JERITAN SUATU JIWA YANG TERCAMPAK DI DALAM NERAKA
by Our Lady of the Rosary Library
Kisah yang tidak biasa ini
menceritakan ungkapan hati dari dari suatu jiwa kepada seorang sahabatnya di
dunia. Kisah ini merupakan catatan yang penting mengenai langkah-langkah yang
ditempuh oleh suatu jiwa dari seorang wanita muda yang kini berada di dalam
neraka untuk selamanya.
Hendaknya kisah ini bisa menjadi
sebuah peringatan keras bagi kita, kisah
yang menyampaikan perjalanan hidup manusia yang banyak sekali dialami dan
dilakukan oleh manusia sekarang.
Belas kasih Allah telah
memungkinkan kisah ini sampai kepada kita, yang membuka sebuah sudut sempit
dari tirai yang menyembunyikan misteri-misteri menakjubkan yang telah
menantikan kita semua, sementara peristiwa-peristiwa semakin ‘matang’ terjadi
saat ini di dunia. Kami berharap agar banyak jiwa mau mendengar, memperhatikan
dan merubah kehidupannya menjadi semakin baik.
Clara dan Annette, Katolik, bujang, usia 20an tahun.
Keduanya bekerja di kantor yang berbeda namun berdekatan lokasinya. Kantor
mereka adalah sama-sama merupakan perusahaan komersiil di Jerman. Meskipun
mereka tidak bisa dibilang sebagai teman dekat, tetapi mereka bersikap sopan
dan saling menghargai satu sama lain. Mereka juga pernah berbagi pikiran dan
juga saling mempercayai. Clara adalah seorang yang saleh dan dia menjalankan
kewajibannya untuk menasihati dan menegur Annette jika dia terlalu santai dan tidak
menghiraukan masalah-masalah religius.
Dalam perjalanan waktu kemudian Annette menikah
dan keluar dari pekerjaannya. Saat itu tahun 1937. Pada suatu hari Clara
melewatkan musim gugur tahun itu untuk berlibur di danau Garda. Kira-kira
pertengahan bulan September, Clara menerima surat dari ibunya : “Anakku,
Annette, sahabatmu, telah meninggal… dia menjadi korban dari sebuah kecelakaan
mobil dan dia dikuburkan kemarin di Wald-Friedhof.”
Clara menjadi takut dan khawatir karena dia
tahu bahwa temannya itu tidak mempedulikan urusan agamanya. Apakah dia siap
untuk hadir di hadapan Allah? Mati secara mendadak, apa yang terjadi atas
dirinya?
Jangan Berdoa Buat
Aku
Hari berikutnya Clara mengikuti Misa, menerima
Komuni, dan berdoa banyak bagi sahabatnya, Annette. Malam berikutnya, sekitar
10 menit sesudah tengah malam, dia menerima sebuah penglihatan…
“Clara, jangan berdoa bagiku ! Aku berada di
dalam neraka ! Jika aku berkata ini kepadamu, dan bercerita banyak kepadamu,
janganlah kamu mengira bahwa ini karena persahabatan kita. Kami disini (neraka)
tidak mengasihi siapapun. Aku melakukan hal ini karena terpaksa. Sesungguhnya
aku ingin melihat kamu datang dan melihat keadaanku disini, dimana aku harus tinggal
selamanya disini.”
“Mungkin perkataanku ini membuatmu marah, namun
disini kami semua berpikir seperti itu. Keinginan-keinginan kami hanya terpaku
kepada kejahatan belaka, kamu menyebutnya sebagai keinginan setan. Meski kami
melakukan sesuatu yang ‘baik’ seperti yang kulakukan saat ini, namun hal ini
bukan berdasarkan kepada niatan yang baik.”
“Apakah kamu masih ingat pada pertemuan pertama
kita, beberapa tahun yang lalu? Saat itu kamu berusia 23 tahun, dan kamu telah
bekerja disana setengah tahun sebelumnya. Karena aku adalah orang baru disitu,
kamu telah banyak menolong dan membantu aku. Lalu aku memuji caramu mengasihi
sesamamu. Konyol ! Kamu menolong karena lagakmu yang genit aja! Disini kami tidak
pernah mengakui apa yang baik – dalam diri siapapun !”
Dosa–dosa Dari
Orangtua
“Ingatkah kamu tentang apa yang kusampaikan
kepadamu tentang masa mudaku? (masa mudanya buruk). Kini aku didorong untuk
mengisi bagian-bagian yang kosong dari keburukanku dulu.”
“Sesuai dengan rencana orang tuaku, seharusnya
aku tidak dilahirkan. Sebuah penolakan dan mala petaka telah menghiasi diriku
sejak di dalam kandungan. Kedua saudaraku (perempuan) berusia 14 dan 15 tahun
saat itu ketika aku dilahirkan.”
“Apakah aku tidak seharusnya ada dan
dilahirkan? Bisakah saat ini aku memusnahkan dan menghilangkan diriku sendiri?
Lepas dari siksaan ini ! Tak ada kebahagiaan yang sebanding dengan keadaan jika
aku tidak jadi dilahirkan, seperti pakaian abu yang hangus dan kemudian musnah
di dalam kehampaan. Tetapi saat ini aku harus terus ada dan aku memilih untuk
membuat diriku sebagai orang yang hancur lebur.”
Ketika ayah dan ibuku pindah ke kota, meninggalkan
desa kami, mereka terpisah dari Gereja dan mereka berteman dengan orang-orang
yang sesat dan tak peduli dengan masalah spirituil. Mereka sering mengikuti
pesta pora dan kehidupan yang menyimpang, dan satu setengah tahun kemudian
mereka ‘terpaksa’ menikah.
“Sebagai kado dari upacara penikahan, ibuku
masih menyimpang air suci di rumah karena dia masih mengikuti Misa beberapa
kali dalam setahun. Tetapi dia tak pernah mengajari aku untuk berdoa. Dia
terlalu sibuk dengan urusan kebutuhan hidup sehari-hari, meskipun kehidupan
kami saat itu tidak terlalu berkekurangan.”
“Aku bersikap kurang senang, bahkan sering membenci
kegiatan doa, Misa, air suci, gereja. Aku membenci semua itu dan aku juga
membenci orang-orang yang pergi ke gereja, dan secara umum aku membenci semua
orang dan segala hal.”
Segala Sesuatu
Yang Ada Disini Menjadi Sumber Rasa Sakit Dan Penderitaan
“Segala pengetahuan yang kami terima saat
kematian, segala ingatan akan hal-hal yang kami lakukan atau yang kami ketahui,
kami rasakan sebagai sebuah sengatan api yang sangat nyeri. Segala ingatan,
yang baik maupun yang buruk, kami melihatnya di dalam cara dimana semua itu
terjadi, termasuk rahmat yang telah kami abaikan dan kami hinakan. Betapa
ngerinya siksaan ini. Kami tidak makan, kami tidak tidur, kami tidak berjalan.
Kami dirantai, dengan lolongan dan kertak gigi, kami menyaksikan dengan putus
asa kehidupan kami yang hancur saat ini, dengan segala kebencian dan
penderitaan yang ada. Apakah kamu mendengar? Disini kami minum kebencian
seperti kamu minum air. Lebih dari semua itu, disini kami membenci Allah. Maka
dengan rasa enggan aku memaksakan diri untuk membuatmu mengerti.”
“Jiwa-jiwa terberkati di Surga bisa melihat Allah
karena mereka melihat Dia tanpa tirai, dalam segala kemilauNya yang semarak.
Itulah yang membuat kebahagiaan mereka tak terkira besarnya. Kami disini
mengetahui hal itu, dan pengetahuan ini membuat kami sangat marah. Manusia di
dunia, yang mengenal Allah dari alam dan dari pewahyuan, sebenarnya mereka bisa
mengasihi Dia, namun banyak dari mereka yang tidak merasa terdorong untuk
mengasihiNya. Umat beriman – aku mengatakan hal ini dengan kertak gigi dan
kebencian – yang merenungkan Kristus yang di salib, dengan lengan terentang,
akan berujung dengan mengasihi Dia.”
"Tetapi dia yang didatangi Allah hanya di saat
badai terakhir, sebagai penghukuman, sebagai pembalasan, karena dia ditolak
oleh Allah, maka orang seperti itu tidak dapat berbuat yang lain kecuali membenci
Dia dengan segenap kekuatan kehendak jahatnya. Kami mati dengan tekad untuk
terpisah dari Allah. Apakah kamu sekarang
mengerti mengapa neraka berlangsung selamanya! Itu karena keinginan kami telah ditetapkan
dan terpaku bagi keabadian pada saat kematian kami. Kami telah membuat pilihan kami
yang terakhir. Kebandelan dan keras kepala tidak akan pernah meninggalkan kakmi.
Dengan terpaksa, aku harus mengatakan bahwa Allah tetap berbelas kasih bahkan
terhadap kami. Aku menegaskan bahwa banyak hal yang bertentangan dengan keinginanku
dan aku harus menahan diri terhadap pelecehan yang seharusnya aku muntahkan.
"
“Allah itu sangat berbelas kasih kepada kami
dengan tidak mengijinkan keinginan jahat kami untuk terlaksana di dunia,
meskipun kami telah siap untuk melakukan hal itu. Hal ini semakin meningkatkan
rasa bersalah dan penderitaan kami. Allah bisa membuat kami mati sebelum saatnya,
seperti dalam kasusku ini, atau justru membuat peristiwa lain mengundurkan saat
kematian kami. Kini Dia menunjukkan belas kasihNya kepada kami dengan cara tidak
mengijinkan neraka datang lebih cepat daripada yang Dia rencanakan. Setiap
langkah yang membawa kami lebih mendekati Allah membuat kami semakin menderita
seperti jika kami mendekati tungku api yang sangat panas.”
“Mungkin kamu merasa sedih mendengar kisahku
ini, ketika pada sebuah saat ketika aku sedang berjalan-jalan, beberapa hari
sebelum Komuni pertamaku, ayah mengatakan kepadaku: 'Annette kecilku, yang
terpenting adalah gaun putihmu yang indah itu, sedangkan yang lainnya hanya tambahan
saja.' Karena kekhawatiranmu, aku hampir merasa malu. Dan sekarang aku
menyesalinya."
Marah Karena
Aturan Yang Menurunkan Usia Untuk Menerima Komuni Pertama
"Yang penting adalah bahwa kita tidak diijinkan
(oleh orang tua kami) untuk menerima Komuni sampai usia 12 tahun. Pada saat itu
aku sudah larut dalam pesta pora duniawi dan sangat mudah sekali bagiku untuk mengesampingkan
urusan agama. Jadi, aku tidak menganggap penting Komuni pertamaku saat itu.
Selain itu kami juga marah jika ada anak-anak menerima Komuni pada usia tujuh
tahun. Kami melakukan segala sesuatu yang kami bisa untuk membuat orang percaya
bahwa anak-anak tak memiliki pengetahuan yang memadai pada usia itu Mereka
harus terlebih dahulu melakukan beberapa dosa berat. Partikel putih (Hosti
Kudus) tidak akan banyak berperanan pada diri kami asalkan iman, harapan, dan kemurahan
hati, yang kami terima pada saat Pembaptisan, masih hidup di dalam hati."
"Marta K - dan kamu mendorong saya untuk
masuk "Perkumpulan Wanita Muda." Permainan disitu sangat lucu,
seperti yang kamu tahu, aku langsung mengambil bagian dalam posisi pengurus
disitu dan aku menyukainya. Aku juga suka piknik. Aku juga beberapa kali pernah
dianjurkan untuk mengaku dosa dan menerima Komuni, kadang-kadang."
Tidak Mau Berdoa
"Pernah sekali kamu memperingatkan aku,
'Anne, jika kamu tidak mau berdoa, kamu akan mengalami kebinasaan.' Dulu aku
sangat jarang berdoa, dan bahkan sangat enggan melakukannya, tetapi kamu
terlalu baik bagiku. Semua orang yang terbakar di dalam neraka tidak mau berdoa
atau tidak cukup dalam berdoa."
"Doa adalah langkah awal menuju Allah, dan
ini adalah langkah yang menentukan, terutama doa kepada dia yang adalah Bunda
Kristus, yang namanya tidak pernah kami ucapkan di dalam neraka. Devosi kepadanya
menyelamatkan banyak sekali jiwa-jiwa dari cengkeraman iblis."
"Aku melanjutkan ceritaku, dengan dipenuhi
oleh kemarahan dan juga karena harus melakukannya. Berdoa adalah hal yang
paling mudah yang bisa dilakukan oleh manusia di dunia. Dan Allah telah melekatkan
keselamatan kepada masing-masing orang karena tindakan doa yang mudah itu."
"Bagi dia yang mau berdoa dengan tekun,
sedikit demi sedikit Allah akan memberi begitu banyak terang, begitu banyak
kekuatan, sehingga pendosa yang paling berat sekalipun pada akhirnya akan bisa
dibawa kembali kepada keselamatan. Selama tahun-tahun terakhir kehidupanku, aku
tidak mau berdoa lagi, sehingga aku tidak memiliki rahmat dimana jika tanpa
rahmat itu maka tidak ada manusia yang bisa diselamatkan. Di tempat ini,
neraka, kita tidak lagi menerima rahmat. Selain itu, seandainya kita
menerimanya, kita akan menolaknya dengan sikap sinis. Segala macam keberadaan duniawi
telah sirna di dalam kehidupan berikutnya. Selama bertahun-tahun aku telah
berada jauh dari Allah, dan di dalam panggilan terakhir bagiku untuk bisa
menerima rahmat, aku telah memutuskan untuk menolak Allah."
"Aku tidak pernah percaya akan pengaruh
iblis, tempat sekarang aku menegaskan bahwa dia memiliki pengaruh yang sangat kuat
terhadap orang-orang yang berada dalam kondisi seperti yang aku alami saat itu.
Hanya melalui doa yang banyak, doa dari orang-orang lain maupun doaku sendiri, yang
dipersatukan dengan pengorbanan dan silih, maka hal itu dapat merenggutku dari
cengkeraman iblis. Dan hal inipun terjadi sedikit demi sedikit. Jika hanya ada
sedikit orang yang kerasukan iblis secara eksternal (secara jasmani), maka sangat
banyak orang yang mengalaminya secara internal (di dalam hati dan jiwa). Iblis
tidak dapat mencuri kehendak bebas dari orang-orang yang menyerahkan diri
kepada pengaruhnya. Tetapi di dalam hukuman di neraka, karena kemurtadan, maka
Allah membiarkan iblis bersarang dan berkuasa di dalam hati manusia."
"Aku memang membenci Iblis, namun aku senang
dengan dia, karena dia berusaha menghancurkan kamu semua. Iblis dan semua
pengikutnya, yaitu para malaikat durhaka yang jatuh bersamanya pada awal zaman.
Jumlah mereka ada jutaan banyaknya. Mereka berkeliaran di bumi, seperti tebalnya
segerombolan lalat yang terbang, dan kamu bahkan tidak menyadarinya. Memang
kami, jiwa-jiwa terkutuk ini, tidak diijinkan untuk mencobai kamu, karena hal
itu hanya diperuntukkan bagi roh-roh durhaka itu. Sebenarnya setiap kali mereka
menyeret suatu jiwa manusia ke sini, ke neraka, siksaan dan sakit mereka juga
semakin meningkat. Tapi iblis mau menerima penderitaan itu demi melampiskan
nafsu kebenciannya yang tak terkendali. Apa yang tidak dilakukan oleh seseorang
demi melampiaskan kebenciannya?"
Perkawinan Yang
Berumur Setahun
"Jauh di dalam lubuk hatiku, sebenarnya aku
memberontak melawan Allah. Tetapi kamu tidak memahaminya. Kamu berpikir bahwa aku
masih seorang Katolik. Kenyataannya, aku ingin disebut sebagai seorang Katolik.
Aku bahkan kadang-kadang masih membayar iuran gereja. Mungkin omonganmu memang
benar. Bagiku hal itu tidak memberi kesan apapun, karena seharusnya kamu tidak
boleh bertindak benar. Karena relasi kita, yang menurutku, adalah palsu, maka
perpisahan kita karena perkawinanku dulu, tidak ada konsekuensinya apapun bagiku.
Sebelum pernikahan aku mengaku dosa dan menerima Komuni sekali lagi. Itu adalah
sebuah ajaran biasa. Suamiku dan aku berpikir sama dalam hal ini. Mengapa kami tidak
menurut saja dengan formalitas ini? Jadi kami mematuhi hal ini, seperti halnya
terhadap formalitas lainnya."
"Kehidupan perkawinanku, secara umum, sangat
harmonis. Kami memiliki gagasan yang sama dalam segala hal. Disinipun kami
sama-sama tidak menginginkan adanya beban memiliki anak-anak. Sebenarnya, suamiku
ingin memiliki anak satu, dan satu lagi. Tetapi pada akhirnya aku berhasil
membujuknya untuk melepaskan keinginan ini. Pakaian, perabotan mewah, tempat
hiburan, piknik dan perjalanan dengan mobil adalah hal yang lebih penting bagi
saya (daripada memiliki anak). Ini adalah tahun-tahun kenikmatan di dunia, yang
berjalan cepat dari saat pernikahan
sampai saat kematianku secara mendadak. Di dalam hati, tentu saja, aku tidak
pernah merasa bahagia, meski merasa nyaman secara jasmani. Selalu ada sesuatu
yang tidak pasti di dalam diriku yang terus menggerogoti aku."
"Tanpa diduga aku mendapat warisan dari bibi,
yang bernama Lotte. Suamiku berhasil meningkatkan pendapatannya menjadi cukup
banyak. Maka aku dapat membeli rumah baru kami dengan cara yang menarik. Agama
tidak menunjukkan cahayanya bagiku. Hanya nampak dari kejauhan saja, pucat, redup
dan tidak pasti."
Orang tak bisa bercerita
lebih besar daripada realitas neraka yang sebenarnya
"Aku biasa memberi kebebasan kepada khayalan
burukku tentang beberapa gambaran mengenai neraka pada masa lalu di kuburan
atau di tempat lain, di mana iblis memanggang jiwa-jiwa di atas bara api merah
membara, sementara teman-temannya dengan ekor yang panjang menarik korban-korban
yang baru kepadanya. Namun Clara, orang bisa saja salah dalam menggambarkan
neraka, tetapi orang tak pernah bisa bercerita lebih besar daripada realitas
neraka yang sebenarnya."
"Aku katakan kepadamu: api yang diceritakan
di dalam Alkitab, bukan berarti siksaan terhadap hati nurani. Karena api adalah
api ! Apa yang diucapkan Allah: 'Menjauhlah dariKu, engkau yang terkutuk, menuju
api yang kekal', kalimat ini harus dipahami secara harfiah. Ya, secara harfiah.
Mungkin kamu bertanya: bagaimana roh bisa disentuh oleh api yang bersifat
fisik? Bagaimana jiwamu bisa menderita di dunia ketika kamu meletakkan jarimu pada
kobaran api? Sebenarnya, jiwa itu tidak terbakar, namun betapa besarnya siksaan
yang dialami oleh setiap individu di dalam neraka !”
"Siksaan kita yang terbesar adalah berupa pengetahuan
bahwa kita tidak akan pernah melihat Allah, untuk selamanya ! Bagaimana hal ini
bisa sangat menyiksa kita? Karena di dunia kita telah begitu acuh tak acuh ! Selama sebuah pisau terletak
di atas meja, hal itu membuat kamu tenang-tenang saja. Kamu bisa melihat betapa
tajamnya pisau itu, tetapi kamu tidak merasakannya. Sekarang, tusukkan pisau
itu ke dalam tubuhmu dan kamu akan menjerit kesakitan. Sekarang kami di dalam neraka
merasakan kehilangan Allah. Umat Katolik yang musnah ke dalam neraka akan menderita
lebih besar daripada umat dari agama-agama lain, karena mereka, kebanyakan,
menerima dan mengabaikan lebih banyak rahmat dan lebih banyak terang. Orang yang
tahu lebih banyak akan menderita lebih keras daripada orang yang tahu sedikit. Dia
yang berdosa karena kedengkian lebih menderita daripada dia yang berdosa karena
kelemahannya. Tetapi di dalam neraka tidak ada yang menderita lebih daripada yang
seharusnya. Ya, jika itu tidak benar, maka aku harus punya tujuan lain untuk
membenci !"
Berbagai Keadaan Dari
Kematiannya.
Kematianku terjadi seperti ini…
"Seminggu yang lalu – aku berbicara sesuai
dengan perkataanmu, karena dari rasa sakitnya, aku dapat dengan mudah mengatakan
bahwa sudah sepuluh tahun aku terbakar di dalam neraka – dan seminggu yang
lalu, saya dan suami saya, pada hari Minggu pergi berlibur, ini adalah yang yang
terakhir bagiku. Hari itu sangat indah, aku merasa sangat nyaman. Ada sekilas
rasa takut yang menyertai perasaan bahagia yang menyertaiku sepanjang waktu. Secara
tiba-tiba, saat kami pulang, suamiku dikejutkan oleh sebuah mobil yang melaju
kencang dari arah depan hingga dia kehilangan kendali."
"Kata ‘Yesus’,
yang sering diucapkan oleh beberapa orang Jerman – telah meluncur keluar diri
dari bibirku dengan rasa menggigil, dimana ucapanku ‘Yesus’ ini bukan sebagai
doa, tapi sebagai teriakan saja. Rasa sakit yang mengoyak menyelimuti seluruh
tubuhku (tapi jika dibandingkan dengan neraka saat ini, rasa sakitku dulu hanya
ringan saja). Kemudian aku kehilangan kesadaran. Aneh! Pagi itu, saat
berkendara, pikiran ini datang kepadaku dengan cara yang tidak dapat
dijelaskan: 'Kamu bisa pergi ke Misa sekali lagi', sepertinya ini adalah panggilan
Kasih dari Allah yang terakhir kalinya bagiku."
"Jelas dan tegas, jawaban 'TIDAK' dariku
telah memutus rangkaian pikiranku saat itu. Kamu pasti sudah tahu apa yang
terjadi setelah kematianku. Nasib dari suamiku dan nasib dari ibuku, apa yang
terjadi dengan jenazahku dan proses pemakamanku telah kuketahui karena pengetahuan
alami yang kami miliki di tempat ini. Apa yang terjadi di dunia kami ketahui secara
samar-samar saja, tapi kami tahu apa yang mengenai diri kami secara langsung. Dan
aku juga tahu bahwa kamu masih hidup."
"Aku sendiri tiba-tiba terbangun dari
kegelapan, pada saat kematianku. Aku melihat diriku dibanjiri oleh cahaya yang
menyilaukan. Itu terjadi di tempat yang sama dimana tubuhku terbaring. Seperti dalam
sebuah teater, ketika tiba-tiba lampu menyala dan tirai dibuka dan sebuah pemandangan
yang tak terduga, mengerikan, menjadi jelas muncul di hadapanku. Itu adalah
pemandangan dari kehidupanku sendiri."
"Jiwaku menunjukkan dirinya kepadaku
seperti dalam sebuah cermin. Segala rahmat yang telah kuabaikan sejak masa
mudaku sampai kepada jawaban ‘TIDAK’ku yang terakhir kepada Allah. Aku merasa
diriku seperti seorang pembunuh, kepada siapa korbannya yang meninggal diperlihatkan
selama persidangan di pengadilan:
Akankah aku menyesal dan bertobat?
TIDAK !
Apakah aku merasa malu? Tak Pernah !
"Namun, aku tak mampu berdiri di depan
mata Allah, yang telah kutolak selama ini. Hanya ada satu hal saja untukku saat
itu: berlari ! Seperti Kain yang melarikan diri dan menjauhi tubuh Abil, maka
jiwaku segera berlari menjauhi pemandangan yang ngeri itu."
"Inilah penghakiman yang pribadi atas
diriku: Hakim yang tidak kelihatan itu berkata: 'Menjauhlah dariKu'. Dan
kemudian jiwaku, diselimuti oleh belerang yang cair, melemparkan dirinya sendiri
seperti sebuah bayang-bayang ke dalam siksaan yang kekal"
Kata Penutup Dari Clara
Ketika dentang lonceng Angelus terdengar keesokan
paginya, aku masih sangat dikuasai oleh malam yang mengerikan itu, aku segera bangkit
dan berjalan menuju kapel. Jantungku berdebar dengan kencang. Orang-orang dari
rumah perawatan yang berlutut di sekitarku, menatapku dengan heran. Kuharap
mereka berpikir bahwa mungkin aku menuruni anak tangga terlalu cepat dan
membuatku tersengal-sengal. Tapi seorang wanita yang baik dari Budapest yang telah
memperhatikan aku dengan sungguh, dan setelah Misa dia berkata kepadaku sambil
tersenyum: "Nyonya, Tuhan menghendaki kita melayani Dia dengan tenang,
bukan dengan tergesa-gesa." Tetapi dia segera menyadari bahwa ada sesuatu
yang lain yang sedang aku hadapi, dan dia terus berbicara denganku. Dan ketika dia
melanjutkan nasehatnya dengan lemah lembut, aku berpikir: "Hanya Tuhan saja
sudah cukup bagiku !!" Ya, hanya Dia saja yang harus menjadi bagianku
dalam kehidupan ini dan di hari-hari berikutnya nanti. Suatu hari nanti aku berharap
untuk memiliki Dia di Surga, apapun pengorbanan yang mungkin menyengsarakan aku
di dunia ini. Tapi tolong, tolong jangan biarkan aku pergi ke neraka !!
"Biarlah api dan tiang gantungan, binatang buas dan segala siksaan
iblis menyerang aku, supaya aku dapat bersukacita karena aku menjadi milik Yesus Kristus." -Saint Ignatius
Catatan
dari penulis kisah ini:
Pada penampakan bulan Juli di Fatima, sebuah penglihatan
atas api neraka diberikan kepada ketiga anak visiuner, dan secara signifikan,
keberadaan neraka itu juga ditegaskan oleh keajaiban besar yang terjadi pada
tanggal 13 Oktober. Namun kenyataannya, neraka hanya sedikit sekali dibicarakan
di atas mimbar kotbah. Karena itu maka campur tangan secara khusus dari Surga, seperti juga di Fatima, mungkin diperlukan untuk
mengembalikan doktrin yang penting ini pada posisi yang sebenarnya dalam dogma Kristiani.
Perlu diingat bahwa neraka yang dibicarakan di
sini adalah neraka yang memiliki tempat penting dalam doktrin Katolik, neraka
yang digambarkan dengan jelas oleh Kristus sendiri, neraka yang terlihat dengan
sangat menakutkan dan mengerikan, oleh anak-anak visiuner di Fatima pada
tanggal 13 Juli 1917.
Diharapkan bahwa cerita di atas akan membuat pembaca
menjadi bersungguh-sungguh dalam hal keselamatan jiwanya. ("Sebagian besar orang memilih untuk dikutuk." demikian kata
St. Alfonsus Liguori). Hal ini sesuai dengan ajaran Alkitab. "Masuklah melalui pintu yang sesak itu,
karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan
banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan
yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."
(Mat. 7:13, 14)
Wartakanlah iman. Bagikanlah artikel ini.
Berdoalah dan bekerjalah demi keselamatan jiwa-jiwa. Jika kita bertanggung
jawab atas keselamatan dari suatu jiwa, maka kita juga menjamin keselamatan jiwa
kita sendiri. (lihat Yakobus 5: 19-20).
Copies of this article available from:
Our Lady of the Rosary Library
11721 Hidden Creek Road
Prospect, KY 40059
Our Lady of the Rosary Library
Our Lady of the Rosary Library
11721 Hidden Creek Road
Prospect, KY 40059
Our Lady of the Rosary Library
Silakan melihat artikel
lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment