Volume
2 : Misteri Kerahiman Allah
Bab 39
Motiv dan insentiv
terhadap devosi kepada jiwa-jiwa suci
Contoh-contoh
kemurahan hati
St.Peter Damianus dan
imamnya
Seorang Annamit muda
Penjaga pintu seminari
dan penyebaran iman
Contoh-contoh kemurahan hati kepada jiwa-jiwa yang meninggal memang jarang
ada dan penting sekali untuk mengingat hal itu. Kita tak boleh mengabaikan
contoh yang amat menyentuh sekaligus indah sekali dari St.Peter Damianus, Uskup
Ostia, Cardinal dan Doktor Gereja. Sebuah contoh yang tak pernah luntur oleh
pengulangan cerita. Ketika masih muda, Peter kehilangan ibunya, dan segera
setelah itu ayahnya menikah lagi dan dia diasuh oleh ibu angkatnya. Meskipun
Peter telah berusaha menyayangi ibu angkatnya itu, tetapi wanita itu tidak mau
membalas kasih anaknya. Wanita itu memperlakukan Peter dengan kejam dan untuk
menyingkirkan dia, wanita itu mengirimkan Peter kepada kakak wanita itu yang
tertua, yang mempekerjakan Peter untuk memelihara babi. Ayah Peter, yang
seharusnya bisa mencegah hal itu, tetapi dia tak mampu menghalangi niat
istrinya itu hingga Peter mengalami kehidupan yang tidak membahagiakan. Namun
anak kecil itu mengarahkan pandangannya ke Surga, dimana dia melihat Ayah yang
lain, kepada Siapa dia menyerahkan seluruh kepercayaannya. Peter menerima
semuanya sebagai kehendak dari tanganNya yang ilahi, dan dia menyerahkan
dirinya kepada kerasnya kehidupan disitu. Dia berkata :”Tuhan memiliki rencana
dalam segala hal yang dilakukanNya, dan semua itu merupakan rancangan
kemurahanNya. Maka kita harus menyerahkan diri kita kepada tanganNya. Dia akan
mengatur segala hal demi kebaikan kita”. Peter tidaklah tertipu oleh
pemikirannya ini. Didalam cobaan-cobaan yang menyakitkan inilah maka masa depan
Cardinal Gereja yang sangat mengagumkan di zamannya ini telah ditentukan,
karena luasnya pengetahuannya. Dan untuk memuliakan dunia dengan sekian banyak
keutamaan-keutamaannya maka pada cobaan-cobaannya itulah terletak fondasi dari
kesuciannya dimasa mendatang.
Hampir semuanya tertutup oleh kain kusut, penulis biografinya menceritakan
kepada kita, bahwa dia merasa tidak cukup mampu memuaskan keinginannya, namun
dia berdoa kepada Tuhan dan akhirnya dia dipuaskan.
Sementara itu ayahnya meninggal. Orang kudus muda itu segera melupakan
kerasnya perlakuan yang diterimanya, dan sebagai anak yang baik, dia terus
berdoa demi istirahat bagi jiwa ayahnya. Pada suatu hari, ditengah jalan dia
menemukan sekeping emas, dimana sebenarnya Kuasa Ilahi telah meletakkan benda
itu disitu baginya. Hal itu merupakan kebahagiaan bagi anak miskin itu. Namun
bukannya dia menggunakan emas itu untuk mengurangi penderitaannya, tetapi yang
pertama kali dipikirkannya adalah membawa emas itu kepada seorang imam, dan
memohon kepada imam itu untuk merayakan Misa Kudus bagi jiwa ayahnya dengan
emas itu. Gereja yang kudus mengakui sikap bakti anak ini yang sangat menyentuh
hati sehingga Gereja mengesahkan sikap ini secara panjang lebar didalam doa-doa
dari pestanya.
“Semoga aku diijinkan”, kata misionaris, Pastor Louvet, “untuk menambahkan
satu kejadian lagi yang menimpa diriku ? Ketika aku sedang mewartakan iman di
Cochin, Cina, ada seorang gadis kecil dari suku Annamite yang baru dibaptis,
kehilangan ibunya. Pada usia 14 tahun dia sudah harus hidup mandiri dengan
menanggung beban kehidupan dua orang adiknya, dimana penghasilannya saat itu
sekitar 7 sen sehari, cukup untuk membeli 8 buah telinga babi. Apa yang menjadi
kekagumanku adalah pada akhir pekan, aku melihatnya membawa kepadaku
pendapatannya selama 2 hari, agar aku mempersembahkan Misa Kudus demi istirahat
jiwa ibunya yang dikasihinya.
Anak yang miskin ini juga berpuasa beberapa hari dalam seminggu untuk
menyampaikan permohonan yang sederhana itu bagi ibunya yang meninggal. Oh,
sedekah yang sangat berharga tinggi dari anak yatim dan miskin. Jika hatiku
sangat tersentuh oleh hal itu, maka betapa lebih tersentuh lagi Hati dari Bapa
Surgawi kita dan betapa besarnya berkat yang turun atas ibu itu dan atas
anak-anaknya.
“Lihatlah kemurahan hati dari orang yang miskin ! betapa hal itu merupakan
contoh dan sekaligus teguran bagi orang-orang kaya yang penuh dengan kemewahan
dan kenikmatan namun sangat menyedihkan jika mereka diminta bersedekah dengan
merayakan Misa Kudus bagi saudara yang meninggal”.
“Sebelum semua ujub lainnya, mereka akan mengarahkan sebagian dari sedekah
mereka didalam Misa Kudus bagi jiwa-jiwa mereka sendiri, atau sahabat mereka
sendiri, maka adalah wajar jika menggunakan sebagian dari hal itu bagi
keringanan orang-orang miskin atau bagi perbuatan-perbuatan baik lainnya,
misalnya bagi sekolah-sekolah Katolik, bagi pewartaan dan penyebaran iman,
serta tujuan lainnya sesuai dengan keadaan yang ada. Ini merupakan sebuah
kebajikan yang suci yang sesuai dengan semangat Gereja, dan sangat bermanfaat
bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian”.
Uskup Louvet, dari mana kita mendapatkan kisah diatas, menceritakan
kejadian lain yang layak dituliskan disini. Kisah ini mengenai seorang pria,
didalam situasi yang biasa-biasa saja, yang melakukan kurban dengan kemurahan
hati bagi penyebaran iman, namun dalam situasi yang bisa mendatangkan ganjaran
bagi kebutuhannya pada masa mendatang bagi jiwanya di Api Penyucian.
Seorang penjaga pintu yang miskin dari sebuah seminari selama kehidupannya
yang panjang telah mengumpulkan penny demi penny hingga terkumpul sebanyak 800
franc. Karena dia tak memiliki keluarga, dia menyerahkan uang ini guna
merayakan Misa Kudus setelah kematiannya. Betapa besarnya kemurahan hati bisa
berpengaruh jika sekali saja ia telah membakar sebuah hati dengan api yang suci
! Ada seorang imam muda yang sudah bertekad meninggalkan seminari untuk
menjalankan misi di tempat yang jauh. Orang tua, si penjaga pintu itu, merasa
terdorong untuk memberi imam itu sedikit dari harta miliknya bagi karya-karya
agung penyebaran iman. Penjaga pintu itu berkata sambil menyerahkan uangnya
:”Pastor, aku mohon anda bersedia menerima sedekah yang tak berarti ini untuk
menolong anda mewartakan Injil. Aku telah menabungnya guna merayakan Misa Kudus
setelah kematianku nanti, namun biarlah aku mau tinggal lebih lama lagi didalam
Api Penyucian agar Nama Tuhan bisa dimuliakan oleh karya anda”. Imam itu
sendiri sampai meneteskan air matanya. Dia mau menolak persembahan yang
dilakukan dengan kemurahan hati yang besar itu, tetapi orang tua miskin itu
bersikeras dengan tekadnya sehingga imam itu tak sampai hati untuk menolaknya.
Beberapa bulan berlalu dan orang tua yang baik hati itu meninggal. Tak ada
penampakan yang bisa memberitahukan nasibnya di dunia sana. Tetapi apakah dia
membutuhkan bantuan disana ? Tidakkah kita tahu bahwa Hati Yesus tak akan
membiarkan kemurahan hatiNya dikalahkan ? Tidakkah kita mengerti bahwa
seseorang yang bermurah hati hingga dia mau menerima sakitnya nyala api dari
Api Penyucian, agar supaya Yesus lebih dikenal oleh bangsa-bangsa yang tidak
percaya, bahwa dia akan mendapatkan kemurahan hati yang berlimpah-limpah
dihadapan Hakim Yang Utama itu ?
No comments:
Post a Comment