TIGA
ORANG USKUP SECARA TERBUKA MENEGUR USKUP-USKUP JERMAN YANG MENGANJURKAN DAN
MENDORONG PEMBERIAN BERKAT KEPADA PASANGAN SEJENIS
Dari kiri ke kanan: Uskup Agung Charles
Chaput dari Amerika Serikat,
Uskup Emeritus Andreas Laundr dari Austria, dan Cardinal Paul Josef Cordes dari Jerman, ketiganya mengecam uskup-uskup Jerman
yang menganjurkan pemberian berkat kepada pasangan sejenis.
Tiga orang uskup
telah tampil di hadapan publik untuk membela ajaran dan sikap Gereja mengenai
hubungan homosex, dan menyebut anjuran dari beberapa uskup Jerman untuk
memberkati ‘perkawinan’ dari pasangan sejenis sebagai perbuatan sakrilegi dan
bertentangan dengan kehendak Allah.
Uskup Agung Charles Chaput dari Amerika Serikat, Uskup Emeritus Andreas Laundr dari
Austria, dan Cardinal Paul Josef Cordes dari Jerman, ketiganya mengecam
uskup-uskup Jerman yang menganjurkan pemberian berkat kepada ‘pernikahan’ pasangan
sejenis.
Patut diingat bahwa
dalam sebuah wawancara radio 3 Februari 2018 lalu, Kardinal Jerman Reinhard
Marx meminta Gereja untuk memberikan suatu bentuk berkat liturgi yang baru bagi
pasangan sesama jenis. Kardinal Marx adalah salah satu uskup paling berpengaruh
di bawah Paus Francis. Dia mengetuai sebuah dewan yang terdiri atas sembilan orang
kardinal yang bertugas memberikan nasihat kepada Paus (Francis) untuk melakukan
reformasi terhadap Gereja. Dia adalah presiden dari konferensi waligereja
Jerman, dan ketua Konferensi Komisi Para Uskup Masyarakat Eropa.
Card.Marx
mengatakan bahwa Gereja harus memberikan “perawatan pastoral yang lebih dekat”
kepada kaum homoseksual, dan “mendorong para imam dan pekerja pastoral untuk
memberi nasihat dan pendampingan kepada orang-orang yang berada dalam situasi
konkret (baca: terlibat relasi homosex). Saya tidak melihat adanya masalah yang
salah di sana (dalam relasi homosex).”
"Bagaimana hal
ini akan dilakukan secara terbuka, dalam bentuk liturgis, ini adalah pertanyaan
yang lain," katanya. "Disitulah seseorang harus bersikap diam dan
merenungkannya dengan cara yang baik."
Ketika pewawancara bertanya apakah ini dapat melibatkan ‘berkat
yang formal,’ kardinal Marx mengatakan
‘YA.’
Pada bulan yang
sama, wakil presiden konferensi waligereja Jerman, Uskup Franz-Josef Bode, memulai
diskusi publik tentang ‘berkat-berkat semacam ini,’ dimana dia menggambarkan relasi
homosex itu sebagai hal yang ‘positif dan baik.’
Pernyataan-pernyataan
yang ‘berani’ memang membutuhkan tanggapan
Uskup Agung Charles
J. Chaput dari Philadelphia telah menulis surat kepada para imam dan diaken di
Keuskupan Agung Philadelphia, yang membahas kemungkinan mengadakan ritus
pemberkatan bagi pasangan sesama jenis. Suratnya tertanggal 7 Februari 2018 telah diterbitkan di the Catholic News Agency (Kantor Berita
Katolik setempat) dan media massa lainnya.
“Saya ingin
mengingatkan kita semua bahwa dalam keadaan apa pun seorang imam atau diaken di
keuskupan agung tidak boleh ikut serta, menyaksikan atau memimpin upacara
perkawinan sipil yang melibatkan orang-orang berjenis kelamin sama, atau
upacara keagamaan apa pun yang berusaha memberkati peristiwa semacam itu,” kata
Uskup Agung Chaput menulis.
"Ini sama
sekali bukanlah penolakan terhadap orang-orang yang mencari relasi atau
pernikahan semacam itu, melainkan penolakan untuk mengabaikan apa yang kita
ketahui benar tentang sifat perkawinan, keluarga, dan martabat seksualitas
manusia," lanjutnya.
“Selama beberapa
minggu terakhir, sejumlah suara dari para senior dalam kepemimpinan Gereja di
Jerman telah menyarankan (atau menyiratkan) dukungan untuk mengesahkan
pemberian berkat Katolik bagi pasangan sesama jenis yang menikah secara sipil
atau mencari pernikahan sipil,”demikian Uskup Agung itu menulis. “Ketidak-cermatan
dari pernyataan publik semacam itu adalah: ia menjadi penyebab dari keprihatinan
yang serius. Hal tu sangat membutuhkan tanggapan karena apa yang terjadi dalam
satu realitas lokal Gereja global pastilah bergema ke tempat-tempat lainnya —
termasuk di sini.”
Masalahnya,
katanya, adalah bahwa ‘ritus pemberkatan’ semacam itu akan termasuk dalam
tindakan yang dilarang secara moral, tidak peduli betapapun tulusnya
orang-orang yang mencari berkat itu."
“Ritual semacam itu
akan merusak ajaran Katolik tentang sifat perkawinan dan keluarga. Hal itu akan
membingungkan dan menyesatkan orang-orang yang tetap setia kepada ajaran Kristus
yang asli. Dan hal itu akan melukai kesatuan Gereja kita, karena itu, maka ia
tidak dapat diabaikan atau dihadapi dengan sikap diam,” tambahnya.
Untuk melembagakan sebuah
berkat seperti itu “secara efektif akan mendorong para pelakunya kedalam
keadaan itu — dalam hal ini, hubungan sesama jenis.”
“Tidak ada kasih, tidak
ada kemurahan hati — tanpa kebenaran, sama seperti tidak ada belas kasihan
nyata yang terpisah dari kerangka keadilan yang diajarkan dan dibimbing oleh
kebenaran,” tulisnya. "Menciptakan kebingungan di sekitar kebenaran-kebenaran
penting dari iman kita, tidak peduli berapapun positif niatnya, hal itu hanya
membuat tugas yang sulit itu menjadi semakin
sulit."
"Celakalah
kamu yang menyebut kejahatan itu baik, dan kebaikan itu jahat."
Uskup emeritus
Andreas Laun telah menulis komentar yang keras di situs berita Katholik di
Austria Kath.net tentang
prakarsa-prakarsa episkopal yang baru ini, yang muncul keluar dari Jerman.
Mengenai kemungkinan melembagakan suatu bentuk “berkat liturgis” bagi pasangan sejenis,
Uskup Laun sangat tegas dalam tanggapannya:
Kardinal Marx dan
Uskup Bode yang terhormat, hanya ada satu jawaban Katolik: Tidak! Dan penambahan anda dengan
kata-kata "dalam kasus-kasus pribadi"
benar-benar tidak ada artinya, ia tak
memiliki kekuatan argumentatif. Apa yang akan dikatakan oleh St Yohanes
Pembaptis jika Herodes, yang mengambil istri saudara laki-lakinya untuk dirinya
sendiri, menyebut kasusnya sebagai "kasus
pribadi"?!
Gagasan untuk
memberkati perilaku berdosa (kawin sejenis dan homosex) adalah apa yang Yesaya
gambarkan dengan jelas, sebagai berikut: "Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan
kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi
kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan manis menjadi pahit.” (Yesaya 5:20)
Bukankah persis seperti
ini yang dimaksudkan oleh Cardinal Marx - dan orang-orang lain yang berpikir
seperti dia? … Yesaya mengatakan bahwa orang-orang semacam itu mendatangkan hukuman
Tuhan bagi mereka, dengan tali gantungan yang besar!
Perbuatan
sakrilegi dan naif yang amat mengerikan
“Inisiatif Kardinal
Marx itu telah mengabaikan pewahyuan Tuhan yang sangat jelas,” demikian tulis
Cardinal Cordes dalam komentarnya di situs web Katolik Austria kath.net. Dia
menjelaskan bahwa “Gereja dalam pelayanan pastoralnya terikat pada Kitab Suci
dan interpretasinya melalui Magisterium Gereja.”
Kardinal Cordes juga menyebut ide untuk
memberkati pasangan homoseksual sebagai perbuatan "naif yang
menakutkan." Dia mengatakan:
Siapa pun yang mau merenungkan
hal ini sejenak, akan bisa menemukan maksud yang sebenarnya dari mereka yang terlibat.
[…] Dalam hal ini, orang-orang itu tidak ingin menerima pertolongan Tuhan bagi diri
mereka, sebaliknya, mereka berniat, dengan permintaan mereka itu, mereka menginginkan
pengakuan dan penerimaan cara hidup homoseksual mereka dan mengharapkan
dukungan dari gereja.
Uskup Jerman itu
menambahkan komentarnya: “Suatu berkat eklesial sebagai konfirmasi hubungan
yang bertentangan dengan Kehendak Tuhan? Itu benar-benar sakrilegi. ”
Menurut Kardinal Cordes, disini jelas bahwa Kardinal Marx “telah
salah dalam memahami ide perawatan pastoral sebagai bentuk penerimaan sentimental.”
Dia melihat "versi baru dari etika situasional seperti itu" dan
berkomentar dengan kalimat "Hal itu adalah bertentangan dengan Tuhan.”
(“Intrinsice malum - secara intrinsik
jahat”) adalah selalu merupakan dosa. ”Dengan kalimat yang keras, Kardinal
Cordes menyimpulkan komentarnya sebagai berikut:
Atau bagaimana dengan "dalam kasus-kasus pribadi": lebih banyak dukungan bagi kegiatan mafiosi? Menerima perawatan pastoral bagi dokter yang sengaja melakukan
aborsi? Klerus mana yang
akhirnya dengan sombong mengharapkan
lebih banyak keselamatan dari ‘belas kasihnya’ yang membingungkan daripada mendengarkan kehendak Tuhan? Hamba manakah yang tahu
lebih baik daripada Tuannya?
Bagaimanapun juga, pernyataan St. Augustine menunjukkan kelemahan-kelemahan kardinal Marx: “Kasihilah orang-orang yang berdosa; tetapi perangilah dengan keras kesalahan mereka! Tanpa kesombongan diri, milikilah kebenaran;
Berjuanglah dengan lemah lembut dan kebaikan! ”(St. Agustinus dalam Contra
litteras Petiliani, 1,31)
Silakan melihat artikel lainnya
disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment