Uskup SCHNEIDER:
PAUS YANG ‘NAMPAKNYA’ MENGIJINKAN
TINDAKAN PERZINAHAN HARUS MEMIKUL TANGGUNG JAWAB YANG SANGAT BESAR
by Lianne Laurence
POLAND, August
31, 2017 (LifeSiteNews)
— Anjuran apostolik Amoris Laetitia dari PF nampak
sedang berjalan menuju sebuah ‘pemahaman pastoral’ yang ‘mengijinkan para
pezinah untuk terus hidup di dalam perzinahan’, demikian kata uskup Athanasius Schneider.
“Akibat dari tindakan ini, bagi
banyak umat, adalah berupa kutukan kekal,” demikian kata Schneider. “Kita
tak boleh bermain-main dengan kehidupan kekal kita, seperti kata peribahasa: kita
tak boleh bermain api.”
Dan PF memikul tanggung jawab yang sangat
besar atas situasi Gereja Katolik saat ini, demikian kata uskup pembantu di
wilayah Astana, Kazakhstan ini pada konperensi mengenai Tradition,
Faith and Property di Polandia baru-baru ini. Uskup Schneider
menjawab pertanyaan mengenai bagaimana imam-imam harus menerapkan
prinsip-prinsip ‘pemahaman pastoral’ yang disebutkan di dalam Amoris Laetitia bagi
situasi umat yang bercerai dan kemudian menikah lagi secara sipil yang tidak
bersedia menghentikan relasi sexual dengan pasangan barunya, demikian laporan Church Militant.
Secara terang-terangan Schneider mendukung
dubia dari empat orang kardinal yang mengajukan lima buah pertanyaan kepada PF untuk
menjernihkan situasi kebingungan yang disebabkan oleh Amoris Laetitia, yang kemudian
telah memecah-belah Gereja Katolik, dimana ada berbagai kelompok uskup yang mengeluarkan
panduan yang saling bertentangan yang dibuat berdasaran penafsiran yang berbeda
mengenai dokumen (Amoris Laetitia) yang kontroversial
itu.
Di dalam jawabannya, uskup Schneider
berbicara tentang adanya ‘pengenalan / pemahaman / pembedaan’ yang benar (true discernment) dan ‘anti-discernment’ atau ‘discernment-palsu”.
Yang pertama, di dalam ‘discernment’ yang benar, terjadi dialog seperti halnya dialog antara
ular dengan Hawa, untuk mencari pemahaman ‘guna mematuhi Tuhan atau tidak
mematuhi Tuhan,’ demikian kata Schneider
Ketika Hawa berkata kepada setan bahwa
Tuhan melarang dia makan buah itu, kemudian setan berkata “Oh marilah kita
melakukan sebuah pemahaman… apakah yang dikatakan Tuhan?”, demikkan kata Schneider.
Hawa menjawab: Tuhan berkata, bahwa
jika kami makan buah itu maka kami akan mati.
Tetapi setan menjawab: Oh tidak !
Marilah kita mencoba memahami perintah Tuhan itu. Kamu akan tahu apa arti
kebaikan itu.
Hasil dari usaha pemahaman ini
adalah sebuah bencana bagi seluruh umat manusia. Maka saat ini kita membawa di
dalam jiwa kita, tubuh kita, akibat-akibat dari dosa asal itu, pemahaman yang salah
itu.
“Pemahaman hanya bisa dilakukan demi
tujuan yang baik. Pemahaman hanya dilakukan untuk menggenapi kehendak Tuhan,”
demikian kata Schneider.
“Adalah jelas merupakan kehendak Tuhan
bahwa perbuatan sexual itu diijinkan dan dikehendaki oleh Tuhan di dalam sebuah
ikatan perkawinan yang sah. Inilah kehendak yang jelas dari Allah. Tak ada kecualinya,“
kata Schneider menegaskan.
“Namun, dengan terus melakukan
perzinahan, berarti hal itu tidak melaksanakan kehendak Allah, karena tindakan
itu menentang Allah.”
“Karena itu, adalah sebuah ‘anti-discernment’ atau sebuah discernment-palsu yang menguatkan jiwa-jiwa untuk bertahan di dalam perbuatan
dosa. Hal ini akan menuntun jiwa kepada bahaya yang lebih besar, karena jiwa itu
akan menerima hukuman kekal.”
“Contoh lainnya, pada orang yang suka
berbohong, dia akan berkata: Marilah kita melakukan pembedaan atau pemahaman,
agar aku bisa terus berbohong. Jika ada orang yang suka mencuri… OK… karena aku ingin selalu terkait dengan pencurian…. Marilah
kita melakukan pembedaan atau pemahaman bahwa aku masih bisa ‘sedikit’ terus
mencuri.”
“Tindakan melakukan ‘pembedaan atau
pemahaman palsu’ ini bisa dibawa hingga ke dalam kamar pengakuan dosa hingga
mengijinkan pezinah terus melakukan perzinahan, karena yang bersangkutan ‘merasa
benar’ (melalui penafsirannya yang keliru). Padahal perintah Tuhan jelas
melarang kita berzinah.“
“Ini adalah sebuah tindakan yang kontradiktiv
dan membawa bahaya yang besar bagi jiwa, dimana imam yang memberi ijin perbuatan
zinah itu untuk terus dilakukan juga memikul tanggung jawab yang sangat sangat besar.”
“Terlebih lagi bagi PF, yang nampaknya
(jelas) mengijinkan hal ini… karena PF tidak berbuat apa-apa untuk mencegah
kesalahan penafsiran ini terjadi,” demikian kata uskup Schneider.
“Begitulah, nampak jelas bahwa Amoris
Laetitia sedang berjalan menuju ke arah ini,” demikian tambah uskup Schneider yang kemudian disusul dengan suara
tepuk tangan yang riuh dari peserta.
Silakan melihat artikel lainnya
disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment