IMAM-IMAM
SEGERA SAJA BEREAKSI MEMBELA AJARAN GEREJA MENGENAI KEBERADAAN NERAKA
paulsimeon2014
April 3, 2018
Pastor Nicholas Gregoris dengan kukuh membela ajaran Gereja
tentang keberadaan neraka, di tengah-tengah komentar kontroversial dari Paus
Fransiskus yang menyangkal keberadaan neraka
Setelah pernyataan
kontroversial tentang keberadaan neraka yang disampaikan oleh seorang wartawan
atheis, Eugenio Scalfari, pada Jumat Agung kemarin, dari hasil wawancaranya dengan
Paus Fransiskus beberapa tahun yang lalu, banyak imam turun ke Twitter untuk
secara terbuka menegaskan ajaran tradisional Gereja tentang neraka.
Pastor Nicholas
Gregoris, seorang penulis terkenal yang menulis untuk media Catholic News Service, Catholic World
Report, Ireland’s Catholic Voice dan The Catholic
Response, mengatakan: “Jika ada seorang Katolik, apalagi seorang imam,
uskup ataupun paus, yang menyangkal keberadaan neraka beserta hukumannya yang kekal
disana, maka dia adalah seorang bidaah.” Lebih lanjut dia menekankan: “Tidak
ada paus yang memiliki otoritas untuk mengubah ajaran Kristus dalam Injil
tentang neraka atau kebenaran lain dalam masalah ini.”
Pastor Gregoris meminta kepada para kardinal dan
uskup untuk mengambil tindakan dan membantu Paus Fransiskus kembali kepada
jalan kebenaran: “Apakah para kardinal dan uskup benar-benar peduli dengan keselamatan
kekal Paus Fransiskus? Atau apakah mereka harus menunggu waktu sampai
terlambat? ”
Pastor Gregoris
terkenal karena pembelaannya terhadap ajaran tradisional Gereja selama Sinode
Keluarga (2014 & 2015) yang banyak diperdebatkan itu. Pada tanggal 6
Oktober 2015, selama konferensi pers, dia menantang dan mendekati Uskup Agung
Paul-Andre Durocher setelah uskup itu menyarankan bahwa Komuni bagi umat yang bercerai
dan menikah lagi layak untuk diperdebatkan, dan bahwa "mungkin ada
perbedaan pendapat tentang hal itu".
Fr. Gregoris
mendekati Uskup Agung setelah komentar-komentar itu: "Saya mengatakan
kepadanya bahwa saya pikir sangatlah berbahaya untuk mengatakan bahwa Gereja
dapat mengubah ajarannya tentang perceraian dan Komuni". Beberapa jam
kemudian, Vatikan segera mencabut identitas pers dari pastor Gregoris dan melarang
dia untuk meliput Sinode itu.
Pastor Dwight Longnecker, Pastor dari Gereja Our Lady of the Rosary di Greenville, Carolina Selatan. Dulu dia adalah seorang Protestan dan dari Gereja Anglikan. Dia mengatakan bahwa tidak ada salahnya dengan mendorong umat kepada rasa takut yang suci tentang adanya api neraka: “Yesus membuat orang takut
dengan deskripsi yang jelas dan peringatan tentang neraka. Siapakah saya hingga tidak setuju dengan Yesus?" Dia juga
berkata: "Menggunakan neraka untuk menakut-nakuti orang? Saya lebih suka
takut ke Surga daripada merasa ditenangkan ke dalam neraka."
Pastor Thomas
Berg, seorang imam dari Keuskupan Agung New York dan yang merupakan spesialis
dalam teologi moral, teori hukum alam dan etika medis, mengutip Paus Emeritus
Benediktus XVI, yang pernah berkata: “Ketika seseorang tidak sadar akan
penghakiman Allah, ketika seseorang tidak mengenal kemungkinan masuk neraka, karena
kegagalan hidup yang radikal dan definitif, maka seseorang tidak akan mengenal
kemungkinan dan kebutuhan untuk mengalami pemurnian.”
Pastor Thomas
Petri, OP, Wakil Presiden dan Dekan Akademik dari Fakultas Kepausan dari
Immaculate Conception di AS, sangat ringkas dan langsung berbicara lewat Tweeternya
tentang neraka: "Neraka itu ada". Kicauan tunggal itu sejak itu telah
di-retweet sebanyak 218 kali, dan ada 964 orang yang menyukainya di Twitter. Pastor
Petri juga mengutip tulisan-tulisan St. Thomas Aquinas, yang menulis:
"Tidak ada bencana yang lebih besar daripada mendapati diri kita berada di
dalam neraka."
Pastor Raymond
Blake, seorang imam dari Keuskupan Arundel & Brighton di Inggris selatan,
menge-tweet sebagai tanggapan atas kontroversi tentang keberadaan neraka:
“Tanpa neraka, maka penebusan dan keselamatan adalah konsep yang tidak bermakna;
jadi pada akhirnya, Yesus Kristus tidak ada artinya apa-apa, Rahmat tidak dapat
ditolak, manusia tidak memiliki kehendak bebas dan menjadi budak Tuhan. Oleh
karena itu, ketiadaan neraka adalah neraka.”
Dalam sebuah
artikel berjudul "Salib adalah
pilihan untuk surga atau neraka" tertanggal 30 Maret yang ia
publikasikan di blognya http://marymagdalen.blogspot.com, Pastor Blake menjelaskan lebih lanjut tentang ajaran Gereja mengenai
neraka:
Doktrin tentang neraka
pada dasarnya adalah berbicara tentang kehendak bebas. Manusia dapat memilih
untuk memeluk Tuhan untuk selama-lamanya atau untuk menolak-Nya, manusia bebas untuk
berkata 'ya' atau 'tidak'; kita dapat memilih antara hidup dan mati. Dengan
cara yang sangat nyata kita dibuat seperti Tuhan sendiri, kita menjadi kekal…
Pilihan itu adalah kekal karena kita ini kekal, kita bisa memilih Tuhan yang adalah
Surga, atau neraka, di mana penderitaan disana adalah menjadi keputusan kita
sendiri dengan cara menolak Tuhan.”
Fr. Miguel Galvez, Parochial Administrator, Divine Mercy
Parish from the diocese of Madison in Wisconsin U.S.A, reminded himself
on Twitter to preach more often about hell: “Note to self: preach about the
existence of hell in the next few days.” Also, Fr. Galvez observed that
Scalfari “has proven to be a great ally to spread confusion.” The last Tweet
was a reaction to another Twitter user, Francis Rocca, who complained that
Scalfari “has yielded some of the most controversial quotations of [Pope
Francis’] pontificate”, never officially confirmed verbatim but never
explicitly denied.”
Pastor Miguel
Galvez, Parochial Administrator, Paroki Divine Mercy dari keuskupan Madison di Wisconsin AS, mengingatkan dirinya
sendiri di Twitter untuk lebih sering berkhotbah tentang neraka: “Catatan untuk
diri sendiri: Berkhotbahlah tentang
keberadaan neraka dalam beberapa hari ke depan.”
Juga, Pastor Galvez
mengamati bahwa Scalfari “telah terbukti sebagai sekutu besar untuk menyebarkan
kebingungan.” Tweet terakhir adalah reaksi dari pengguna Twitter lain, Francis
Rocca, yang mengeluh bahwa Scalfari “telah menghasilkan beberapa kutipan
kontroversial dari pemerintahan Paus Francis", dan celakanya hal ini tidak
pernah secara resmi disetujui ataupun ditolak secara eksplisit oleh pihak
Vatikan."
by Paul Simeon, Veritas
Silakan melihat artikel lainnya
disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment