Wednesday, January 26, 2022

Francis - Serigala Berpakaian Gembala?

These Last Days News - January 25, 2022 

 

 

 

Francis - Serigala Berpakaian Gembala? 

https://www.tldm.org/news53/francis-a-wolf-in-shepherds-clothing.htm 

 

FrontpageMag.com reported on January 25, 2022:

by William Kilpatrick

 

“Seorang Paus non-Katolik?” Kedengarannya seperti kontradiksi dalam istilah. Tapi itulah kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan paus Francis oleh Uskup Agung Carlo Maria Vigano, mantan Dubes Apostolik untuk Amerika Serikat. Bahkan, Uskup Agung Vigano jarang menggunakan istilah “Paus Francis.” Dia menyebutnya sebagai "Bergoglio" dan kepausannya sebagai "Kepausan Bergoglio."

 

Uskup Agung Vigano memiliki pengikut di berbagai kalangan Katolik, tetapi kemungkinan besar, sebagian besar umat Katolik belum pernah mendengar tentang dia. Namun pertanyaan yang dia ajukan tentang Paus Francis memiliki konsekuensi besar, tidak hanya bagi umat Katolik tetapi juga bagi kalangan non-Katolik.

 

Karena ada sekitar 1,3 miliar umat Katolik di dunia, maka siapa pun yang memimpin, mereka dapat memiliki pengaruh yang signifikan pada sebagian besar populasi global. Secara luas dianggap, misalnya, bahwa Paus Yohanes Paulus II berbuat lebih banyak untuk mengakhiri komunisme di Eropa Timur daripada individu lain mana pun, kecuali Ronald Reagan. Untuk bukti kerjasama yang erat antara kedua orang tersebut, bacalah buku sejarawan Paul Kengor, A Pope and a President.

 

Sekarang kita memiliki paus baru dan presiden baru dan tak satu pun dari mereka tampak sangat khawatir tentang kebangkitan kembali kekuatan komunis di seluruh dunia. Faktanya, kedua pria itu (Biden dan paus Francis) telah mengelilingi diri mereka dengan para penasihat dan orang-orang yang berhaluan kiri.

 

Selain itu, baik Francis maupun Biden telah secara efektif membatalkan agenda para pendahulu langsung mereka. Ini jelas dalam kasus Biden karena gerakan pembalikannya yang cepat dan tiba-tiba. Sedangkan pembalikan yang telah direkayasa oleh Francis kurang terlihat oleh masyarakat umum karena dilakukan secara lebih bertahap, tetapi perubahan yang dihasilkan Francis dalam Gereja Katolik sama radikalnya dengan yang sekarang terjadi di pemerintah dan masyarakat Amerika.

 

Uskup Agung Vigano menghubungkan keduanya. Dia berbicara tentang kudeta di Amerika dan negara-negara Barat lainnya yang dipimpin oleh para ideolog kiri sekuler, dan kudeta di Gereja Katolik yang dipimpin oleh Bergoglio bersama dengan umat Katolik progresif yang mengelilinginya.

 

Namun, kudeta di Gereja berlangsung lebih diam. Para penulis Katolik yang telah mempelajari karir Francis menggambarkannya sebagai seorang manipulator yang terampil -- bahkan Machiavellian.

 

Menurut mereka, semua tindakannya diselimuti kabut yang diciptakan secara sengaja. Akibatnya, sebagian besar umat Katolik tetap tidak menyadari besarnya perubahan tersebut. Hanya ketika seorang imam atau uskup menentang Francis maka “paus diktator” ini (judul buku Henry Sire tentang Francis) mengungkapkan jati dirinya. Sama seperti pemerintahan Biden yang berusaha untuk membersihkan kaum konservatif dari pemerintahan dan militer, maka Francis juga berusaha untuk membersihkan umat Katolik tradisional dari Gereja. Dan karena beberapa perlawanan terkuat terhadap Francis berasal dari penganut Misa Latin Tradisional, maka Francis bertindak untuk menindas Misa Latin. Sementara itu, beberapa uskup konservatif mendapati diri mereka diturunkan jabatannya untuk melunturkan dan mengaburkan pos-pos penting tertentu, dan para klerus yang lain hidup dalam ketakutan bahwa tuduhan palsu pelecehan seksual dapat terjadi atas diri mereka hingga mendaratkan mereka di dalam penjara (seperti yang terjadi pada diri Kardinal Australia, George Pell).

 

Selain itu, karena Francis telah mempromosikan para pejabat gereja yang progresif kepada jabatan tinggi selama sembilan tahun ini, tampaknya merek Katolik yang "anti-Katolik" (istilah Vigano) akan terus mendominasi. Karena Francis telah dengan hati-hati mengemas Dewan Kardinal (yang memilih paus berikutnya) dengan orang-orang yang dibuat menurut gambarnya sendiri, maka kita tidak perlu heran jika Paus berikutnya nanti akan memakai nama itu, Paus Francis II.


 

Adakah yang lebih berbahaya daripada serigala berpakaian gembala?

 

 

Anda pernah mendengar tentang “deep state” atau ‘negara bayangan.’ Vigano menyatakan bahwa ada juga "gereja bayangan" — yang terdiri atas jaringan uskup progresif yang, bersama dengan Francis, berencana untuk mengubah wajah Gereja Katolik tanpa bisa dikenali. Selain itu, ‘negara bayangan’ dan ‘gereja bayangan’ ini akan saling memperkuat satu sama lain:

 

‘Gereja bayangan’ dan ‘negara bayangan’ tidak lain adalah dua jalur paralel yang berjalan ke arah yang sama dan memiliki tujuan akhir: TATA DUNIA BARU, dengan agamanya dan nabinya juga.

 

Uskup Agung Vigano menunjukkan bahwa meskipun Francis “secara universal dianggap sebagai kepala Gereja,” namun dia pada saat yang sama adalah juga ‘pemusnah’ Gereja:

 

Peran gandanya sebagai paus dan likuidator atau pemusnah Gereja Katolik memungkinkan Francis, di satu sisi, untuk menghancurkannya dengan berbagai dekrit dan tindakan resmi pemerintahannya, dan di sisi lain untuk menggunakan prestise yang dibutuhkan jabatannya untuk mendirikan dan menyebarkan agama baru di atas puing-puing dari yang lama.

 

Agama baru” yang diharapkan Francis untuk diperkenalkan kepada publik ini, menurut Vigano, adalah agama yang humanis dan progresif — “agama Umat Manusia, yang ekumenis dan ekologis.” Agama baru ini juga akan menghasilkan “pengesahan atas kejahatan Iblis,” dan penganiayaan terhadap orang-orang baik dan benar.

 


Bahkan majalah Newsweek sampai-sampai bertanya: 
Apakah paus ini Katolik?

 

 

Jika semua ini — gagasan tentang paus non-Katolik yang berusaha memusnahkan Gereja Kristus — tampak aneh dan tak terbayangkan, namun coba pertimbangkan bahwa baru beberapa waktu yang lalu, gagasan tentang Amerika Serikat yang diperintah oleh komunis juga tampak tak terbayangkan. Tampaknya tidak terbayangkan pula bahwa orang Amerika akan memilih, sebagai presiden mereka, seorang pria yang akan segera menghancurkan sejarah, nilai-nilai, dan institusi Amerika. Tapi itulah yang sedang terjadi.

 

Sejauh yang saya tahu, Uskup Agung Vigano tidak pernah benar-benar mengatakan bahwa Francis bukanlah paus, tetapi dia telah menyiratkan hal itu berkali-kali. Bukti bahwa dia dan orang-orang lain juga berpikiran sama, dapat dibagi menjadi empat kategori:

 

1. Bukti bahwa pengunduran diri Paus Benediktus adalah tidak sah

2. Bukti bahwa pemilihan Francis dilakukan dengan kecurangan

3. Bukti korupsi yang meluas dalam kepausan Francis.

4. Bukti bahwa Francis menganut ajaran sesat.

 

Apakah Vigano menekankan semua kenyataan ini atau tidak, adalah masalah untuk dibahas di lain waktu. Poin yang ingin saya sampaikan di sini adalah, terlepas dari beratnya tuduhan terhadap Francis, berbagai tanggapan telah diredam. Baik Francis maupun Vatikan tidak pernah menanggapi “kesaksian” eksplosif Vigano pada tahun 2018 yang menuduh Francis dan pejabat gereja lainnya menutupi sejarah panjang pelecehan seksual oleh Kardinal Theodore McCarrick. Francis mengatakan bahwa dia akan mempercayai media untuk sampai pada kesimpulan yang tepat; dan media wajib mengabaikan sama sekali semua tuduhan Vigano.

 

Demikian juga, media yang bersahabat dengan Francis tidak banyak berkomentar tentang klaim Vigano bahwa Francis bukanlah paus yang sah. Akibatnya, rata-rata umat Katolik tidak menyadari adanya masalah. Kebanyakan umat Katolik akan terkejut mengetahui bahwa meskipun Francis telah sering berjanji untuk mengakhiri pelecehan seksual oleh para klerus, namun dia mengelilingi dirinya dengan para pelaku dan pendukung homosex dan bahkan mempromosikan mereka ke jabatan tinggi.

 

Demikian juga, kebanyakan umat Katolik akan terkejut menemukan bahwa meskipun Francis secara lisan mengutuk aborsi, tetapi dia memastikan bahwa para pendukung terkemuka aborsi diundang ke konferensi Vatikan, dan Francis sering menghujani mereka dengan berbagai pujian.

 

Selain itu, meskipun Francis menyatakan bahwa aborsi adalah pembunuhan, tetapi dia campur tangan untuk mencegah Konferensi Waligereja Amerika Serikat (USCCB) memberikan suara untuk menolak komuni terhadap Presiden Biden karena kebijakannya yang pro-aborsi sangat mencolok. Menurut Vigano, Francis adalah ahli kepalsuan yang modus operandinya adalah mengatakan satu hal untuk menyenangkan orang-orang yang setia duduk di bangku Gereja, dan melakukan yang sebaliknya untuk menyenangkan para elit duniawi.

 

Perlu dicatat bahwa Uskup Agung Vigano baru-baru ini lebih banyak disorot di mata publik karena dua surat yang dia tulis kepada Donald Trump, dan karena tanggapan positif Trump terhadap surat-surat Viganò. Akibatnya, beberapa pers Katolik liberal telah melakukan kampanye yang gencar untuk mendiskreditkan Viganò. Misalnya, majalah Amerika yang dikelola Jesuit menolak Viganò dan menuduhnya sebagai ahli teori konspirasi sayap kanan lain yang seharusnya mengenakan topi MAGA, bukan topi uskup.

 

Dasar dari tuduhan teori konspirasi terhadap Viganò adalah bahwa Vigano mengatakan apa yang diyakini oleh semakin banyak orang Amerika tentang sebuah ‘negara bayangan’ yang semakin dikendalikan oleh kaum elit global, yang berniat untuk menurunkan masyarakat biasa menjadi status ‘lebah pekerja.’ Viganò juga banyak berbicara meremehkan Tata Dunia Baru, dan intrik Yayasan Rockefeller, Forum Ekonomi Dunia, Klaus Schwab, dan Bill Gates. Lebih lanjut, berbeda dengan Francis, Viganò melihat pandemi Covid-19 sebagai krisis yang sengaja diciptakan yang dimaksudkan untuk menciptakan populasi dunia yang lebih patuh. Akhirnya, Vigano juga sering berbicara dalam nada yang apokaliptik. Dia berbicara tentang hari kematian dan penghakiman, surga dan neraka, perang Setan melawan Surga, Kedatangan Kedua Kristus, dan “Tanda dari Binatang.” Bagi telinga modern dan bagi banyak orang Kristen modern, pembicaraan seperti itu dianggap memalukan. Tetapi selama berabad-abad, kebanyakan orang Kristen telah menganggap tanda dan nubuat seperti itu bukan sebagai ocehan para ekstremis, tetapi sebagai firman Tuhan yang diwahyukan.

 

Vigano memiliki pemahaman yang baik tentang sains, keuangan, dan politik, namun terkadang dia terdengar lebih seperti paus abad ke-19 daripada wali gereja abad ke-21. Hal ini sebenarnya cukup menyegarkan karena banyak pastor modern telah belajar berbicara dalam bahasa terapeutik-perusahaan yang tidak memiliki kedalaman apa pun. Silakan membaca tweet ini yang dikirim oleh USCCB untuk mempersiapkan umat Katolik bagi “Sinode tentang Sinode” yang akan datang:

 

Berikut adalah tujuh sikap yang dapat kita ambil saat kita melanjutkan perjalanan sinode bersama. Mana yang paling menginspirasi Anda?

 

• Pandangan Inovatif

• Inklusivitas

• Keterbukaan pikiran

• Mendengarkan

• Penyertaan

• Tanggung jawab bersama

• Dialog

 

 

“Mana yang paling menginspirasi Anda?” Tetapi kata-kata kunci psikobabbel ini tidak dimaksudkan untuk menginspirasi, ia dimaksudkan untuk membuat orang terbuai hingga tertidur — untuk mengalihkan perhatian orang banyak dari isu-isu krusial yang dihadapi Gereja saat ini, seperti isu “seorang paus yang tidak berperilaku sebagaimana layaknya seorang paus dan tidak berbicara sebagaimana seorang paus.”

 

Uskup Agung Vigano ingin membangunkan domba-domba yang seperti ini dan oleh karena itu tampaknya cukup tepat bahwa dia menggunakan bahasa Alkitab yang kuat untuk membangunkan orang-orang dari tidurnya. Sementara para uskup lainnya hanya mengoceh tentang "inklusivitas," "dialog," dan "keterbukaan," namun entah bagaimana meyakinkan bahwa setidaknya ada satu uskup (Uskup Agung Viganò) yang menunjukkan tanda-tanda yang sangat mengganggu saat itu.

 

Cukup mudah untuk mengabaikan Vigano dan menuduhnya sebagai pengikut teori konspirasi paranoid, tetapi jangan lupa bahwa Alkitab berisi banyak nasihat agar kita waspada terhadap tanda-tanda zaman, dan banyak peringatan tentang pemimpin "spiritual" yang bertingkah laku tidak seperti yang semestinya. Mat 7:15 "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.” 

Dan tentu saja tidak mudah untuk membedakan atau mengenali adanya seorang nabi palsu ketika dia mengenakan pakaian domba. Akan lebih sulit lagi jika dia berpakaian seperti seorang gembala. 

 


---------------

 

PARA KARDINAL MENJUAL JIWA MEREKA

“Para pemimpin Gereja-Ku saat ini di kota Roma, dalam kesombonganmu, kamu telah mengatur Gereja-Ku tanpa rasa hormat, tanpa kekudusan! Atas nama perdamaian dan persaudaraan, kamu telah mengikis fondasinya. Akulah fondasinya! Kamu sekarang harus membangun kembali Gereja-Ku, karena sebuah gereja dalam kegelapan memakai pita kematian di sekelilingnya. Aku berkata kepadamu, lebih baik ada sedikit namun berkualitas daripada banyak namun tak bisa berbuat apa-apa.

 

"Topi Merah telah jatuh dan Topi Ungu sedang disesatkan. Aku berkata kepadamu, bahwa setan telah masuk ke Kota Suci Roma.

 

“Kamu telah diperingatkan di masa lalu oleh penerus Petrus untuk menjaga Gereja-Ku dari paham humanisme, modernisme, dan satanisme. Ketika dunia dan Gereja-Ku menjadi satu, ketahuilah bahwa saat akhir itu sudah dekat. Banyak dari penerus Petrus, orang-orang  berpengetahuan dan saleh, memberimu alasan untuk menghindari paham modernisme dan sikap liberal. Banyak dari orang-orang yang mengenakan Topi Merah telah menjual jiwa mereka kepada setan untuk mendapatkan posisi tinggi." - Yesus, Bayside, 31 Desember 1977 

 

“Akan ada seorang paus yang dipilih secara tidak kanonik yang akan menyebabkan perpecahan besar, dan akan ada beragam pemikiran yang disampaikan yang akan menyebabkan banyak orang, bahkan mereka yang berada dalam ordo yang berbeda, menjadi ragu-ragu, ya, bahkan setuju dengan para bidaah yang akan menyebabkan Ordok saya terpecah, maka akan ada pertikaian dan penganiayaan universal sehingga jika hari-hari itu tidak dipersingkat, bahkan orang-orang pilihan pun akan musnah." - St. Fransiskus dari Assisi (Pemerintahan Antikristus, R. R. Gerald Culleton)

 

------------------------------

 

Silakan membaca artikel berikutnya di sini: 

Anne, 14 Januari 2022 (2), lokusi

Anne, 14 Januari 2022 (3), lokusi

Anne, 14 Januari 2022 (4), lokusi

Pedro Regis 5231 - 5235

Giselle Cardia, 3, 8, 15, 18 & 22 Januari 2022

LDM, 24 Januari 2022

Antikris sudah berada di dunia