Volume
2 : Misteri Kerahiman Allah
Bab
34
Motiv
untuk menolong jiwa-jiwa suci
Kebaikan
dari tindakan ini
St.Francis
de Sales
St.Thomas
Aquino
St.Bridget
Kita telah membahas cara-cara dan sumber-sumber dimana
Kerahiman Ilahi telah menaruh di tangan kita demi keringanan saudara-saudara
kita didalam Api Penyucian. Cara-cara ini amatlah kuat sekali dan sumber-sumber
itu adalah berlimpah banyaknya. Tetapi apakah kita telah memanfaatkan hal itu ?
Kita berkuasa untuk menolong jiwa-jiwa malang itu, apakah kita cukup
bersemangat untuk melakukan hal itu ? Apakah kita cukup bermurah hati seperti
Tuhan yang sangat bermurah hati ? Celaka sekali ! betapa banyak umat Kristiani
yang sedikit sekali atau sama sekali tidak berbuat apa-apa bagi orang-orang
yang meninggal itu. Dan orang-orang yang tidak melupakan mereka, yang memiliki
cukup kemurahan hati untuk menolong mereka dengan berbagai doa permohonan,
betapa seringnya mereka kekurangan atau kehilangan semangat ! Bandingkanlah
dengan perhatian yang kita curahkan kepada orang-orang yang sakit di dunia ini,
dengan pertolongan yang kita berikan kepada jiwa-jiwa yang menderita di Api
Penyucian itu. Jika seorang ayah atau ibu bersedih karena suatu penyakit, jika
seorang anak yang kita kasihi menjadi kurban dari suatu penderitaan, betapa
besarnya perhatian, kecemasan, dan bakti kita kepadanya. Namun bagi jiwa-jiwa
suci itu, yang kurang kita kasihi, mereka merana dibawah beratnya, bukan
penyakit yang amat menyakitkan, tetapi karena siksaan-siksaan penebusan dosa
yang 1000 kali lebih kejam dari pada siksaan di dunia ini. Apakah kita juga
bersemangat, merasa cemas dan bersedia meringankan mereka ? “Tidak”, kata
St.Francis de Sales, “kita belum cukup banyak didalam mengingat sahabat-sahabat
terkasih yang meninggal itu. Ingatan akan mereka nampaknya ikut luntur bersama
gemerincing lonceng pemakaman, dan kita lupa bahwa persahabatan yang menemui
saat akhirnya itu, terutama didalam kematian, sebenarnya tak pernah menjadi
persahabatan yang sejati”.
Dari manakah datangnya sifat lupa yang amat menyedihkan
dan jahat ini ? Penyebab utamanya adalah tidak adanya keinginan untuk
memikirkan mereka. ‘Quia nullus est qui
recogitat corde’ – karena tak ada yang tertimbang didalam hati’. Kita
kehilangan pandangan akan motiv-motiv yang agung yang mendorong kita untuk
bersemangat, untuk selalu mengingat motiv-motiv ini dan meletakkannya didalam
terang yang paling besar yang dimungkinkan.
Kita mungkin
berkata bahwa semua motiv-motiv itu berujung didalam Sabda dari Roh Kudus ini :”Ini
adalah sungguh suatu pikiran yang baik dan tepat untuk berdoa bagi orang yang
mati, agar mereka dibebaskan dari dosa-dosa mereka, yaitu dari hukuman
sementara karena dosa-dosa mereka (2 Mak. 12:46). Pertama-tama, ia adalah sebuah karya, suci dan baik didalam
dirinya sendiri, dan bisa diterima dan mendatangkan jasa-jasa di mata Allah.
Karena itu ia merupakan karya yang terpuji, amat bermanfaat bagi keselamatan
kita, bagi kesejahteraan kita di dunia ini dan di dunia sana.
“Salah satu karya-karya yang paling suci, salah satu dari
tindakan yang terbaik dalam hal kesucian yang bisa kita laksanakan di dunia
ini”, demikian kata St.Agustinus, “adalah dengan mempersembahkan kurban,
sedekah, dan doa-doa bagi orang yang meninggal”. “Keringanan yang kita serahkan
bagi orang yang meninggal”, kata St.Jerome, “akan mendatangkan kemurahan hati
yang sama bagi kita”.
Ingatlah bahwa doa bagi orang yang meninggal adalah sebuah
tindakan iman, kemurahan hati dan terutama keadilan.
Pertama, siapakah orang yang menolong itu ? Siapakah
jiwa-jiwa suci yang dimaksudkan itu ? yang begitu dikasihi Allah dan Tuhan kita
Yesus Kristus, yang juga sangat dikasihi oleh Ibu mereka, Gereja, yang tidak
henti-hentinya memintakan bagi mereka atas kemurahan hati kita. Jiwa-jiwa yang
dikasihi oleh kita, yang mungkin saja, sangat berhubungan erat dengan kita
semasa di dunia dulu, dan yang memohon kepada kita dengan melalui kalimat yang
menyentuh ini :”Kasihanilah aku,
kasihanilah aku, hai sahabat-sahabatku” (Job. 19:21).
Kedua, untuk kepentingan apa mereka mengingnkan hal itu ?
Celaka ! Kebutuhan mereka amatlah besar, jiwa-jiwa yang menderita memiliki hak
atas pertolongan kita yang sesuai dengan ketidak-berdayaan mereka untuk
melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri.
Ketiga, kebaikan apa yang bisa kita serahkan bagi jiwa-jiwa
itu ? Kebaikan yang terbesar adalah karena kita membuat mereka bisa memiliki
kebahagiaan kekal.
“Untuk menolong jiwa-jiwa di Api Penyucian”, kata
St.Francis de Sales, “adalah dengan melakukan karya-karya yang utama didalam
kemurahan hati, atau melaksanakan dengan cara yang terbaik semua karya-karya
kemurahan hati: mengunjungi orang yang
sakit, memberi minum orang yang kehausan melihat wajah Allah, memberi makan
orang yang lapar dan orang tawanan, memberi pakaian orang yang telanjang,
memberikan kepada orang-orang yang terbuang keramahan dari Yerusalem Surgawi,
menghibur orang yang berduka, memberi nasihat orang yang sesat. Dengan kata
lain, melaksanakan karya-karya kemurahan hati didalam satu tindakan. Doktrin
ini amat selaras dengan ajaran St.Thomas, yang berkata didalam buku ‘Summa’ : Permohonan bagi orang yang
meninggal bisa lebih diterima oleh Allah dari pada permohonan bagi orang yang
hidup. Karena orang yang meninggal sangat membutuhkan pertolongan itu, karena
mereka tak bisa menolong dirinya sendiri, seperti halnya pada orang yang masih
hidup.
Tuhan kita menganggap setiap tindakan kemurahan hati
kepada tetangga kita sebagai tindakan terhadap DiriNya sendiri. Dia bersabda
:”Kamu melakukan hal itu kepadaKu” Mihi
fecistis. Hal ini merupakan kemurahan hati yang sejati yang diterapkan
kepada jiwa-jiwa malang. Telah dinyatakan kepada St.Bridget bahwa dia yang
membebaskan suatu jiwa dari Api Penyucian, memiliki jasa yang sama seperti dia
yang membebaskan Yesus Kristus dari
tawanan.
No comments:
Post a Comment