These Last Days News - January 25, 2022
Francis - Serigala Berpakaian Gembala?
https://www.tldm.org/news53/francis-a-wolf-in-shepherds-clothing.htm
FrontpageMag.com reported on January 25, 2022:
by William Kilpatrick
“Seorang Paus
non-Katolik?” Kedengarannya seperti kontradiksi dalam istilah. Tapi itulah
kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan paus Francis oleh Uskup
Agung Carlo Maria Vigano, mantan Dubes Apostolik untuk Amerika Serikat.
Bahkan, Uskup Agung Vigano jarang menggunakan istilah “Paus Francis.” Dia
menyebutnya sebagai "Bergoglio" dan kepausannya sebagai
"Kepausan Bergoglio."
Uskup
Agung Vigano memiliki pengikut di berbagai kalangan Katolik, tetapi kemungkinan
besar, sebagian besar umat Katolik belum pernah mendengar tentang dia. Namun
pertanyaan yang dia ajukan tentang Paus Francis memiliki konsekuensi besar,
tidak hanya bagi umat Katolik tetapi juga bagi kalangan non-Katolik.
Karena
ada sekitar 1,3 miliar umat Katolik di dunia, maka siapa pun yang memimpin, mereka
dapat memiliki pengaruh yang signifikan pada sebagian besar populasi global.
Secara luas dianggap, misalnya, bahwa Paus Yohanes Paulus II berbuat lebih
banyak untuk mengakhiri komunisme di Eropa Timur daripada individu lain mana
pun, kecuali Ronald Reagan. Untuk bukti kerjasama yang erat antara kedua orang tersebut,
bacalah buku sejarawan Paul Kengor, A Pope and a President.
Sekarang
kita memiliki paus baru dan presiden baru dan tak satu pun dari mereka tampak sangat khawatir tentang kebangkitan
kembali kekuatan komunis di seluruh dunia. Faktanya, kedua pria itu (Biden dan
paus Francis) telah mengelilingi diri mereka dengan para penasihat dan orang-orang
yang berhaluan kiri.
Selain
itu, baik Francis maupun Biden telah secara
efektif membatalkan agenda para pendahulu langsung mereka. Ini jelas dalam
kasus Biden karena gerakan pembalikannya yang cepat dan tiba-tiba. Sedangkan pembalikan
yang telah direkayasa oleh Francis kurang terlihat oleh masyarakat umum karena dilakukan
secara lebih bertahap, tetapi perubahan yang dihasilkan Francis dalam Gereja
Katolik sama radikalnya dengan yang
sekarang terjadi di pemerintah dan masyarakat Amerika.
Uskup
Agung Vigano menghubungkan keduanya. Dia berbicara tentang kudeta di Amerika
dan negara-negara Barat lainnya yang dipimpin oleh para ideolog kiri sekuler,
dan kudeta di Gereja Katolik yang dipimpin oleh Bergoglio bersama dengan umat
Katolik progresif yang mengelilinginya.
Namun,
kudeta di Gereja berlangsung lebih diam. Para penulis Katolik yang telah
mempelajari karir Francis menggambarkannya sebagai seorang manipulator yang terampil -- bahkan Machiavellian.
Menurut
mereka, semua tindakannya diselimuti kabut yang diciptakan secara sengaja.
Akibatnya, sebagian besar umat Katolik
tetap tidak menyadari besarnya perubahan tersebut. Hanya ketika seorang
imam atau uskup menentang Francis maka “paus diktator” ini (judul
buku Henry Sire tentang Francis) mengungkapkan jati dirinya. Sama seperti
pemerintahan Biden yang berusaha untuk membersihkan kaum konservatif dari
pemerintahan dan militer, maka Francis juga berusaha untuk membersihkan umat
Katolik tradisional dari Gereja. Dan karena beberapa perlawanan terkuat
terhadap Francis berasal dari penganut Misa Latin Tradisional, maka Francis bertindak
untuk menindas Misa Latin. Sementara itu, beberapa uskup konservatif mendapati
diri mereka diturunkan jabatannya untuk melunturkan dan mengaburkan pos-pos penting
tertentu, dan para klerus yang lain hidup dalam ketakutan bahwa tuduhan palsu
pelecehan seksual dapat terjadi atas diri mereka hingga mendaratkan mereka di dalam
penjara (seperti yang terjadi pada diri Kardinal Australia, George Pell).
Selain
itu, karena Francis telah mempromosikan para pejabat gereja yang progresif kepada
jabatan tinggi selama sembilan tahun ini, tampaknya merek Katolik yang "anti-Katolik"
(istilah Vigano) akan terus mendominasi. Karena Francis telah dengan hati-hati
mengemas Dewan Kardinal (yang memilih paus berikutnya) dengan orang-orang yang
dibuat menurut gambarnya sendiri, maka kita tidak perlu heran jika Paus berikutnya
nanti akan memakai nama itu, Paus Francis II.
Adakah yang lebih berbahaya daripada serigala berpakaian gembala?
Anda
pernah mendengar tentang “deep state” atau ‘negara
bayangan.’ Vigano menyatakan bahwa ada juga "gereja bayangan" — yang terdiri
atas jaringan uskup progresif yang, bersama dengan Francis, berencana untuk
mengubah wajah Gereja Katolik tanpa bisa dikenali. Selain itu, ‘negara bayangan’
dan ‘gereja bayangan’ ini akan saling
memperkuat satu sama lain:
‘Gereja bayangan’
dan ‘negara bayangan’ tidak lain adalah dua jalur paralel yang berjalan ke arah
yang sama dan memiliki tujuan akhir: TATA
DUNIA BARU, dengan agamanya dan nabinya juga.
Uskup
Agung Vigano menunjukkan bahwa meskipun Francis “secara universal dianggap
sebagai kepala Gereja,” namun dia pada saat yang sama adalah juga ‘pemusnah’
Gereja:
Peran
gandanya sebagai paus dan likuidator atau pemusnah Gereja Katolik memungkinkan Francis,
di satu sisi, untuk menghancurkannya dengan berbagai dekrit dan tindakan resmi pemerintahannya,
dan di sisi lain untuk menggunakan prestise yang dibutuhkan jabatannya untuk mendirikan dan menyebarkan agama baru di
atas puing-puing dari yang lama.
“Agama
baru” yang diharapkan Francis untuk diperkenalkan kepada publik ini,
menurut Vigano, adalah agama yang humanis dan progresif — “agama Umat Manusia,
yang ekumenis dan ekologis.” Agama baru
ini juga akan menghasilkan “pengesahan atas kejahatan Iblis,” dan penganiayaan
terhadap orang-orang baik dan benar.
Jika
semua ini — gagasan tentang paus
non-Katolik yang berusaha memusnahkan Gereja Kristus — tampak aneh dan tak
terbayangkan, namun coba pertimbangkan bahwa baru beberapa waktu yang lalu,
gagasan tentang Amerika Serikat yang diperintah oleh komunis juga tampak tak
terbayangkan. Tampaknya tidak terbayangkan pula bahwa orang Amerika akan
memilih, sebagai presiden mereka, seorang pria yang akan segera menghancurkan
sejarah, nilai-nilai, dan institusi Amerika. Tapi itulah yang sedang terjadi.
Sejauh
yang saya tahu, Uskup Agung Vigano tidak pernah benar-benar mengatakan bahwa Francis
bukanlah paus, tetapi dia telah menyiratkan hal itu berkali-kali. Bukti bahwa
dia dan orang-orang lain juga berpikiran sama, dapat dibagi menjadi empat
kategori:
1. Bukti
bahwa pengunduran diri Paus Benediktus adalah tidak sah
2. Bukti
bahwa pemilihan Francis dilakukan dengan kecurangan
3. Bukti
korupsi yang meluas dalam kepausan Francis.
4. Bukti
bahwa Francis menganut ajaran sesat.
Apakah
Vigano menekankan semua kenyataan ini atau tidak, adalah masalah untuk dibahas
di lain waktu. Poin yang ingin saya sampaikan di sini adalah, terlepas dari
beratnya tuduhan terhadap Francis, berbagai tanggapan telah diredam. Baik
Francis maupun Vatikan tidak pernah menanggapi “kesaksian”
eksplosif Vigano pada tahun 2018 yang menuduh Francis dan pejabat gereja
lainnya menutupi sejarah panjang pelecehan seksual oleh Kardinal Theodore
McCarrick. Francis mengatakan bahwa dia akan mempercayai media untuk sampai
pada kesimpulan yang tepat; dan media wajib mengabaikan sama sekali semua tuduhan
Vigano.
Demikian
juga, media yang bersahabat dengan Francis tidak banyak berkomentar tentang
klaim Vigano bahwa Francis bukanlah paus yang sah. Akibatnya, rata-rata umat Katolik tidak menyadari
adanya masalah. Kebanyakan umat Katolik akan terkejut mengetahui bahwa
meskipun Francis telah sering berjanji untuk mengakhiri pelecehan seksual oleh
para klerus, namun dia mengelilingi dirinya dengan para pelaku dan pendukung homosex
dan bahkan mempromosikan mereka ke jabatan tinggi.
Demikian
juga, kebanyakan umat Katolik akan terkejut menemukan bahwa meskipun Francis secara
lisan mengutuk aborsi, tetapi dia
memastikan bahwa para pendukung terkemuka aborsi diundang ke konferensi
Vatikan, dan Francis sering menghujani mereka dengan berbagai pujian.
Selain
itu, meskipun Francis menyatakan bahwa aborsi adalah pembunuhan, tetapi dia
campur tangan untuk mencegah Konferensi Waligereja Amerika Serikat (USCCB)
memberikan suara untuk menolak komuni terhadap Presiden Biden karena kebijakannya
yang pro-aborsi sangat mencolok. Menurut
Vigano, Francis adalah ahli kepalsuan yang modus operandinya adalah mengatakan
satu hal untuk menyenangkan orang-orang yang setia duduk di bangku Gereja, dan
melakukan yang sebaliknya untuk menyenangkan para elit duniawi.
Perlu
dicatat bahwa Uskup Agung Vigano baru-baru ini lebih banyak disorot di mata
publik karena dua surat yang dia tulis kepada Donald Trump, dan karena
tanggapan positif Trump terhadap surat-surat Viganò. Akibatnya, beberapa pers
Katolik liberal telah melakukan kampanye yang gencar untuk mendiskreditkan Viganò.
Misalnya, majalah Amerika yang dikelola Jesuit menolak
Viganò dan menuduhnya sebagai ahli teori konspirasi sayap kanan lain yang
seharusnya mengenakan topi MAGA, bukan topi uskup.
Dasar
dari tuduhan teori konspirasi terhadap Viganò adalah bahwa Vigano mengatakan
apa yang diyakini oleh semakin banyak orang Amerika tentang sebuah ‘negara
bayangan’ yang semakin dikendalikan oleh kaum elit global, yang berniat untuk menurunkan
masyarakat biasa menjadi status ‘lebah pekerja.’ Viganò juga banyak berbicara
meremehkan Tata Dunia Baru, dan intrik Yayasan Rockefeller, Forum Ekonomi
Dunia, Klaus Schwab, dan Bill Gates. Lebih lanjut, berbeda dengan Francis, Viganò
melihat pandemi Covid-19 sebagai krisis yang sengaja diciptakan yang
dimaksudkan untuk menciptakan populasi dunia yang lebih patuh. Akhirnya, Vigano
juga sering berbicara dalam nada yang apokaliptik. Dia berbicara tentang hari kematian
dan penghakiman, surga dan neraka, perang Setan melawan Surga, Kedatangan Kedua
Kristus, dan “Tanda dari Binatang.” Bagi telinga modern dan bagi banyak orang
Kristen modern, pembicaraan seperti itu dianggap memalukan. Tetapi selama
berabad-abad, kebanyakan orang Kristen telah menganggap tanda dan nubuat
seperti itu bukan sebagai ocehan para ekstremis, tetapi sebagai firman Tuhan
yang diwahyukan.
Vigano
memiliki pemahaman yang baik tentang sains, keuangan, dan politik, namun
terkadang dia terdengar lebih seperti paus abad ke-19 daripada wali gereja abad
ke-21. Hal ini sebenarnya cukup menyegarkan karena banyak pastor modern telah
belajar berbicara dalam bahasa terapeutik-perusahaan yang tidak memiliki
kedalaman apa pun. Silakan membaca tweet
ini yang dikirim oleh USCCB untuk mempersiapkan umat Katolik bagi “Sinode
tentang Sinode” yang akan datang:
Berikut
adalah tujuh sikap yang dapat kita ambil saat kita melanjutkan perjalanan
sinode bersama. Mana yang paling menginspirasi Anda?
•
Pandangan Inovatif
•
Inklusivitas
•
Keterbukaan pikiran
• Mendengarkan
• Penyertaan
•
Tanggung jawab bersama
• Dialog
“Mana
yang paling menginspirasi Anda?” Tetapi kata-kata kunci psikobabbel ini tidak
dimaksudkan untuk menginspirasi, ia dimaksudkan untuk membuat orang terbuai
hingga tertidur — untuk mengalihkan perhatian orang banyak dari isu-isu krusial
yang dihadapi Gereja saat ini, seperti isu “seorang
paus yang tidak berperilaku sebagaimana layaknya seorang paus dan tidak
berbicara sebagaimana seorang paus.”
Uskup
Agung Vigano ingin membangunkan domba-domba yang seperti ini dan oleh karena
itu tampaknya cukup tepat bahwa dia menggunakan bahasa Alkitab yang kuat untuk
membangunkan orang-orang dari tidurnya. Sementara para uskup lainnya hanya mengoceh
tentang "inklusivitas," "dialog," dan
"keterbukaan," namun entah bagaimana meyakinkan bahwa setidaknya ada satu
uskup (Uskup Agung Viganò) yang menunjukkan tanda-tanda yang sangat mengganggu
saat itu.
Cukup mudah untuk mengabaikan Vigano dan menuduhnya sebagai pengikut teori konspirasi paranoid, tetapi jangan lupa bahwa Alkitab berisi banyak nasihat agar kita waspada terhadap tanda-tanda zaman, dan banyak peringatan tentang pemimpin "spiritual" yang bertingkah laku tidak seperti yang semestinya. Mat 7:15 "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.”
Dan tentu saja tidak mudah untuk membedakan atau mengenali adanya seorang nabi palsu ketika dia mengenakan pakaian domba. Akan lebih sulit lagi jika dia berpakaian seperti seorang gembala.
---------------
“Akan
ada seorang paus yang dipilih secara tidak kanonik yang akan menyebabkan
perpecahan besar, dan akan ada beragam pemikiran yang disampaikan yang akan
menyebabkan banyak orang, bahkan mereka yang berada dalam ordo yang berbeda, menjadi
ragu-ragu, ya, bahkan setuju dengan para bidaah yang akan menyebabkan Ordok saya
terpecah, maka akan ada pertikaian dan penganiayaan universal sehingga jika
hari-hari itu tidak dipersingkat, bahkan orang-orang pilihan pun akan musnah."
-
St. Fransiskus dari Assisi (Pemerintahan Antikristus, R. R. Gerald Culleton)
------------------------------
Silakan membaca artikel berikutnya di sini:
Anne,
14 Januari 2022 (2), lokusi
Anne,
14 Januari 2022 (3), lokusi
Anne,
14 Januari 2022 (4), lokusi
Giselle
Cardia, 3, 8, 15, 18 & 22 Januari 2022
Antikris
sudah berada di dunia