“Dubia” Empat Kardinal
Kepada Paus Francis – Apa dan Mengapa?
Pada tanggal 14 November yang lalu muncul berita
mengejutkan di media-media dan blog-blog Katolik yang memuat dan mengulas
berita tentang “dubia” empat Kardinal kepada Paus Francis.
Dari banyak umat beriman yang mengikuti berita-berita
tersebut, masing-masing memiliki pandangannya sendiri tentang dubia tersebut.
Secara umum umat awam maupun hirarki terbelah dua dalam memaknai dubia itu, ada
yang setuju dan mendukungnya tetapi ada pula yang tidak setuju dan mengecamnya.
Garis perpecahan di dalam Gereja Katolik yang semula tipis dan samar kini
semakin jelas dan tegas.
Sebenarnya, apakah dubia itu dan apa yang mendorong empat
Kardinal menulis dubia mereka kepada Paus Francis dan mengapa mereka
mempublikasikan dubia tersebut?
Latar Belakang
Pada tanggal 19 September 2016, Empat kardinal
telah mengirim kepada Paus Francis sebuah surat bersejarah yang ditandatangani
bersama. Surat tersebut dikirim secara pribadi kepada Paus bersama dengan “dubia”
yaitu, serangkaian pertanyaan formal dan serius – yang mengharapkan jawaban “Ya”
atau “Tidak” dari Paus, guna mengklarifikasi makna dari dokumen Amoris
Laetitia – terutama pasal VIII yang kontroversial itu. Mereka juga
mengirim salinan surat dan dubia itu kepada Kardinal Gerhard Ludwig Müller,
Kepala Kongregasi untuk Ajaran Iman – yang memiliki kompetensi khusus mengenai
pertanyaan tersebut
Anjuran Apostolik Amoris Laetitia, sebagai rangkuman hasil
sinode “keluarga” pada Oktober 2014 dan 2015, telah menimbulkan sejumlah
pertanyaan dan keraguan di benak para Uskup, imam, teolog dan umat beriman,
dimana mereka memberikan interpretasi yang saling bertentangan. Banyak hal
telah disampaikan kepada Paus dan dibahas secara terbuka, namun belum pernah
ada klarifikasi formal yang jelas dan tegas dari Paus. Maka dalam upaya
memperoleh kejelasan itu, empat Kardinal telah mengajukan secara resmi 5 butir
pertanyaan atau keraguan mendasar mereka kepada Bapa Suci, mengenai iman dan
moral berdasarkan Amoris Laetitia.
Keempat kardinal tersebut adalah: Card. Walter
Brandmüller, Card. Raymond L. Burke, Card. Carlo
Caffarra dan Card. Joachim Meisner. Tiga di antara mereka
adalah kardinal pensiunan, sehingga tidak dapat dipindahkan dari kedudukan
mereka oleh Paus – yang sebelum ini menunjukkan kecenderungan untuk mencabut
atau memindahkan orang-orang yang tidak sejalan dengan visinya. Sementara
Kardinal Burke adalah satu-satunya yang belum pensiun.
Substansi dari dokumen empat Kardinal itu disebut "Dubia",
bentuk jamak dari kata latin “dubium”, yang artinya pertanyaan atau keraguan.
Ketika di dalam Gereja muncul pertanyaan atau keraguan atas hal-hal penting
yang berkaitan dengan iman atau praktek dari iman – yang mempengaruhi banyak
umat beriman, maka sudah menjadi tradisi bagi Para Uskup atau imam atau umat
beriman untuk merumuskan secara formal pertanyaan atau keraguan tersebut kepada
Paus dan pejabatnya yang berkompeten untuk menangani hal tersebut. Gereja
merespon pertanyaan-pertanyaan itu dengan "ya" atau "tidak",
kadang dengan penjelasan. Mekanisme ini sesungguhnya praktek yang
terhormat dan sudah menjadi tradisi dalam Gereja.
Tanggal surat “Dubia” itu adalah sepuluh hari setelah
munculnya 'bocoran' surat Paus kepada
para uskup dari Wilayah Buenos Aires Argentina, yang isinya menyebutkan bahwa
Paus sangat setuju dengan penafsiran mereka terhadap pasal 8 dari Amoris Laetitia yang
kontroversial itu, dan menyebutnya sebagai satu-satunya penafsiran yang valid.
(Radio Vatican telah
mengeluarkan konfirmasi bahwa surat Paus tersebut adalah asli)
Catatan: Para uskup Buenos Aires sebelumnya telah membuat Panduan untuk menafsirkan Amoris Laetitia dan mengirim salinannya kepada
Paus. Dalam panduan itu mereka menulis salah satunya bahwa, Amoris Laetitia,
dalam kasus-kasus tertentu, dapat mengizinkan pemberian Komuni Kudus kepada
pasangan Katolik yang bercerai (tanpa surat pembatalan pernikahan) dan menikah
lagi, meskipun ia tetap tinggal bersama pasangan barunya dan aktif secara
seksual.
Dapat dimengerti bahwa isi surat Paus itu telah menuai
kritikan dan pertanyaan. Namun di sisi lain ada pula yang mendukung penafsiran
para uskup Argentina itu. Kebingungan dan keresahan semakin
merebak, Paus tetap diam dan tidak memberikan komentar atau klarifikasi yang
jelas mengenai hal itu, seakan membiarkannya mengambang dan menjadi bahan
perdebatan dimana-mana.
Agaknya, masalah inilah salah satunya, yang mendorong
keempat Kardinal menulis surat dan dubia mereka kepada Paus sepuluh hari
kemudian – sebagai puncak kebingungan dan keresahan mereka – agar ada
klarifikasi yang jelas dan tegas dari Paus sendiri.
Mengapa perlu dipublikasikan?
Keempat Kardinal itu berharap bahwa Paus
Francis berkenan menjawab dubia mereka agar semuanya menjadi jelas. Setelah
hampir dua bulan menunggu, mereka akhirnya harus menerima bahwa Bapa
Suci memutuskan untuk tidak menanggapi “dubia” mereka. Ini ditafsirkan oleh
mereka sebagai undangan untuk melanjutkan refleksi dan diskusi dengan tenang
dan penuh hormat. Maka kemudian mereka membuka isi surat dan dubia mereka
kepada seluruh umat beriman dengan disertai sebuah penjelasan, dan memberi
kesempatan kepada umat untuk mengetahui keprihatinan mereka yang mendalam, yang
menyentuh langsung kepada integritas iman Katolik.
Mereka juga menyatakan harapan mereka bahwa hal itu tidak
ditafsirkan sebagai "bentuk politik dalam Gereja" atau menyebabkan
mereka secara tidak adil dituduh sebagai "musuh dari Bapa Suci” serta
“orang-orang yang tidak memiliki belas kasihan". Sebaliknya mereka
mengatakan bahwa, apa yang telah dan sedang mereka lakukan adalah bersumber
dari kasih kolegial mendalam yang mempersatukan mereka dengan Paus, dan dari
perhatian yang mendalam untuk kebaikan seluruh umat beriman.
Wawancara Catholic Action dengan Kardinal Burke
Pada 14 November 2016, Thomas J. McKenaa dari Catholic
Action mewawancarai Kardinal Burke berkenaan dengan dirilisnya
surat dan dubia tersebut. Berikut kutipan beberapa poin penting dari wawancara
tersebut :
Catholic Action : Jadi, Anda mengatakan bahwa Anda mempublikasikan surat yang telah
dikirim kepada Paus secara pribadi. Ini luar biasa. Bukankah tindakan ini, dari
sudut pandang Kristiani, tidak bisa dibenarkan? Tuhan kita mengatakan dalam
Injil Matius (18:15) bahwa jika kita memiliki masalah dengan saudara kita,
seharusnya kita berbicara dengan dia secara pribadi, empat mata, tidak secara
terbuka.
Cardinal Burke : Di bagian yang sama dari Kitab Suci yang Anda rujuk itu, Tuhan kita
juga mengatakan bahwa, setelah menyampaikan masalah kepada saudara kita secara
individu dan kemudian bersama-sama dengan orang lain, tetapi tidak ada penyelesaian, maka, demi kebaikan Gereja, masalah
itu hendaknya disampaikan kepada seluruh Gereja. Inilah yang sedang kami
lakukan.
Ada banyak laporan keprihatinan lainnya sehubungan dengan Amoris Laetitia,
yang semuanya belum mendapatkan tanggapan resmi dari Paus atau wakilnya. Oleh
karena itu, dalam rangka memperoleh kejelasan tentang hal-hal tersebut, saya
bersama tiga Kardinal lainnya, secara formal mengajukan pertanyaan-pertanyaan
mendasar langsung kepada Bapa Suci dan Prefek Kongregasi Doktrin Iman. Tak ada
tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan ini. Oleh karena itu, dengan membuka
pertanyaan-pertanyaan atau dubia kami kepada publik, kami
telah setia kepada amanat Kristus untuk pertama kali berbicara dengan orang itu
secara pribadi, kemudian dalam kelompok kecil, dan akhirnya membawa masalah
tersebut kepada Gereja secara keseluruhan.
CA : Beberapa umat Katolik mungkin prihatin bahwa
publikasi Anda ini adalah sebuah tindakan ketidaksetiaan.
CB : Saya, bersama dengan
tiga Kardinal lainnya, berusaha untuk setia kepada Bapa Suci dengan
menjadi setia kepada Kristus di atas segalanya. Dengan membuka
permohonan kami ini kepada publik guna memperoleh kejelasan atas doktrin dan
praktek pastoral, kami berharap agar hal ini menjadi sebuah bahan
diskusi bagi seluruh umat Katolik, terutama sesama uskup kami. Setiap orang
yang telah dibaptis haruslah peduli terhadap doktrin dan praktek moral yang
berkaitan dengan Ekaristi Kudus dan Pemberkatan Pernikahan, dan tentang
bagaimana kita mengidentifikasi tindakan yang baik dan jahat. Hal ini
mempengaruhi kita semua.
Alih-alih menjadi masalah ketidaksetiaan kepada Paus, tindakan kami
menunjukan kesetiaan mendalam atas segala sesuatu yang Paus nyatakan serta
kewajiban untuk membela dalam kapasitas resminya. Paus Francis telah beberapa
kali menyerukan agar berbicara jujur dan terus terang di dalam Gereja, serta
meminta keterbukaan dan akuntabilitas dari para anggota hirarki. Kami sedang berterus-terang,
dengan hormat sepenuhnya terhadap kedudukan Bapa Suci, dan menjalankan, menurut
terang hati nurani kami, keterbukaan dan akuntabilitas, yang mana Gereja berhak
mengharapkannya dari kami.
Ini adalah tugas saya sebagai seorang Kardinal dari Gereja Katolik. Saya
tidak diangkat menjadi Kardinal untuk menerima posisi kehormatan. Sebaliknya,
Paus Benediktus XVI menjadikan saya Kardinal untuk membantu beliau dan
penerusnya dalam mengatur Gereja dan mengajarkan Iman. Semua kardinal memiliki
tugas untuk bekerjasama dengan Paus demi kebaikan jiwa-jiwa, dan
inilah persis yang sedang saya lakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang sangat penting mengenai iman dan moral. Saya akan tidak memenuhi kewajiban
saya sebagai kardinal dan karenanya juga sebagai penasihat bagi Paus, jika saya
tetap diam terhadap masalah-masalah yang sedemikian serius itu.
CA : Kalau boleh, saya ingin melanjutkan alur pemikiran
ini. Tidaklah jelas bagaimana publikasi Anda sedang menuruti keinginan Paus
atas sensitivitas pastoral yang lebih besar dan kreativitas di dalam Gereja.
Bukankah Paus telah menunjukkan posisinya dalam surat yang ditujukan kepada
Uskup Argentina? Kardinal-kardinal lainnya mengatakan bahwa cara yang tepat
untuk menafsirkan Amoris Laetitia adalah bahwa AL memungkinkan pasangan
bercerai yang menikah lagi untuk menerima komuni dalam keadaan tertentu. Dalam
terang itu, orang dapat berargumentasi bahwa dokumen Anda menciptakan lebih
banyak kebingungan.
CB : Pertama klarifikasi
masalah. Masalah ini bukanlah tentang pasangan bercerai dan menikah lagi yang
menerima Komuni Kudus. Ini adalah tentang pasangan yang aktif secara
seksual namun dalam pernikahan yang tidak sah dan
menerima Komuni Kudus. Ketika pasangan memperoleh perceraian sipil dan
deklarasi kanonik bahwa mereka tidak pernah secara sah menikah, maka mereka
bebas untuk menikah (lagi) di Gereja dan menerima Komuni Kudus, jika mereka
dalam keadaan layak dan pantas untuk menerimanya. Proposal Kasper adalah untuk
memungkinkan seseorang untuk menerima Komuni Kudus, ketika ia telah mengucapkan
janji pernikahan secara sah tetapi tidak lagi hidup bersama pasangannya dan
sekarang tinggal bersama orang lain dengan siapa dia aktif secara seksual. Pada
kenyataannya, usulan ini membuka pintu bagi siapa saja yang melakukan dosa
apapun untuk menerima Komuni Kudus tanpa bertobat dari dosa.
Saya juga ingin menunjukkan bahwa hanya pertanyaan pertama dari
pertanyaan-pertanyaan kami kepada Bapa Suci yang berfokus pada Pernikahan Kudus
dan Ekaristi Kudus. Pertanyaan kedua, ketiga dan keempat adalah tentang isu-isu
mendasar sehubungan dengan kehidupan moral: apakah pada hakekatnya
tindakan-tindakan jahat itu ada; apakah orang yang terbiasa melakukan kejahatan
serius berada dalam keadaan "dosa berat"; dan apakah sebuah dosa berat
sesungguhnya bisa menjadi pilihan yang baik oleh karena keadaan-keadaan atau
tujuan-tujuan tertentu.
Memang benar bahwa Bapa Suci telah menulis surat kepada para uskup
Argentina, dan bahwa beberapa Kardinal telah mengusulkan interpretasi Amoris
Laetitia seperti yang telah Anda sebutkan. Namun, Bapa Suci sendiri belum
mengklarifikasi beberapa masalah "membingungkan". Adalah bertentangan
dengan Iman jika ada orang Katolik, termasuk Paus, mengatakan bahwa
seseorang dapat menerima Komuni Kudus tanpa bertobat dari dosa berat; atau,
bahwa hidup dalam perkawinan dengan seseorang yang bukan pasangannya bukanlah
suatu dosa berat; atau bahwa tidak ada hal seperti itu sebagai suatu tindakan
yang sesungguhnya memang jahat dan dapat melemparkan seseorang kepada kebinasaan.
Begitulah, maka saya bergabung dengan saudara-saudara saya para Kardinal dalam
membuat permohonan untuk mendapatkan klarifikasi yang jelas dari Paus Francis
sendiri. Suaranya, suara dari Penerus Santo Petrus, akan dapat menghalau
berbagai keraguan mengenai masalah ini.
Empat Kardinal senior telah menjalankan tugasnya dengan
harapan dapat mengakhiri kebingungan dan keluhan-keluhan sehubungan dengan
penafsiran Amoris Laetitia – khususnya Pasal Delapan yang kontroversial itu.
Kita juga mengharapkan adanya jawaban dari Paus agar semua hal yang ambigu
dalam Amoris Laetitia dapat menjadi jelas.
Sementara itu, umat awam pun kini bisa dan diharapkan ikut
melakukan refleksi atau diskusi mengenai dubia empat Kardinal di atas. Dalam
refleksi itu, hendaknya kita selalu kembali kepada dasar iman kita
yaitu Sabda Allah dalam Injil Suci, dan setia kepada Ajaran-ajaran Kristus yang
tak pernah berubah, yang adalah Kebenaran itu sendiri. Semoga Roh Kebenaran
selalu menuntun kita di dalam Kebenaran-Nya yang sejati.
Tuhan Yesus memberkati..!
Referensi:
Petisi untuk mendukung surat dan dubia empat Kardinal
Beberapa berita terkait lainnya
Update dari Fr. Z’s Blog :
Saya berani bertaruh bahwa “The Four” hanyalah ujung tombak. Saya berani
bertaruh bahwa mereka mewakili sekelompok besar Kardinal yang bersikap diam, yang
mengharapkan jawaban, tetapi karena mereka saat ini dalam posisi di kuria atau
keuskupan, maka mereka ragu untuk mengangkat kepala mereka terlalu tinggi.
Kutipan dari Kitab
Kebenaran (KK) tentang Ajaran Kristus dan Dosa di Mata Allah
KK - Sabtu, 5 Maret 2011
:
Yesus : Berdoalah, berdoalah, berdoalah. Anak-anak-Ku, kamu harus berjaga.
Kamu membutuhkan Aku untuk menuntunmu sekarang sementara nubuatan-nubuatan ini
dibuka kepada umat manusia. Kuatlah kamu. Setialah
kepada ajaran-ajaran-Ku.
Ingatlah akan satu pelajaran. Ajaran-ajaran-Ku
tak pernah berubah. Ajaran-Ku adalah sama
seperti saat-saat sebelumnya. Seperti telah Kukatakan sebelumnya, jika kamu
mendapati ajaran-ajaran-Ku dirusak, dicampakkan, atau seperti yang ada saat ini
diselewengkan, dengan cara yang aneh atau bertentangan, maka berpalinglah
darinya dan berdoalah kepada-Ku untuk memperoleh tuntunan.
KK – 8 Juli 2012 :
Yesus : Berhati-hatilah. Agama Dunia Baru itu dari luar akan nampak sebagai
organisasi yang baik dan kudus, penuh dengan belas dan kasih. Ia
akan memancarkan citra toleransi yang besar dan akan memuji-muji setiap
dosa yang pasti diketahui oleh
Allah. Tetapi ia akan memutar-balikkan
setiap dosa sehingga nampaknya bisa diterima di Mata
Allah.
Tetapi kamu harus tahu bahwa kekejian semacam itu sangat
menyakitkan Aku dan celakalah mereka yang mengikuti jalan yang berbahaya ini
menuju kutukan kekal. Dosa adalah tetap dosa di
Mata-Ku.
Waktu tak bisa mengubah ini. Aturan-aturan
baru yang disesuaikan dengan keinginan manusia di dalam mengejar dosa, tak akan
pernah diterima oleh-Ku. Bersiaplah sekarang
guna menghadapi penipuan besar ini, karena ia akan segera terjadi.
KK - 30 Juli 2012 :
Yesus : Dengan
menganjurkan sikap toleransi atas nama Allah, mereka menghadirkan doktrin
palsu yang menutupi Kebenaran.
KK – 14 November 2012
Yesus : Mereka akan membuatmu percaya bahwa Sabda Allah yang lama adalah menipu.
Kemudian mereka akan mengatakan kepadamu untuk tidak mempercayainya. Mereka
akan mengubah cara mereka menjalankan Ajaran-ajaran-Ku dan mengubah cara mereka menghormati Aku. Lalu mereka
akan menyingkirkan Hukum-hukum-Ku ke pinggir, dan akan menyembah hukum-hukum buatan mereka sendiri.
Berita-berita
seputar dubia:
Ada
tulisan yang melaporkan bahwa publikasi
dubia empat Kardinal ini membuat PF marah besar (boiling with rage). Juga
dikatakan bahwa PF dalam posisi terjepit dan sulit untuk menjawab karena semua jawaban membuat dia serba salah.
Maka dia tetap diam, tapi "orang-orang"
dalamnya telah berkomentar dan semuanya mengecam empat kardinal tsb.
Fr.
Antonius Spadaro Sj. yang dikenal sebagai "corong" PF, beberapa kali
menulis di tweeternya mengecam empat kardinal itu, bahkan menghina
Kardinal Burke dengan kata-kata yang jauh dari pantas untuk diucapkan oleh seorang
imam apalagi yang dekat dengan paus, sampai-sampai tweeternya
dikomentari negatif oleh beberapa blogger sebagai childish.
Menyedihkan
ya pak membaca berita2 itu.. perpecahan semakin lebar dan terbuka.. uskup
melawan uskup.. kardinal melawan kardinal.. persis seperti yang sudah dinubuatkan.
Kita
hanya bisa berdoa dan berdoa ya pak..
Tuhan
memberkati..