Uskup Fellay berbicara tentang Kerahiman
Sejati
Adalah penting
untuk membedakan antara kerahiman / belas kasih timpang yang diilhami dari hasil
konsilier, dengan belas kasih sejati Katolik.
Surat terbaru
dari Uskup Fellay (Letter to Friends and Benefactors (May 2015, #84) telah
diterbitkan.
Dalam suratnya
itu, Pemimpin SSPX itu memusatkan pembicaraan pada masalah kerahiman / belas
kasih – dimana hal ini berkaitan dengan pernyataan Tahun Kerahiman oleh PF – dimana
dia menjelaskan bahwa belas kasih sejati haruslah
disertai dengan pertobatan yang tulus atas dosa :
Belas kasih
adalah sebuah kata yang sudah sering didengar oleh setiap umat Katolik karena kata
itu menunjukkan manifestasi yang paling menyentuh dari kasih Allah kepada kita...
Namun belas kasih
sejati, yang menunjukkan bahwa pada awalnya, tindakan yang amat menyentuh dari Allah
kepada pendosa serta kesedihanNya, terus berlanjut pada sebuah saat dari pertobatan
makhluk kepada Allah :”Aku tidak berkenan
kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang
fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup.” (Yeh.33:11). Jadi Kitab Injil menekankan perlunya pertobatan,
penyangkalan atas dosa, serta silih. Selanjutnya Allah bersabda :”Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu
semua akan binasa atas cara demikian." (Luk 13:5)
Bertentangan
dengan gagasan mengenai belas kasih yang benar atau sejati itu adalah gagasan
belas kasih hasil dari "spirit of Vatican II", dimana disini ia
kehilangan rasa perlunya pertobatan, sebuah kesalahan yang dianjurkan sebagai bagian
dari reformasi PF bagi Kuria Roma:
Bisakah anda
memotong atau membuang sebagian dari makna yang ada didalam kata ‘belas kasih’,
dengan membuang arti pentingnya pertobatan, seperti yang dilakukan oleh
Kardinal Maradiaga, dengan tujuan untuk memberikan semangat baru bagi reformasi
konsilier dengan jalan menghancurkan semangat tradisional? Tentu saja tidak!
(...)
Dengan mewartakan
atau berkotbah tentang belas kasih (kerahiman) tanpa perlunya pertobatan atas
para pendosa yang malang itu, maka pesan menjadi itu tak bermakna sama sekali,
justru ia merupakan perangkap setan yang bisa ‘menenangkan’ dunia dalam kebodohannya
dan pemberontakannya yang semakin meningkat terhadap Allah, dimana sebenarnya Surga
telah berbicara jelas mengenai hal itu : “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan
diri-Nya dipermainkan.” (Gal 6:7).
No comments:
Post a Comment