Volume
2 : Misteri Kerahiman Allah
Bab 38
Motiv didalam menolong
jiwa-jiwa suci
Contoh-contoh dari
orang-orang kudus
Pastor James Laynez
Pastor Febricius
Pastor Nieremberg,
kurban bagi kemurahan hatinya
“Dia yang melupakan para sahabatnya, dimana setelah kematian mereka
dihapuskan dari matanya, tak akan pernah memiliki persahabatan yang sejati”.
Perkataan dari Pastor Laynez ini, wakil kepala dari the Society of Jesus, terus diulanginya kepada anak-anak didik dari
St.Ignatius. Dia ingin agar kebutuhan dari jiwa-jiwa itu juga mereka
perhatikan, setelah kematian maupun seperti pada masa hidupnya. Sebagian besar
jasa dari doa-doanya, kurbannya serta segala kepuasan yang dia peroleh
dihadapan Allah melalui kerja kerasnya bagi pertobatan para pendosa, dia berikan
hal itu bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian . Para Kepala dari the Society of Jesus yang selalu setia kepada tindakan kemurahan
hati, selalu memperlihatkan semangat yang besar terhadap devosi ini seperti
yang tertulis didalam buku Heroes and
Victims of Charity in the Society of Jesus, dari mana aku mengambil satu
halaman saja dari buku itu.
“Di Munster, Westphalia, menjelang pertengahan abad ke 17, sebuah wabah
penyakit terjadi dimana setiap harinya menelan banyak sekali kurbannya. Rasa
takut telah melemahkan sifat kemurahan hati dari sebagian besar penghuni biara
itu, dimana hanya sedikit saja ada orang yang mau dan berani merawat
orang-orang yang terkena wabah itu. Lalu Pastor John Fabricius terdorong oleh
semangat dari Laynez dan Ignatius, segera turun tangan mengurbankan dirinya.
Dengan mengesampingkan semua kewaspadaan bagi dirinya sendiri dia menghabiskan
waktunya untuk mengunjungi orang-orang yang sakit, memberi obat kepada mereka,
atau memberikan suasana lingkungan kematian Kristiani bagi mereka yang sudah
sekarat. Dia melayani pengakuan dosa mereka, memberikan Sakramen-sakramen
lainnya, menguburkan mereka dengan tangannya sendiri, dan merayakan Misa Kudus
demi istirahat jiwa-jiwa mereka”.
“Kenyataannya, selama hidupnya hamba Allah ini memiliki devosi yang besar
kepada jiwa-jiwa suci”.
“Diantara semua tindakan kebaikannya yang paling menyenangkan dia dan yang
selalu dia anjurkan adalah mempersembahkan Kurban Kudus bagi orang yang
meninggal, sesuai dengan aturan yang ada. Sebagai akibat dari kebiasaannya itu
seluruh imam-imam di Munster bersepakat untuk mempersembahkan satu hari penuh
setiap bulan bagi jiwa-jiwa orang yang meninggal. Mereka menghiasi
Gereja-gereja dengan warna hitam dan berdoa dengan penuh semangat bagi orang
yang meninggal”.
“Tuhan telah berkenan, seperti biasa yang Dia lakukan, memberikan ganjaran
kepada Pastor Fabricius, dan mendorong semangatnya melalui berbagai penampakan
dari jiwa-jiwa yang menderita itu kepadanya”.
“Beberapa jiwa ada yang meminta kepadanya untuk mempercepat pembebasan
mereka. Yang lainnya ada yang berterima-kasih kepadanya karena keringanan yang
diberikan kepada mereka. Yang lain lagi menyatakan kepadanya saat bahagia dari
pembebasan mereka”.
“Tindakan kemurahan hatinya yang terbesar adalah apa yang dia lakukan pada
saat kematiannya. Dengan sebuah tindakan kemurahan hati yang sangat terpuji dia
melakukan kurban : segala permohonan, doa-doa, Misa Kudus, indulgensi, dan
tindakan matiraga yang diberikan oleh the
Society of Jesus kepada para anggotanya yang meninggal, hal ini semua dia
serahkan bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian. Dia memohon kepada Allah agar
meluputkan dia dari semua jasa itu demi keringanan penderitaan jiwa-jiwa,
dimana hal ini sangat menyenangkan Kebesaran IlahiNya”.
Kita telah pernah membicarakan tentang Pastor Nieremberg yang terkenal
karena karya-karya kebajikannya yang dia terbitkan mengenai keutamaan-keutamaan
yang dia lakukan. Devosinya kepada jiwa-jiwa suci tidak terbatas kepada kurban
dan doa-doa saja, tetapi dia juga mau menderita bagi mereka dengan sebuah
kemurahan hati yang sangat berani.
Diantara para penitentnya di Madrid, ada seorang wanita yang terkenal, yang
oleh nasihat-nasihatnya yang sangat bijaksana, wanita itu telah memperoleh
keutamaan yang tinggi ditengah-tengah dunia ini. Namun wanita itu disiksa oleh
rasa takut akan kematian yang terlalu berlebihan jika dia merenungkan tentang
Api Penyucian. Wanita itu jatuh sakit keras dan rasa takutnya meningkat
sedemikian rupa sehingga wanita itu hampir kehilangan sifat Kristianinya yang agung.
Bapa pengakuannya yang suci itu menerapkan segala cara yang bisa dilakukannya
namun sia-sia belaka. Dia tidak berhasil memulihkan ketenangan wanita itu,
bahkan dia tak mampu memberikan Sakramen Perminyakan kepadanya.
Untuk menandai kenyataan yang menyedihkan ini, wanita itu tiba-tiba
kehilangan kesadarannya hingga keadaannya menjadi sangat gawat. Si Pastor tadi,
dia merasakan adanya bahaya resiko yang dialami oleh jiwa wanita itu. Segera
dia menuju ke kapel yang ada didekat kamar wanita itu. Disitu dia
mempersembahkan Kurban Kudus dengan semangat yang besar agar wanita itu
memperoleh waktu yang cukup untuk menerima Sakramen-sakramen Gereja. Pada saat
yang sama didorong oleh kemurahan hati yang heroik, dia menyerahkan dirinya
sebagai kurban kepada Pengadilan Ilahi agar didalam hidup ini dia mengalami
penderitaan yang seharusnya diterima oleh jiwa wanita itu di Api Penyucian
nanti.
Doa-doanya didengarkan. Belum berapa lama setelah Misa Kudus berakhir,
wanita yang sakit itu tersadar kembali, dan didapati bahwa dia sudah berubah
sama sekali. Dia sangat sadar akan dirinya dan meminta Sakramen Perminyakan
yang kemudian dia terima dengan penuh semangat. Lalu bapa pengakuannya itu,
setelah menasihati dia agar tidak takut lagi kepada Api Penyucian, maka wanita
itu menghembuskan napasnya yang terakhir dengan sebuah senyuman di bibirnya.
Dari sejak itu Pastor Nieremberg menjadi akrab dengan segala macam
penderitaan, baik pada tubuh maupun pada jiwanya. Sisa 16 tahun kehidupannya
menjadi sebuah perjalanan kemartiran yang panjang dan menjadi sebuah pengalaman
Api Penyucian di dunia ini yang terasa amat keras baginya. Tak ada keringanan
dari manusia yang bisa menyenangkannya. Satu-satunya penghiburannya adalah
ingatan akan sumber yang suci yang dia tanggung itu. Akhirnya kematian
mengakhiri penderitaannya yang amat menyakitkan itu, dan pada saat yang sama,
kita bisa mempercayai, bahwa kematian itu sekaligus membuka pintu-pintu Surga
baginya, karena telah tertulis “Terberkatilah orang yang murah hatinya, karena
mereka akan menerima kemurahan”.
No comments:
Post a Comment