Tuesday, December 26, 2023

Seperti Apa WAKTU di Api Penyucian

 

Seperti Apa WAKTU di Api Penyucian

by James Fifth 

https://afterthewarning.com/religious-reading/heaven-hell-purgatory/what-is-time-like-in-purgatory/

 


 

Letakkan tangan Anda di atas kompor panas sebentar maka rasanya akan seperti satu jam.

Duduklah dengan seorang gadis cantik selama satu jam, dan itu terasa seperti satu menit. Albert Einstein

 

 

Api Penyucian:

 

* Sebuah keadaan dimana jiwa orang yang meninggal dalam keadaan rahmat harus  menebus dosa-dosanya.

* Suatu tempat atau kondisi penderitaan, penebusan, atau penyesalan.

 

 Menurut Katekismus Gereja Katolik, Mempelai Kristus ada dalam 3 bagian:

* Gereja yang jaya, yaitu Surga

* Gereja militan, yaitu Gereja yang berada di bumi ini.

* Gereja yang menderita, atau disebut juga sebagai Api Penyucian.

 

Tujuan dari semua jiwa, dan tujuan dari hidup itu sendiri, adalah untuk beralih dari Gereja Militan kepada Gereja Kemenangan. Namun sebelum seseorang bisa masuk Surga, dia harus sempurna, karena tidak ada yang tidak sempurna yang bisa masuk Surga (Wahyu 21:27). Untuk menjadi sempurna menyiratkan bahwa seseorang harus bebas dari segala noda dosa DAN segala perbaikan telah dilakukan demi Keadilan Ilahi. Dan jika jiwa belum mencapai hal ini di Bumi, maka mereka harus menyelesaikan penyuciannya setelah meninggal. Fase pemurnian ini disebut sebagai Api Penyucian, dan jiwa yang masuk ke sana tidak akan terbebas sampai kesempurnaan tercapai dan Keadilan Ilahi telah dipuaskan.

 

Di bumi, sifat terbesar Tuhan adalah kerahiman-Nya. Dengan tindakan kasih yang sederhana, kita dapat menutupi seluruh dosa dan menghapuskan hukuman yang diakibatkannya. Kita benar-benar membayar “penny on the dollar” (membayar sedikit bagi sesuatu yang besar) sebagai penebusan atas Keadilan Ilahi. Namun hanya sedikit orang yang memanfaatkan kemurahan hati yang begitu melimpah ini. Sebaliknya, di Api Penyucian, Kerahiman telah diterapkan semaksimal mungkin yang dapat diterima oleh jiwa dan sekarang Keadilan Ilahi yang berkuasa. Dan hukuman bagi mereka yang tidak memanfaatkan Rahmat-Nya selama berada di Bumi adalah syarat harus dilakukan perubahan dan pengembalian penuh. Yesus menyinggung hal ini ketika Dia berkata:

 

Mat 5:26 Aku berkata kepadamu:

Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.

 

Dengan demikian, jiwa-jiwa yang berada di Api Penyucian tidak dapat menahan diri lagi. Karena mereka tidak lagi memiliki tubuh fisik dan telah melihat wajah Tuhan, mereka tidak dapat lagi melakukan korban atau melakukan penebusan bagi diri mereka sendiri sebagai silih atas dosa-dosa mereka. Mereka menjadi tidak berdaya dan terpaksa bergantung pada belas kasihan Tuhan, perantaraan Perawan Maria, serta doa dan pengorbanan Gereja Militan di bumi ini.

 

Menurut Maria Simma, seorang mistikus Katolik yang menerima banyak kunjungan dari jiwa-jiwa di Api Penyucian sepanjang hidupnya, “keluhan” terbesar dari jiwa-jiwa di Api Penyucian adalah bagaimana mereka hampir sepenuhnya dilupakan oleh keluarga dan orang-orang yang mereka cintai. Mereka tidak menerima bantuan spiritual dari orang-orang yang begitu banyak membantu diri mereka sendiri selama hidup. Betapa sedikitnya doa yang dipanjatkan untuk mereka – bahkan pada saat pemakaman mereka! Mereka ditinggalkan dalam siksaan tanpa ada seorang pun yang mempersembahkan doa dan pengorbanan demi mereka.

 

Api dari Api Penyucian adalah api yang sama yang menyiksa mereka yang menempati Neraka. Satu-satunya perbedaan adalah, tidak seperti Neraka di mana apinya menyala tanpa henti tanpa pernah memakan korbannya, di Api Penyucian apinya menyucikan, menghilangkan ketidaksempurnaan seperti halnya emas dimurnikan di dalam tungku.

 

1Kor 3:13-14 “…sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah.

 

 

Dan meskipun ini adalah siksaan yang mengerikan untuk ditanggung, ada siksaan yang lebih buruk lagi di dalam aula yang menyala-nyala itu yang bahkan melebihi rasa sakit dari api itu sendiri… yaitu WAKTU.

 

 

Rasa Sakit Yang Begitu Intens Hingga Menipu Anda

 

Summa Theologica, sebuah buku yang ditulis oleh St. Thomas Aquinas, seorang Rahib Dominikan pada pertengahan tahun 1400-an, berisi banyak ajaran dan cerita baik bagi para pastor maupun umat beriman. Salah satu kisah menarik yang diceritakannya menggambarkan persepsi waktu sebagaimana dirasakan oleh mereka yang memasuki Api Penyucian. Kisah ini mengingatkan kita yang masih hidup untuk selalu menjadi perantara bagi mereka yang telah mendahului kita.

 

Suatu ketika ada seorang rahib yang menderita penyakit yang sangat parah dalam waktu yang lama, menyebabkan dia sangat kesakitan. Penderitaan yang begitu lama membuat religius itu menjadi putus asa dan memohon kepada Tuhan untuk membiarkan dia mati agar dia bisa terbebas dari penyakit yang mengerikan itu. Tidak pernah terpikir olehnya bahwa penyakit itu adalah anugerah Tuhan yang bisa menghindarkannya dari rasa sakit yang lebih besar lagi.

 

Bagaimanapun, Malaikat Pelindungnya menampakkan diri kepadanya dan menawarkan dua pilihan, dia bisa menderita penyakitnya selama satu tahun lagi dan langsung masuk Surga ketika dia meninggal atau mati sekarang dan menderita di Api Penyucian selama tiga hari. Karena sudah lama sakit dia langsung memilih menderita di Api Penyucian.

 

Setelah berada di Api Penyucian selama satu jam, Malaikat Pelindung pria itu datang mengunjunginya. Ketika melihat Malaikatnya, rahib itu mengeluh kepadanya dan berkata,

 

“Mengapa kamu meninggalkan aku di sini dalam siksaan ini? “Kamu berjanji kepadaku bahwa aku hanya akan menderita di sini selama tiga hari?”

 

 


 

 

“Menurutmu sudah berapa lamakah kamu berada di sini?” malaikat pelindungnya bertanya kepadanya.

 

“Setidaknya selama beberapa tahun,” jawabnya.

 

“Kamu baru berada di sini selama satu jam,” kata malaikat pelindungnya, “rasa sakitnya begitu hebat sehingga menipu kamu, dan waktu sekejap akan berlalu seperti satu hari dan waktu satu jam akan terasa seperti bertahun-tahun.”

 

“Aduh,” teriak pria itu, “Aku begitu buta dan tidak mengerti atau menyadari ketika aku mengambil keputusan. Malaikatku yang baik, berdoalah kepada Tuhan agar mengasihani aku dan mengizinkan aku kembali ke bumi. Aku lebih suka menderita penyakit yang paling parah selama dua tahun, atau selama yang Tuhan kehendaki. Lebih baik aku menderita enam tahun penuh siksaan yang paling mengerikan di dunia daripada satu jam menderita kesakitan di Api Penyucian.”

 

Mengabulkan permintaannya, Tuhan mengijinkan rahib itu untuk kembali ke Bumi dimana dia menderita dengan sabar selama sisa hidupnya.

 

Persepsi yang berubah tentang waktu ketika menahan rasa sakit yang luar biasa adalah fenomena yang sangat nyata dan umum. Tanyakan kepada wanita mana pun yang harus menanggung apa yang terasa seperti berjam-jam tanpa henti dalam pergolakan nyeri persalinan. Dengan setiap kontraksi yang menyakitkan, waktu tampaknya hampir berhenti. Namun dia tetap berharap bahwa setelah semua rasa sakit dan penderitaan berlalu, dia akhirnya akan melihat anaknya yang cantik dalam pelukannya, dan semua siksaan saat melahirkan hanya akan menjadi kenangan.

 

 

Satu Menit Terasa Seperti Berabad-abad

 

Kesaksian berikutnya menunjukkan betapa waktu satu menit saja dapat dirasakan oleh jiwa yang terkurung di dalam tembok Api Penyucian:

 

 



 

A certain monk was on his death bed and he requested the abbot, like all others leaving

Seorang rahib sedang berada di ranjang kematiannya dan dia meminta kepada kepala biara, seperti semua rahib lainnya yang meninggalkan dunia ini, untuk memberinya sakramen-sakramen dan memberinya absolusi. Namun, pada saat itu, kepala biara harus segera meninggalkan biara, karena tidak menyangka bahwa rahib tersebut akan segera meninggal dunia. Jadi, dia memutuskan untuk mengurus masalah ini setelah dia kembali.

 

Nasib memainkan perannya dan tanpa kehadiran kepala biara, rahib yang sekarat itu pun berangkat dari dunia ini. Setelah kepala biara itu kembali, jenazah almarhum belum dikuburkan. Dengan sedih kepala biara berpikir bahwa dia telah gagal dalam permintaan rahib tersebut, sehingga membuatnya menanggung penderitaan setelah melewati ambang kehidupan. Namun kebetulan rahib tersebut hanya memiliki dosa kecil dan tidak pantas menerima hukuman abadi (neraka), sehingga dia tidak akan dilempar ke dalam api neraka.

 

Dengan izin khusus dari Tuhan, almarhum diizinkan untuk menemui kepala biara yang berduka dan, setelah melihatnya, almarhum mulai menuntut pengampunan dosa yang dijanjikan dan pemberian penebusan dosa yang sesuai.

 

Karena tidak mengetahui hukuman apa yang harus dijatuhkan pada orang yang meninggal, kepala biara itu berkata: "Sebagai silih atas dosa-dosamu, kamu harus tetap berada di api penyucian sampai tubuhmu dikuburkan."

 

Setelah mendengar ini, almarhum berteriak dengan sangat ngeri dan putus asa sehingga suaranya bergema di seluruh biara.

 

"Oh, kamu adalah orang yang tak memiliki belas kasihan! Kamu telah menghukumku dengan siksaan yang begitu lama. Kamu memerintahkan aku untuk bertahan begitu lama di dalam api dimana waktu berlalu secara berbeda dibandingkan di kehidupan duniawi. Dan satu menit sama dengan berabad-abad rasanya."

 

Setelah mengucapkan kata-kata ini, dia menghilang.

 

 



 

Mengapa jiwa merasakan waktu secara berbeda?

 

Ada banyak penjelasan bagus mengenai bagaimana waktu dirasakan oleh jiwa, beberapa di antaranya masuk jauh ke dalam teologi sehingga saya bahkan dapat memahami atau menjelaskannya. Jadi, demi kewarasan saya sendiri, inilah penjelasan saya yang sangat sederhana:

 

Suatu jiwa, setelah terpisah dari tubuh, tidak lagi dibatasi oleh kecepatan atau keterbatasan materi. Semua indra di dalam jiwa ditingkatkan hingga maksimal dan bahkan pikiran itu sendiri menjadi seketika. Jadi, ketika jiwa mengalami kesakitan dalam bentuk apa pun, baik di api penyucian atau di neraka, setiap kejadian akan diproses sepenuhnya, dirasakan sepenuhnya, dan dikeraskan sepenuhnya oleh jiwa. Oleh karena itu, satu detik saja di Bumi dapat terasa seperti beberapa jam bagi jiwa yang berada di Api Penyucian.

 

With the Lord a day is like a thousand years, and a thousand years are like a day.2 Peter 3:8

 

Di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun, dan seribu tahun sama seperti satu hari. 2 Petrus 3:8

 

 

Tahukah Anda?

 

Dalam “Teori Relativitas” Albert Einstein, dia menjelaskan bagaimana waktu dapat dirasakan secara berbeda antara banyak pengamat di dunia material (kita). Lihat ini:

 

Misalkan kita mempunyai 2 orang yang saling memperhatikan; yang satu diam di bumi, dan yang lainnya berada di pesawat luar angkasa yang melaju mendekati kecepatan cahaya. Bagi pengamat di darat, mereka melihat bahwa teman di bumi bergerak dalam gerakan lambat, sedangkan orang di pesawat ruang angkasa melihat kembali ke Bumi dan melihat semua orang melaju ke sana kemari. Hal ini disebabkan oleh kecepatan yang meningkatkan massa kapal (dan penumpangnya), membengkokkan ruang, dan dengan demikian mengubah waktu.

 

Teori ini dikenal dengan istilah Dilatasi Waktu.

 

Contoh lainnya adalah sebuah planet yang mengelilingi lubang hitam (black hole). Jika seorang astronot mendarat di planet ini dan melihat kembali ke Bumi, mereka akan melihat peradaban di bumi naik dan turun dalam hitungan menit.

 

Namun dari pengamat yang berada Bumi, astronot tersebut akan terlihat seperti membeku di tempatnya. Bagi kedua pengamat, waktu tampak konstan bagi mereka, namun kenyataannya tidak. Waktu bersifat relatif, berdasarkan pengaruh gravitasi terhadap waktu di sekitar pengamat dan yang diamati.

 

*Dalam skenario ini, untuk setiap 1 menit di sebuah planet yang mengorbit lubang hitam (black hole) 700 tahun akan berlalu di Bumi*

 

Jadi, berapa lamakah perasaan tentang waktu di Api Penyucian bagi suatu jiwa?

 

Dengan kesaksian paling umum yang menunjukkan bahwa 15 menit di Bumi terasa seperti satu tahun di Api Penyucian, saya membuat tabel berikut. Angka-angka ini bukanlah angka yang pasti, dan belas kasihan serta keadilan Tuhan dapat mengurangi atau memperpanjang persepsi waktu sesuai dengan keinginan seseorang, namun secara umum angka-angka ini dapat membantu kita untuk lebih memahami penderitaan yang harus ditanggung oleh banyak jiwa di Api Penyucian.

 

Bagaimana kita dapat membantu jiwa-jiwa di Api Penyucian ini?

 

Menurut Maria Simma, jiwa-jiwa di Api Penyucian tidak bisa lagi menebus dosa-dosanya. Intinya, mereka tidak berdaya untuk menolong diri mereka sendiri. Namun banyak dari jiwa-jiwa malang ini menjelaskan kepadanya bahwa rasa sakit, penderitaan, dan lamanya hukuman mereka, dapat dikurangi secara signifikan melalui pengorbanan orang-orang yang masih berada di Bumi.

 

Secara khusus, hal-hal yang dapat dilakukan oleh orang awam di bumi yang dapat membantu jiwa di Api Penyucian adalah:

 
DOA, terutama Rosario Kudus & Kaplet Kerahiman Ilahi.
PUASA, hari-hari Rabu dan Jumat.
Memberi sedekah kepada orang miskin.

Dan lebih dari semuanya, melalui Kurban Misa Kudus.

 

Dan begitu suatu jiwa telah dibebaskan dari penjara Api Penyucian, sebagai imbalannya dia akan berdoa di hadapan Tuhan atas nama dan demi mereka yang melakukan perbaikan yang diperlukan untuk memperoleh kebebasan mereka. Jadi jangan pernah lupa untuk memanjatkan doa, misa, dan sedekah untuk orang-orang tercinta yang telah meninggal, karena seperti yang kita semua lihat sekarang, WAKTU bukanlah teman di Api Penyucian.

 

Tahukah Anda? Di Medjugorje, Bunda Maria berkata bahwa sebagian besar jiwa meninggalkan Api Penyucian pada Hari Natal, BUKAN pada Hari Bagi Semua Jiwa. Santa Teresa dari Avila juga menyatakan hal yang sama.

 

Hari ini bawalah kepadaku JIWA-JIWA YANG DITAHAN DI DALAM Api Penyucian, dan celupkan mereka ke dalam jurang rahmat-Ku. Biarlah aliran Darah-Ku mendinginkan kobaran api yang membakar mereka.

 

 


 

 

Semua jiwa-jiwa ini sangat Kukasihi. Mereka membalas keadilan-Ku. Adalah di dalam kemampuanmu untuk memberikan bantuan kepada mereka. Tariklah seluruh indulgensi dari perbendaharaan Gereja-Ku dan persembahkanlah itu atas nama mereka. Oh, andai saja kamu mengetahui siksaan yang mereka alami, niscaya kamu akan terus mempersembahkan sedekah di dalam roh untuk mereka dan melunasi hutang mereka di hadapan keadilan-Ku.

(Pesan Tuhan Yesus Kristus kepada Santa Faustina)

 

Belajarlah lebih banyak lagi. Saya terinspirasi untuk menulis artikel ini setelah mendengarkan banyak cerita di channel YouTube: Uniquely Mary. Jika Anda belum berlangganan, TUNGGU APA LAGI!!! Dengan banyaknya kesaksian menakjubkan tentang jiwa-jiwa di Api Penyucian, Anda akan terangkat dan terinspirasi untuk melakukan semua yang Anda bisa untuk mereka yang dipenjarakan di sana.

Berikut beberapa buku favorit saya: Purgatory Stories: The Bishop, the Wife, and the Monk

 

-------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini:


Viganò: ‘Nabi palsu’ Bergoglio bersalah melakukan ‘kemurtadan habis-habisan’ 

Mengapa Kaum Radikal Perlu Menyembunyikan Agenda Mereka Yang Sebenarnya 

Mantan Homosex: Francis Mengundang Umat Manusia Untuk Bergabung Dengan Setan… 

BEBERAPA KUMPULAN ARTIKEL TENTANG FIDUCIA SUPPLICANS 

Nabi Palsu Dari Kitab Wahyu 

Uskup Agung Aguer: Francis menarget para uskup yang baik karena dia tidak nyaman dengan Tradisi 

LDM, 22 Desember 2023