Prakata
dari Penerbit
Dari
semua buku-buku rohani agama Katolik yang banyak dijumpai oleh pambaca, maka
sulit sekali untuk menemukan sebuah buku yang mampu menggerakkan dan
mempengaruhi pembacanya lebih dari pada buku Api Penyucian ini, yang ditulis
oleh Pastor F.X. Schouppe S.J. Karena kenyataan inilah maka penerbit telah
bekerja sama dengan pihak lain untuk menerbitkan buku ini dengan harga yang
murah agar bisa dijangkau oleh semua orang, dengan harapan agar buku ini bisa
mencapai sebanyak mungkin pembaca.
Karena
doktrin mengenai Api Penyucian telah mencakup semua ajaran agama Katolik, maka
melalui buku tulisan Pastor F.X. Schouppe S.J. ini maka ia telah menyentuh diri
kita kepada isu sentral dari ajaran agama kita, yaitu keselamatan jiwa-jiwa
kita serta cara-cara untuk memperolehnya.
Dengan
membaca buku ini, diharapkan pembaca akan memperoleh tiga macam manfaat :
Pertama,
mendorong kita untuk berusaha meringankan penderitaan jiwa-jiwa yang malang
didalam Api Penyucian.
Kedua,
mengilhami kita untuk melakukan penebusan dosa-dosa kita didalam kehidupan ini,
agar kita nanti tidak perlu masuk kesana.
Ketiga,
ia akan mendorong kita untuk menyebar-luaskan pengetahuan tentang kebenaran
dari Api Penyucian kepada orang lain, agar merekapun termotivasi untuk berdoa
bagi jiwa-jiwa yang malang itu serta sekaligus meneghindarkan dirinya agar
tidak sampai masuk kedalam Api Penyucian.
Sebenarnya,
satu kebaikan terbesar yang bisa kita lakukan bagi jiwa-jiwa yang malang itu
adalah dengan cara menyebarkan buku ini, yang sangat efektiv mengajarkan
doktrin yang suci ini.
Seperti
yang dikatakan oleh penulis dibagian pendahuluan, buku ini disusun untuk
menyalakan hati dari umat beriman dengan sebuah perhatian dan rasa belas
kasihan yang terus menerus kepada jiwa-jiwa malang itu. Ini bukanlah karya yang
mengajak kita untuk berpolemik ataupun bersikap membela terhadap kenyataan dari
Api Penyucian, namun buku ini ingin memberikan inspirasi, meningkatkan
pengetahuan, pengertian, dan kasih dari pembaca semuanya.
Saat
ini sedikit sekali orang yang berbicara tentang Api Penyucian, terutama di
lingkungan agama Katolik, dengan akibat bahwa orang-orang yang mengaku dirinya
Katolik tidak lagi percaya akan doktrin mengenai Api Penyucian ini. Ini adalah
merupakan akibat yang wajar dari sedikitnya literatur-literatur Katolik yang
membicarakan masalah Api Penyucian. Jika orang-orang tidak pernah membaca
tentang Api Penyucian, dan jarang mendengar Api Penyucian diceritakan orang,
maka mereka akan semakin tidak menaruh perhatian terhadap Api Penyucian.
Adalah
wajar bagi manusia untuk percaya akan adanya Api Penyucian, karena ia memang
logis dan adil keberadaannya --- meskipun ia merupakan ajaran agama Katolik,
yang sampai kepada kita dari para rasul dan diketemukan pula didalam Kitab Suci.
Hal itu juga datang melalui pewahyuan kepada banyak umat Katolik saat ini,
sehingga untuk menjadi seorang Katolik maka orang itu seharusnya percaya akan
adanya Api Penyucian. Karena adanya Api Penyucian adalah merupakan dogma Gereja
dan menjadi orang Katolik haruslah percaya akan segala ajaran yang diberikan
kepada kita, yang dikatakan sebagai dogma.
Haruslah
diingat bahwa apa yang dipikirkan atau dipercaya seseorang mengenai ajaran yang
khusus dari agama tak ada hubungannya dengan kebenarannya. Kebenaran adalah
kebenaran, tidak peduli apapun yang dipikirkan atau dipercaya orang mengenai
hal itu. Karena itu jika saat ini banyak orang yang tidak berbicara atau tidak
percaya akan Api Penyucian, hal itu tidak akan bisa menghapuskan kebenaran dan
kenyataan adanya Api Penyucian. Api Penyucian memang ada, karena Gereja
mengajarkan bahwa hal itu ada, dan Kristus sendiri yang mengajarkan hal itu
kepada Gereja.
Kita
tahu bahwa kaum reformis Protestan dari abad 16 menolak ajaran Gereja tentang
Api Penyucian, meskipun seperti diakui oleh Calvin, hal itu masih menjadi
kepercayaan luas saat itu. Dan meskipun Pastor Schouppe tidak menyebutkan
(nampaknya Anne Catherine sendiri tidak terlalu memahami akan
pewahyuan-pewahyuannya), tetapi Anne Catherine Emmerick Venerabilis banyak
menderitakan tentang masalah Api Penyucian, diantaranya adalah pewahyuan yang
amat menyedihkan dimana jiwa-jiwa orang Protestan merana paling lama dan
menderita paling buruk didalam Api Penyucian karena secara umum mereka hanya
memiliki sedikit sekali sahabat dan saudara yang mau mendoakan mereka.
Orang-orang Protestan yang menyelamatkan jiwa-jiwa mereka tetapi tidak
mendapatkan Surga secara langsung akan mendapati dirinya berada didalam Api Penyucian,
seperti orang-orang lainnya. Kenyataan bahwa mereka tidak percaya akan Api Penyucian
tak akan bisa menghibur mereka jika mereka masuk kesana. Kebenaran Allah adalah
tetap kebenaran, tidak peduli apakah kita percaya ataupun tidak.
Pastor
Schouppe membagi buku ini dalam dua bagian besar : Misteri Pengadilan Allah dan
Misteri Kerahiman Allah. Para pembaca hendaknya memperhatikan kenyataan bahwa
bagian pertama dari buku ini, hampir separuhnya, memusatkan pembicaraan kepada
Pengadilan Allah dan memberikan kesan umum akan kerasnya pengadilan itu. Hal
ini dilakukan dengan sebuah tujuan : penulis ingin menekankan kepada pembaca
betapa seriusnya setiap tindakan yang kita lakukan serta tanggung jawab yang
amat ketat yang melekat pada setiap tindakan kita yang terkecil sekalipun.
Dengan pengadilanNya yang suci itu yang diceritakan didalam buku ini, maka tak
ada orang yang bisa luput dari pengadilan Allah Yang Maha Kuasa.
Tetapi
disamping itu, juga terdapat Kerahiman Allah yang harus kita perhitungkan pula
dan ini adalah fokus utama dari bagian kedua buku ini. Disini penulis bukan
saja memberitahukan banyaknya kesempatan untuk menerima kerahiman Allah, tetapi
juga berbagai cara untuk mengurangi lamanya hukuman sementara karena dosa-dosa
kita, baik bagi jiwa-jiwa yang malang didalam Api Penyucian maupun bagi diri kita
sendiri. Penulis menekankan agar kita memiliki rasa takut yang suci dan
menyeluruh terhadap pengadilan Allah, dimana hal itu juga harus kita imbangi
dengan kepercayaan yang kuat terhadap kerahiman Allah serta terhadap banyak
cara yang Dia berikan kepada kita untuk memperoleh pengurangan hukuman
sementara karena dosa-dosa kita. Hukuman sementara karena dosa, haruslah
diingat, adalah hutang rohani yang membuat kita tertahan didalam Api Penyucian
hingga hal itu dihapuskan oleh penderitaan kita atau oleh jasa doa-doa orang
lain serta perbuatan baik orang lain demi kepentingan kita.
Didalam
buku ini, penulis menjelaskan segala aspek dari doktrin mengenai Api Penyucian.
Pembaca akan bisa menemukan berbagai pencerahan yang menakjubkan yang belum
pernah mereka sadari sebelumnya. Misalnya saja, penulis mengatakan bahwa
penderitaan didalam Api Penyucian secara pokok adalah sama sifat dan
intensitasnya (bergantung kepada beratnya hukuman) dengan didalam neraka. Namun
jiwa-jiwa yang malang itu tidak mempunyai keinginan untuk kembali ke dunia ini
karena mereka sadar bahwa mereka sudah pasti diselamatkan, karena mereka sudah
berada didalam Api Penyucian. Juga lamanya waktu disana tak ada hubungannya
dengan pengalaman kita akan waktu di dunia ini. Beberapa menit saja bagi
jiwa-jiwa yang malang itu nampaknya seolah bertahun-tahun. Doa-doa permohonan
kita ataupun persembahan kita bagi orang-orang yang telah meninggal lebih
menyukakan hati Allah dari pada doa-doa dan perbuatan baik kita bagi
orang-orang yang masih hidup, karena jiwa-jiwa yang malang itu sudah berada
dekat dengan Allah, dan mereka sama sekali tidak berdaya dan sangat membutuhkan
pertolongan kita, mereka tak bisa menolong dirinya sendiri. Kurban Kudus
didalam Misa Kudus yang sering kita persembahkan bagi mereka adalah lebih
bermanfaat dari pada perbuatan lain atau devosi-devosi kita bagi mereka. Juga
tindakan kita memberi sedekah demi kepentingan mereka adalah lebih bermanfaat
dari pada doa-doa dan puasa kita bagi mereka. Dan akhirnya, semuanya yang kita
persembahkan, dengan rasa kemurahan hati bagi jiwa-jiwa yang malang itu, pada
ujungnya nanti akan memberikan manfaat bagi kita juga. Disini penulis mengutip
perkataan St.John of God, yang pernah melintasi jalan-jalan di Granada dengan
berseru :”Berilah sedekah, saudara-saudaraku, berilah sedekah demi kasih kepada
dirimu sendiri !”.
Pastor
Schouppe mengatakan adanya jumlah yang tidak seimbang dari peristiwa-peristiwa
dimana kaum religius, bukannya umat awam, yang kembali dari Api Penyucian,
untuk memberikan pernyataan mengenai penderitaan mereka. Hal ini mungkin karena
beberapa kenyataan : misalnya, jumlah yang lebih besar dari pernyataan itu
berasal dari kaum religius karena hal itu dicatat dan disampaikan oleh
anggota-anggota dari ordo yang bersangkutan. Dan rahmat yang lebih besar
diperoleh kaum religius yang telah menghabiskan waktu mereka dekat dengan Tuhan
dan dengan karya-karyaNya. Karena itu mereka telah berhasil memenangkan
kemurahan hati yang lebih besar dari Tuhan selama penderitaan mereka didalam
Api Penyucian. Namun penulis juga menunjukkan bahwa penampakan-penampakan dari
jiwa-jiwa yang malang itu sering juga dialami oleh umat awam dan
penampakan-penampakan itu terjadi sepanjang masa diberbagai tempat selama
sejarah Gereja.
Satu
hal yang paling baik dikatakan oleh penulis adalah kenyataan bahwa kita yang
masih berada diantara Gereja Militan ini, memiliki tugas yang suci untuk berdoa
dan berkurban bagi jiwa-jiwa yang malang didalam Api Penyucian. Karena para
kudus yang sudah berada di Surga, meskipun mereka bisa menolong jiwa-jiwa
malang itu didalam penderitaan mereka, tetapi mereka tak bisa mendapatkan
indulgensi bagi jiwa-jiwa malang itu, terutama indulgensi penuh, seperti yang
bisa kita lakukan di dunia ini.
Karena
sedikit sekali orang-orang saat ini yang mengerti sifat serta nilai dari
indulgensi, dan bagaimana hal itu bisa diperoleh, terutama indulgensi penuh,
maka kita menganggap cukup bijaksana untuk memasukkan masalah itu didalam
appendix buku ini, sebagai penjelasan singkat dari ajaran Gereja mengenai
indulgensi serta cara-cara untuk mendapatkannya.
Indulgensi
sendiri merupakan sebuah kekayaan rohani yang bisa melunakkan pengadilan Allah
karena kerahimanNya yang amat besar itu, dimana orang yang percaya didalam iman
dan bertindak dengan hati-hati untuk mendapatkan indulgensi itu terutama
indulgensi penuh, tak perlu merasa takut oleh pengadilan Allah jika dia mati,
asalkan dia selalu berusaha melakukan silih disepanjang kehidupannya. Begitu
murahnya Bunda Suci, Gereja, membagikan indulgensi itu sehingga Maria dari
Quito Terberkati berkata :”Suatu hari, didalam keadaan ekstase, aku melihat
ditengah-tengah ruangan besar, nampak sebuah meja yang amat besar yang tertutup
oleh timbunan emas, perak, ruby, mutiara, intan, dan pada saat yang sama aku mendengar
suara :”Kekayaan ini adalah milik umum. Masing-masing orang bisa datang dan
mengambilnya sebanyak mungkin”. Tuhan memberitahukan kepadanya bahwa itu adalah
lambang dari indulgensi. “Indulgensi adalah merupakan kekayaan rohani yang
bebas untuk diminta, kekayaan yang oleh orang Katolik yang percaya, yang berada
dalam keadaan rahmat, bisa menerimanya demi pertolongan kepada jiwa-jiwa yang
malang didalam Api Penyucian atau demi pengurangan hukuman karena hutang-hutang
rohaninya sendiri. Jika seseorang tidak mau memanfaatkan indulgensi ini, hal
itu merupakan tindakan pemborosan dan penyia-nyiaan yang terbesar diseluruh
dunia”.
Hal
lain yang juga pentung untuk diingat adalah kenyataan bahwa doa-doa dan
penderitaan yang dipersembahkan kepada Tuhan selama kehidupan kita akan
mendatangkan manfaat bagi kita sendiri, yaitu berupa peningkatan rahmat
penyucian, derajat kemurahan hati yang lebih tinggi, persatuan yang lebih erat
dengan Tuhan, dan kemuliaan yang lebih besar di Surga untuk selamanya.
Sedangkan penderitaan didalam Api Penyucian tak ada manfaatnya bagi kemajuan
kesucian seseorang. Hal itu hanya berguna untuk membayar hutang-hutang rohani
saja. Seorang Katolik yang mempersembahkan doa-doa dan penderitaannya kepada
Tuhan selama hidupnya, yaitu saat dimana manusia masih bisa memperoleh manfaat
dari tindakan itu, akan mendatangkan dua keuntungan dengan sekali jalan : dia
akan mengurangi hutangnya sendiri, hutang hukuman karena dosanya, dan yang
kedua, dia akan maju dalam hal kesucian dan meningkat derajat kemuliaannya
nanti di Surga.
Untuk
menggambarkan hal ini, Pastor Schouppe menceritakan kisah seorang rahib Spanyol
yang meninggal dunia kemudian menampakkan diri 4 bulan setelah kematian raja
Philip II (1589). Banyak Misa Kudus dan doa-doa dipersembahkan diseluruh
Spanyol bagi jiwa raja itu. tetapi rahib itu mengatakan bahwa raja Philip II
telah berada di Surga, dan bahwa tempat dari raja itu jauh lebih rendah dari
pada tempat dari rahib itu, sementara di dunia dulu, tempat dari rahib itu jauh
lebih rendah dari pada tempat raja itu.
Akhirnya,
Pastor Schouppe mengutip kisah dari St.Catherine dari Genoa, dimana dia menilai
karya dari Catherine yang berjudul ‘Treatise on Purgatory’ sebagai
bentuk pencerahan yang terbaik yang kita miliki mengenai Api Penyucian. Melalui
buku itu kita bisa menuliskan semangat dan jiwa dari buku ini :”Dia yang
memurnikan dirinya atas segala kesalahannya didalam kehidupan ini akan hanya
membayar sebesar satu penny untuk menggantikan hutang seribu ducat (300.000
dollar). Dan dia yang menunda-nunda hingga sampai kehidupan nanti untuk
melunasi hutangnya, akan harus membayar seribu ducat bagi hutangnya sebesar
satu penny”.
Pilihan
ini ada di tangan kita. Apakah kita akan bertindak seperti burung unta, dengan
kepala rohani kita terbenam didalam pasir sambil mengabaikan ajaran Kristus
mengenai Api Penyucian ini, demi kepentingan orang-orang yang kita kasihi, yang
sangat merana disana, dan sementara itu kita menumpuk bagi diri kita sendiri
hutang-hutang yang menggunung banyaknya, yang harus kita bayar suatu saat
nanti. Atau kita akan menyadarkan diri kita akan adanya penderitaan Api Penyucian
dan bertekad untuk membebaskan dari rasa sakit yang mengerikan dari sebanyak
mungkin jiwa malang yang tak berdaya itu, dan dengan begitu juga mendatangkan
manfaat bagi diri kita, yang berupa harta kekayaan yang berlimpah ruah dari
rahmat, serta melekatkan kepada diri kita terima kasih yang besar dari
jiwa-jiwa yang berterima kasih itu yang mendoakan kita sebagai balasannya, baik
di dunia ini atau selama kita tinggal didalam Api Penyucian. Sesungguhnya,
pilihan itu ada pada kita ! Namun dengan membaca secara tekun buku ini, akan
mendorong pembaca untuk mendapatkan kemurahan hati Tuhan bagi jiwa-jiwa yang
malang itu yang dengan kemurahan hati yang tak terbatas dari Tuhan, akan
bermanfaat pula bagi keuntungan spirituil pembaca sendiri.
Thomas A. Nelson
Penerbit
30 April 1986
Pesta St.Catherine dari Siena
No comments:
Post a Comment