LifeSiteNews:
USKUP YANG DITUNJUK OLEH PAUS FRANSISKUS, BERKATA : HOMOSEKSUALITAS BUKAN 'PILIHAN ...
TAPI PEMBERIAN DARI TUHAN'
Oleh: Lianne Laurence
CAICO, Brazil, 10 Agustus 2017 (LifeSiteNews) - Seorang uskup Brasil yang
menyebut homoseksualitas sebagai "pemberian dari Tuhan" dalam sebuah
homili, membela perkataannya dengan mengatakan bahwa niatnya adalah untuk
"menyelamatkan kehidupan" dan membantu "mengatasi prasangka yang
bisa membunuh."
Tapi Daniel Mattson, seorang
Katolik yang memiliki ketertarikan terhadap sesama jenis dan juga penulis buku
terbitan Ignatius Press yang baru saja dirilis
berjudul "Mengapa Saya Tidak Menyebut Diri Saya Sendiri
Gay", mengatakan bahwa kata-kata uskup tersebut akan mengakibatkan hal yang sebaliknya.
"Jika homoseksualitas adalah pemberian Tuhan, dan karenanya hal itu adalah baik, lalu mengapa tidak baik untuk berbuat demikian?" katanya kepada LifeSiteNews.
"Ada ketidakkonsistenan logis di sana yang akan menyebabkan banyak
kebingungan, terutama bagi kaum muda, yang sebenarnya malah akan menyebabkan
lebih banyak kerusakan. Karena saat mereka menjalani hidup di luar rencana
Tuhan atas seksualitas manusia, hal itu selalu menimbulkan ketidakbahagiaan dan
keputusasaan."
Uskup Antônio Carlos Cruz
Santos dari Caicó, Brazil, mengatakan pada misa 30 Juli lalu bahwa "…ketika anda melihat
homoseksualitas, anda tidak dapat mengatakan bahwa itu
pilihan," demikian Crux melaporkan.
"Jika bukan pilihan, dan juga jika bukan
penyakit, maka dalam perspektif iman, itu hanya bisa menjadi “karunia," demikian uskup itu menambahkan.
"Sebuah pemberian atau karunia dari Tuhan. Hal itu diberikan
oleh Tuhan. Tapi mungkin prasangka kita yang tidak bisa menerima itu sebagai pemberian dari Tuhan."
Uskup Cruz, yang ditunjuk oleh Paus Francis pada tahun 2014 setelah
bertugas di beberapa daerah kumuh di Brazil yang lebih terkenal karena
kejahatannya, mengatakan bahwa dulu, ketika perbudakan masih legal, "mereka
mengatakan bahwa orang kulit hitam tidak memiliki jiwa."
"Sama seperti kita bisa
melompat, dalam kebijaksanaan Injil, dan mengatasi perbudakan, bukankah
sudah saatnya kini kita melompat, dari
perspektif iman, dan mengatasi prasangka terhadap saudara kita yang mengalami
ketertarikan terhadap sesama
jenis?" tanya uskup.
Uskup Cruz mengatakan bahwa dia merasa terganggu setelah mendengar sebuah
wawancara radio dengan seorang profesor yang mendokumentasikan tingkat bunuh
diri yang tinggi di antara para transgender dan waria.
Dia mulai memikirkan "begitu banyak saudara dan saudari dengan
orientasi homoseksual yang merasa disalahpahami dan tidak dicintai oleh kita,
yaitu Gereja, keluarga mereka, juga oleh masyarakat mereka dan bahkan oleh
mereka sendiri, seperti pada masa perbudakan," kata Cruz.
Uskup tersebut juga merujuk kepada kutipan Paus Fransiskus pada tahun
2013: "Jika seseorang adalah gay dan sedang mencari Tuhan dan memiliki
kemauan yang baik, lalu siapakah saya ini hingga berhak untuk menghakimi dia?"
Sebagaimana yang dilakukan oleh paus, Cruz merujuk kepada Katekismus
Gereja Katolik, yang melarang diskriminasi yang tidak adil terhadap orang-orang
homoseksual, demikian dilaporkan oleh Crux.
Cruz juga mengutip kata-kata paus dalam
dokumen Amoris Laetitia, anjurannya yang kontroversial itu di tahun
2015 tentang keluarga, yaitu mengenai tindakan "mendampingi, membedakan dan menerima" umat Katolik yang berada
dalam "ikatan perkawinan yang menyimpang".
Sementara hal ini ditujukan bagi orang-orang Katolik yang telah bercerai
dan menikah lagi secara sipil, kata menurut Cruz, hal itu bisa juga diberlakukan bagi orang-orang homoseksual.
Diposting di YouTube, homili tersebut memicu sejumlah reaksi, dengan
sejumlah kritik yang meledak terhadap kata-kata Cruz yang dianggap sebagai
tindakan yang sesat, dan meminta Vatikan untuk campur tangan, demikian Crux melaporkan.
Cruz memposting sebuah pernyataan di situs keuskupan yang membela
perkataannya.
“Dia mengikuti Paus dan Gereja,” kata Cruz.
"Sebagaimana Paus telah katakan berkali-kali kepada kita, orang-orang
sudah tahu persis doktrin Gereja tentang aborsi, perceraian dan perbuatan
homoseksual," tulisnya. "Dia (Paus) meminta kita untuk tidak
terobsesi dengan dosa, menambah luka orang-orang ini, dan menegaskan bahwa
pintu gereja terbuka untuk menyambut, mengajari, membedakan, dan mencintai,
untuk membawa keselamatan kepada semua orang tanpa pengecualian."
Ucapannya (Paus) adalah pastoral dan dia melekat kepada ajaran Gereja
Katolik, Cruz menambahkan, mengutip Katekismus Gereja Katolik no. 2358.
Dia (Paus) khawatir tentang "kelemahan dari kawanannya," dan
"tanpa bermaksud mengecilkan aspek dimensi doktrinal dan moral yang
terkait dengan pokok bahasan, maksud saya adalah untuk menyelamatkan kehidupan,
membantu mengatasi prasangka yang bisa membunuh, dan masuk ke dalam dinamika
kemurahan hati Allah yang menghargai, menolong dan menyelamatkan
orang-orang."
Perhatian uskup adalah "suatu gerakan hati yang baik," kata Mattson kepada LifeSiteNews. "Saya mengagumi hatinya yang penuh kasih sayang."
Tapi "pertanyaan yang perlu ditanyakan adalah: “Mengapa begitu banyak orang di komunitas
LGBTQ yang berada dalam bahaya bunuh
diri?"
Seperti yang Mattson sampaikan dalam buku barunya dan film dokumentasi, "Desire
of the Everlasting Hills," ajaran Gereja tentang "menerima identitas seksual sejati kita" adalah "satu-satunya hal yang dapat membawa kedamaian dan pemenuhan bagi pria dan wanita seperti saya."
Cruz memberikan "pandangan yang tidak lengkap tentang kemungkinan" mengenai kecenderungan homoseksual, demikian Mattson mengatakan.
"Dia bilang kalau itu bukan pilihan, dan juga bukan penyakit, maka hal itu hanya bisa
dianggap sebagai pemberian (karunia). Tapi tentu saja, ada pilihan lain,"
katanya. "Kecenderungan itu adalah akibat dari dosa asal, kita
memiliki selera yang tidak teratur dalam diri kita dan kita tidak melihat
semuanya dengan jelas sebagaimana
adanya."
Sesungguhnya, nomor 2358 dari
Katekismus itu menggemakan Surat Vatikan thn 1986 tentang Pastoral Care of Homoseksual Persons yang menyatakan bahwa kecenderungan homoseksual adalah "gangguan obyektif".
Dokumen yang terakhir mencatat: "Meskipun kecenderungan tertentu dari
orang dengan orientasi homoseksual bukanlah suatu dosa, namun hal ini sedikit
banyak merupakan suatu kecenderungan kuat yang mengarah kepada kejahatan moral intrinsik, dan dengan demikian kecenderungan itu sendiri harus dilihat sebagai suatu
gangguan obyektif."
"Jadi, ini sangat penting bagi ajaran Gereja mengenai masalah ini, bahwa kecenderungan ini sama sekali tidak baik," kata Mattson. "Ini
adalah pandangan yang tidak teratur tentang pribadi manusia, dan adalah tidak
benar bila rasa hormat atau belas
kasihan dipakai untuk mendorong orang ke dalam pemahaman yang palsu tentang diri mereka sendiri."
"Kita tahu bahwa Tuhan bekerja dengan baik melalui segala hal,"
tambahnya. "Ini adalah luka di dalam diri saya dan Tuhan bisa bekerja
melalui kehancuran kami dan membawa kebaikan darinya, tetapi itu tidak membuat
luka itu sendiri menjadi baik."
Mengenai pandangan Uskup Cruz, "Saya hanya berharap bahwa ketika
sentimentalitas semacam ini menyebar melalui beberapa uskup, maka uskup-uskup
lainnya, oleh karena kasih persaudaraan dan belas kasih persaudaraan, akan
berdialog dengan para uskup tersebut dan
berkata, "Apakah ini yang sebenarnya anda maksudkan?"
Silakan melihat artikel
lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment