Volume
2 : Misteri Kerahiman Allah
Bab
37
Motiv
dari menolong jiwa-jiwa suci
Fasilitas
didalam menolong mereka
Contoh
para kudus dan orang-orang Kristiani yang bersemangat
Hamba
Allah, Mary Villani
Dahi
yang terbakar
Kita telah tahu betapa St.Catherine de Ricci dan beberapa
orang lain melaksanakan tindakan heroik mereka hingga begitu jauh, hingga
mereka mau menderita menggantikan jiwa-jiwa didalam Api Penyucian. Marilah kita
menambahkan lagi contoh-contoh dari kemurahan hati yang amat terpuji ini. Hamba
Allah yang bernama Mary Villani dari ordo St.Dominikus yang kemurahan hatinya
diceritakan oleh Pastor Marchi, siang dan malam dia melakukan karya-karya
kepuasan bagi orang yang meninggal.
Suatu hari sebelum saat Epifani, dia berdoa hingga lama,
memohon kepada Tuhan untuk meringankan penderitaan jiwa-jiwa suci demi Yesus
Kristus, dan mempersembahkan kepadaNya siksaan-siksaan yang kejam yang dialami
Juru Selamat kita, mahkota duriNya, rantai-rantaiNya, paku-pakuNya, dan
salibNya, dengan kata lain, seluruh sakitNya yang amat pahit itu dan semua
sarana kesengsaraanNya. Malam berikutnya Tuhan berkenan menyatakan kepadanya
betapa amat menyenangkan tindakan yang suci itu bagiNya.
Selama berdoa, dia mengalami ekstase dan dia melihat
sebuah prosesi yang panjang dari orang-orang yang mengenakan jubah putih
bercahaya. Mereka semua membawa lambang Kesengsaraan Yesus Kristus dan memasuki
kemuliaan Surga. Hamba Allah itu mengerti bahwa itu adalah jiwa-jiwa yang telah
dibebaskan karena doa-doa mereka yang tekun dan karena jasa-jasa dari
Kesengsaraan Yesus Kristus.
Pada kesempatan yang lain, pada hari Pesta Seluruh
Jiwa-jiwa dia diminta untuk bekerja menulis sebuah karya tulis seharian penuh.
Karena sikap patuhnya, maka tugas ini dilaksanakannya sebagai sebuah cobaan atas
kesabarannya : dia mengalami beberapa kali keraguan untuk mematuhi tugas itu
karena dia sebenarnya ingin membaktikan seluruh hari itu untuk berdoa, bersilih
dan melakukan tindakan suci lainnya demi keringanan penderitaan jiwa-jiwa.
Untuk sesaat dia melupakan bahwa mengabaikan kepatuhan bisa membawa akibat
berikutnya yang kurang baik, seperti ada tertulis : Melior est obedientia quam victimae – kepatuhan adalah lebih baik
dari pada kurban (1 Raj. 15:23). Demi melihat kemurahan hati yang besar kepada
jiwa-jiwa malang, maka Tuhan berkenan menampakkan Diri kepadanya untuk menuntun
dan menghiburnya. “Patuhilah, puteriKu”, Tuhan bersabda kepadanya, “kerjakanlah
tugas yang dibebankan kepadamu itu dengan kepatuhan dan persembahkanlah hal itu
bagi jiwa-jiwa. Setiap baris yang akan kau tuliskan hari ini didalam semangat
kepatuhan dan kemurahan hati, akan menolong membebaskan satu jiwa”. Mudah untuk
dipahami bahwa dia segera menulis sebanyak mungkin agar bisa diterima oleh
Allah. Kemurahan hatinya terhadap jiwa-jiwa suci tidaklah terbatas kepada
doa-doa dan puasa. Dia bahkan ingin menanggung sebagian dari penderitaan dan
rasa sakit mereka.
Suatu hari ketika sedang berdoa bagi ujub itu, dia dibawa
menuju Api Penyucian. Disana, diantara sekian banyak jiwa-jiwa yang sedang
menderita, dia melihat ada satu jiwa yang lebih besar siksaannya dari pada yang
lain, dan yang sangat membuatnya merasa kasihan. Dia bertanya :”Mengapa kamu
menderita siksaan yang begitu kerasnya ?. Apakah kamu tidak mendapatkan
keringanan ?”. Jiwa itu menjawab :”Aku sudah cukup lama berada di tempat ini,
dengan menanggung siksaan-siksaan yang amat mengerikan, sebagai hukuman atas
kesia-siaan dan skandal yang besar didalam tindakanku dulu. Sejauh ini aku
belum pernah menerima keringanan sedikitpun juga karena Tuhan telah mengijinkan
agar aku dilupakan oleh orang tuaku, anak-anakku, saudara dan sahabatku. Bahkan
mereka sama sekali tidak mempersembahkan satu doa saja bagiku. Ketika aku
berada di dunia dulu, sepenuhnya diriku dikuasai oleh kemewahan serta kesia-siaan
duniawi, dengan berpesta pora dan kenikmatan lainnya. Sama sekali aku tidak
pernah berpikir tentang Tuhan dan kewajiban-kewajibanku. Keinginanku yang
terutama adalah memenuhi kebutuhan duniawi keluargaku. Kini aku dihukum dengan
sangat adil dan kamu melihat bahwa aku telah dilupakan oleh semua orang”.
Perkataan ini sangat berkesan didalam hati Mary Villani.
Dia lalu meminta kepada jiwa itu untuk mengijinkan dirinya merasakan
penderitaan jiwa itu. Dan pada saat yang sama terasa seolah ada lidah api yang
mengenai dahinya, dan sakit yang dia rasakan begitu mendadak sehingga membuat
ekstasenya berhenti. Tanda yang tersisa pada dahinya masih terlihat dan
membuatnya sangat menderita. Hamba Allah itu mempersembahkan penderitaannya
bersama dengan doa-doanya dan semua perbuatan baiknya bagi jiwa yang telah kita
ceritakan diatas. Jiwa ini menampakkan diri kepada Mary Villani pada akhir
bulan kedua berikutnya, dan mengatakan bahwa dirinya telah dibebaskan oleh
karena pengantaraannya dan dia kini akan memasuki Surga. Pada saat yang sama
maka bekas luka pada dahi Mary menghilang.
No comments:
Post a Comment