Volume
2 : Misteri Kerahiman Allah
Bab 43
Motiv dari keadilan
Doa bagi orang tua
yang telah meninggal
St.Catherine dari
Siena dan ayahnya, Jacomo
St.Catherine dari Siena telah memberi kita contoh yang sama. Hal ini
diceritakan oleh penulis biografinya, Raymond dari Capua Terberkati. Dia
menulis :”Hamba Allah itu sangat bersemangat didalam menolong jiwa-jiwa.
Pertama-tama aku akan mengatakan apa yang dilakukannya bagi ayahnya, Jacomo.
Pria yang baik ini bisa merasakan kesucian dari puterinya, dan dia dipenuhi
dengan rasa hormat kepadanya. Dia menasihati setiap orang di rumahnya untuk
tidak menentang puterinya itu dalam segala hal, dan membiarkan kebebasannya
yang sempurna didalam menjalankan perbuatan-perbuatan baik. Begitulah perhatian
yang menyatukan ayah dan anak itu semakin meningkat setiap hari. Catherine
selalu berdoa demi keselamatan ayahnya. Jacomo merasa berbahagia atas
keutamaan-keutamaan dari puterinya itu dan berharap agar dengan melalui
jasa-jasa dari puterinya itu dia bisa mendapatkan karunia dari Allah”.
“Kehidupan Jacomo akhirnya sampai pada batasnya, dan dia terbaring di
tempat tidur oleh karena penyakit yang berat. Demi melihat kondisi Jacomo,
puterinya itu, seperti biasanya, terus berdoa memohon kepada Mempelai
Surgawinya untuk menyembuhkan ayahnya yang sangat dia kasihi itu. Tuhan
menjawab bahwa Jacomo akan meninggal dan untuk hidup lebih lama tidaklah
menguntungkan baginya. Catherine lalu menemui ayahnya dan mendapati dia dalam
keadaan sudah siap meninggalkan dunia ini, dan tanpa menyesal, Catherine
berterima-kasih kepada Tuhan dengan segenap hatinya”.
“Namun kasihnya tidaklah berhenti sampai disitu. Dia kembali berdoa untuk
memperoleh dari Tuhan, Sumber segala rahmat, agar memberkati ayahnya bukan saja
dengan mengampuni dia atas segala kesalahannya, tetapi juga agar pada saat
kematiannya dia diijinkan memasuki Surga, tanpa terlalu lama melewati nyala api
dari Api Penyucian. Dia dijawab bahwa Pengadilan tak bisa mengurbankan
hak-haknya untuk menghukum seseorang. Bahwa jiwa itu harus benar-benar sempurna
dan murni untuk bisa memasuki kemuliaan Surga. “Ayahmu”, demikian Tuhan
bersabda, “telah menjalani kehidupan yang baik didalam perkawinannya dan telah
berbuat banyak yang amat berkenan bagiKu. Lebih dari itu, sikapnya terhadap
dirimu amatlah menyukakan Aku. Namun PengadilanKu meminta agar jiwanya harus
melewati api, untuk memurnikannya dari noda-noda yang dia dapatkan di dunia”.
“Oh, Juru Selamatku yang amat mengasihi”, jawab Catherine, “bagaimana aku bisa
menanggung pikiranku yang melihat dia yang telah membesarkan aku, yang telah
mengasuhku dengan amat baik, yang telah bersikap amat sayang kepadaku selama
hidupnya, disiksa didalam nyala api yang kejam itu ? Aku memohon kepada
KebaikanMu yang tak terbatas itu, jangan biarkan jiwanya meninggalkan tubuhnya
hingga dengan berbagai cara ia bisa dibersihkan secara sempurna, sehingga ia
tidak perlu melewati api dari Api Penyucian”.
Sebuah sifat kedermawanan yang sangat terpuji ! Tuhan mengabulkan doa-doa
dan keinginan makhlukNya itu. Kekuatan Jacomo telah habis namun jiwanya tak
bisa berpisah dari tubuhnya sepanjang tawar menawar masih berlangsung antara
Tuhan, yang melaksanakan PengadilanNya, dengan Catherine yang memohonkan
KerahimanNya. Akhirnya, Catherine mengatakan :”Jika aku tak bisa mendapatkan
rahmat ini tanpa memuaskan PengadilanMu, maka biarlah Pengadilan itu dikenakan
atas diriku saja. Aku siap untuk menderita bagi ayahku, segala macam
penderitaan yang dikehendaki oleh KabikanMu”. Tuhan lalu bersabda :”Aku
menerima usulmu itu karena kasihmu kepadaKu. Aku membebaskan jiwa ayahmu dari
segala penebusan dosa, namun kamu akan menderita rasa sakit sepanjang hidupmu
yang seharusnya dialami oleh ayahmu”. Dengan penuh sukacita Cataherine
berteriak :”Terima kasih atas SabdaMu, oh Tuhan, dan semoga KehendakMu
terjadi”.
Orang kudus itu segera kembali menemui ayahnya yang telah memasuki
penderitaannya yang terakhir. Catherine memberinya keberanian dan sukacita.
Catherine memberinya keyakinan dari Tuhan akan keselamatannya yang kekal, dan
Catherine tidak pernah meninggalkan dia hingga dia menghembuskan napasnya yang
terakhir.
Pada saat yang sama dimana jiwa ayahnya meninggalkan tubuhnya, maka
Catherine diserang oleh rasa sakit yang hebat yang terus dirasakan hingga saat
kematiannya tanpa membiarkan dia beristirahat sejenak. “Catherine sendiri”,
kata Raymond Terberkati, “sering meyakinkan aku akan hal ini, dan tentu saja
hal itu nyata sekali bagi semua orang yang melihatnya. Namun kesabarannya
adalah lebih besar dari pada penyakitnya. Semua yang telah kuceritakan ini
kudapatkan dari Catherine sendiri. Ketika aku tersentuh oleh pemandangan akan
penderitaannya, maka aku bertanya kepadanya penyebab dari sakitnya itu. Aku tak
akan melupakan untuk berkata bahwa pada saat ayahnya meninggal terdengar dia
beteriak, wajahnya diliputi oleh sukacita dan senyuman di bibirnya. “Semoga
Tuhan dimuliakan ! Ayahku yang terkasih, betapa aku ingin seperti engkau”.
Selama penguburannya, ketika semua orang menangis, tetapi Catherine nampak
bahagia. Dia menghibur hati ibunya dan semua orang seolah dia tak terpengaruh
oleh kematian ayahnya itu. Hal itu adalah karena Catherine telah melihat bahwa
jiwa yang dikasihinya itu keluar dengan kemenangan dari penjara tubuhnya dan
tanpa hambatan sedikitpun juga memasuki kebahagiaan kekal. Pemandangan ini
telah merasuki dirinya dengan kebahagiaan, karena beberapa waktu sebelumnya dia
sendiri telah merasakan sukacita terang yang kekal.
“Marilah kita disini menghargai kebijaksanaan dari Yang Maha Kuasa. Jiwa
dari Jacomo tentu saja bisa dimurnikan dengan cara lain, dan segera saja bisa
memasuki Surga, seperti pencuri yang baik hati yang mengakui Juru Selamat kita
di salib dulu. Namun Tuhan berkehendak agar pemurnian jiwa Jacomo itu lebih
diperkaya lagi melalui penderitaan dari Catherine, seperti yang dimintanya
sendiri, dan hal ini bukanlah untuk mencobai Catherine, tetapi untuk
memperbesar jasa-jasanya dan mahkotanya”.
“Memang layak bahwa wanita suci ini, yang sangat mengasihi jiwa ayahnya,
akan menerima balasan setimpal atas perhatiannya yang besar terhadap ayahnya.
Dan karena dia lebih menyukai keselamatan jiwa ayahnya dari pada dirinya
sendiri, maka penderitaan tubuhnya itu berperanan didalam kebahagiaan jiwanya.
Begitulah Catherine selalu berbicara tentang manisnya penderitaan yang dia
senangi. Dan dia memang benar karena penderitaan itu telah meningkatkan
manisnya rahmat didalam kehidupan ini dan sukacita kemuliaan di dunia sana.
Catherine mengatakan kepadaku bahwa lama sesudah kematian ayahnya, Jacomo
sering nampak kepadanya untuk berterima-kasih atas kebahagiaan yang diberikan
Catherine kepadanya. Jacomo mengungkapkan banyak hal yang tersembunyi kepada
Catherine, memperingatkan Catherine akan adanya jerat-jerat setan, dan dia
mempertahankan Catherine dari segala bahaya”.
No comments:
Post a Comment