terbakar. 

 

5) St. Maria Faustyna Kowalska: “Tempat Penyiksaan Besar” 

St. Maria Faustyna Kowalska, sering dikenal hanya sebagai St. Faustina, adalah seorang biarawati Polandia yang memiliki sejumlah besar pengalaman mistis pada 1930an. Inilah kutipan dari buku hariannya tentang salah satu penglihatannya: 

Hari ini aku dituntun oleh seorang malaikat ke dalam jurang neraka. Ini adalah tempat penyiksaan besar; Betapa luar biasa besar dan luasnya! 

Jenis-jenis siksaan yang kulihat disitu: siksaan pertama yang mewakili keadaan neraka adalah tidak adanya Tuhan disitu. Yang kedua adalah penyesalan yang terus-menerus dari hati nurani. Yang ketiga adalah kondisi seseorang tidak akan pernah berubah selamanya. Yang keempat adalah api yang akan menembus jiwa tanpa menghancurkannya -- ini adalah penderitaan yang mengerikan, karena itu adalah api spiritual murni, yang dinyalakan oleh murka Tuhan. Penyiksaan kelima adalah kegelapan yang berkelanjutan dan aroma mencekik yang sangat mengerikan, dan, selain dari kegelapan, setan dan jiwa-jiwa manusia yang berdosa dan terkutuk disana, mereka saling bertemu dan bisa mengetahui semua kejahatan yang dilakukan orang lain maupun diri mereka sendiri; Penyiksaan keenam adalah penyertaan Setan yang menetap di dalam neraka. Penyiksaan ketujuh adalah keputusasaan yang mengerikan, kebencian akan Tuhan, kata-kata keji, kutukan dan penghujatan yang tak ada hentinya. 

Setiap jiwa mengalami penderitaan yang mengerikan dan tak terlukiskan, terkait dengan cara di mana ia dulu telah berdosa. Ada gua-gua dan lubang penyiksaan di mana satu bentuk penderitaan berbeda dari yang lain. 

Tetapi aku memperhatikan satu hal: bahwa SEBAGIAN BESAR JIWA DI DALAM NERAKA ADALAH ORANG-ORANG YANG TIDAK PERCAYA BAHWA NERAKA ITU ADA. Ketika aku kembali ke dunia, aku hampir tidak bisa pulih dari ketakutanku. Betapa sangat menderita jiwa-jiwa yang ada di sana! (Diary of St. Faustina, 741) 

 

******************** 

“Ada kebutaan yang jauh lebih buruk daripada kehilangan penglihatan fisik, yaitu kebutaan hati. Begitu banyak orang yang berlari menuju api neraka secara membabi buta. Manusia berusaha untuk menghancurkan bukti keberadaan neraka, tetapi dia akan segera belajar dari kenyataan. Neraka itu ada dan Surga itu ada. Dosa daging telah mengirim lebih banyak jiwa ke dalam neraka." - Yesus, Bayside, 2 Oktober 1970

 

"Kamu hanya memiliki dua nasib terakhir: Surga atau Neraka. Ketahuilah bahwa Setan akan berusaha menghilangkan kenyataan tentang keberadaan kerajaannya, neraka, darimu. Jika dia membuat lelucon tentang keberadaan neraka di antara kamu, maka dia menipu kamu sehingga kamu akan berbuat dosa dan menyingkirkan dirimu dari Roh Terang. Dan ketika kamu menjauhkan dirimu dari Roh Terang, kamu menyingkirkan dirimu dari kehidupan kekal di dalam Kerajaan Bapamu, Allah Yang Mahatinggi di Surga." - Our Lady of the Roses, Bayside, 1 Februari 1975

 

-------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini:

 

Uskup Schneider - Para Uskup Yang Mendorong Bidaah Sudah Tahu…

Anne, lokusi 11 / 11, 14 Februari 2023 (2)

Jalan menuju neraka di-paving dengan tengkorak para klerus

LDM, 11 Maret 2023

Kardinal Müller: Francis Mengelilingi Dirinya Dengan Para Penjilat

Sinode Amerika Latin menyembah pachamama

Paus Francis menyangkal bahwa neraka adalah Suatu Tempat