akankah dia bisa menemukan iman?
Mengapa Yesus menyampaikan pertanyaan
itu?
Ini adalah sebuah baris kalimat yang cukup
menggelisahkan di dalam Injil. Terutama dari Injil Lukas: Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi? (Luke 18:8) Kalimat ini lebih dari sekedar menggelisahkan
untuk saat ini, karena Siapa yang menanyakan hal itu. Disamping adanya celoteh
orang-orang bidaah seperti misalnya pastor James Martin, dan beberapa orang
klerus lainnya, yang berkata bahwa ‘Yesus sendiri tidak tahu bahwa DiriNya adalah
Allah,’ tetapi sesungguhnya Dialah yang paling tahu bahwa DiriNya adalah Allah.
Dan karena Allah yang mengajukan pertanyaan tadi, maka jelaslah bahwa Dia tahu
jawabannya lebih dahulu daripada manusia.
Ketika Yesus mengajukan pertanyaan itu 2000 tahun
yang lalu, Dia sudah tahu bagaimana situasi di dunia ketika Dia datang kembali
pada saat Hari Akhir nanti. Karena itu pertanyaan Yesus tadi bukanlah sekedar
pertanyaan biasa saja, tetapi itu adalah sebuah pertanyaan retorik, sebuah
pernyataan dalam bentuk pertanyaan. Begitulah pelajaran akan muncul dari sini:
mengapa Allah mengajukan pertanyaan retorik seperti itu jika hal itu tidak
memiliki relevansi apapun? Jawabnya: Yesus sudah tahu ! Karena itu, inti dari
pertanyaan Yesus itu adalah sebuah nubuat, lebih tepatnya: sebuah peringatan.
Peringatan bahwa di saat mendatang iman akan hampir hilang, bukan iman yang
alami, tetapi iman yang supernatural akan menjadi tipis sekali.
Iman supernatural adalah merupakan keutamaan
teologis dengan apa kita percaya apa yang disampaikan Allah kepada kita hanya
atas otoritasNya sebagai Allah. Kehilangan iman supernatural ini adalah sebuah
tragedi yang mengerikan, dimana iman itu menjadi hilang karena penolakan
terhadap Allah beserta semua ajaranNya. Iman supernatural, seperti halnya
keutamaan supernatural lainnya, misalnya keutamaan pengharapan dan kemurahan
hati, hanya tertuju kepada Allah saja. Tujuannya adalah membawa manusia menuju
kehadiran Allah dan KasihNya. Dan sekali hal itu diberikan, maka iman itu harus
dipertahankan melalui ketaatan kepada perintahNya, seperti yang dikatakanNya
sendiri: “Jika kamu mengasihi Aku maka
kamu akan melaksanakan Perintah-perintahKu dan BapaKu dan Aku akan datang untuk
membuat tempat tinggal Kami di dalam dirimu.”
Karena itu untuk tetap berada di dalam kasih
Allah bergantung kepada bagaimana kita mempertahankan dan melaksanakan
Perintah-perintah Allah, dan Dia telah mengutus para muridNya ketika Dia naik
ke Surga: “Ajarlah mereka untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu.” Karena itu kasih adalah lebih besar daripada sekedar
perasaan saja. Dan ini adalah tindakan dari keinginan, dimana kita
menyelaraskan keinginan kita dengan keinginan Allah, mau menerima
Perintah-perintahNya dengan penuh ketaatan serta pengharapan.
Tak ada cara yang lebih baik dan lebih
bermanfaat untuk melakukan hal ini daripada ikut bersatu di dalam Gereja
Katolik dan bukan sekedar dibaptis menjadi Katolik saja, tetapi juga harus
selalu menjaga diri kita dalam keadaan rahmat. Hal ini berarti bahwa bukan
hanya menerima seluruh ajaran Gereja, karena Gereja mengajar di dalam Pribadi
Kristus, Mempelai Ilahinya, tetapi kita harus memeluk apa yang diajarkan oleh
Gereja. Jika umat Katolik berbuat dosa, maka rahmat itu bisa dipulihkan melalui
pengakuan dosa.
Jika kesetiaan (ketaatan) itu perlu, tetapi apa
yang kita saksikan saat ini di dalam Gereja? Kita melihat betapa banyaknya proses
kehilangan iman yang terlihat dalam bentuk penolakan terhadap perintah-perintah
Allah. Misalnya saja ada 100 orang Katolik di Amerika Serikat, mewakili 70 juta
orang yang dibaptis. 80 dari 100 orang itu tidak mengikuti Misa secara teratur,
melanggar Perintah Ketiga, dan banyak yang tidak peduli dengan hal itu. Jadi
hanya 20 saja yang masih taat. Namun dari berbagai survei dan jajak pendapat
baru-baru ini kita tahu bahwa dari sisa 20 itu, yang 10 menolak beberapa ajaran
fundamental Gereja, seperti misalnya mengenai kontrasepsi.
Beberapa dari peserta Misa mingguan ada yang benar-benar
menolak ajaran Gereja tentang perceraian dan pernikahan kembali secara sipil, hubungan
homoseksual dan bahkan Kehadiran Nyata Kristus dalam Sakramen Mahakudus. Hal ini
menggerus setidaknya 10 persen lagi, sehingga mengurangi jumlah keseluruhan
umat Katolik yang setia tidak lebih tinggi dari 10, atau mungkin kurang dari
itu. Umat Katolik yang mengaku memiliki Iman namun menolak berbagai ajaran Iman
pada dasarnya adalah bukan Katolik. Mereka adalah orang Katolik yang buruk.
Ini adalah satu contoh dosa yang dilakukan. Tetapi
adalah dosa yang berbeda tingkatannya jika sampai menolak Kebenaran. Bahkan
Tuhan telah mengatakan hal itu dengan tegas. Kenyataan menyedihkan yang harus
dihadapi dalam suatu diskusi mengenai topik kekacauan di dalam Gereja dan
bagaimana mengatasinya, harus dimulai dengan perhatian yang serius terhadap
kenyataan yang ada saat ini.
Kurang dari 10 persen umat Katolik, mungkin
jauh lebih sedikit, yang merupakan umat Katolik sejati. Gereja sejati memang
jauh lebih kecil dari apa yang terlihat. Inilah berita mengejutkan yang
menggarisbawahi kenyataan ini, dimana menurut penelitian Pew baru-baru ini, di
Eropa - hampir setengah dari berbagai umat Katolik Eropa memandang Katolik
sebagai "serupa" dengan Protestanisme. Persentase itu sebenarnya
setengah di Prancis dan dua pertiga di Belanda. Hilangnya identitas Katolik terus
berlanjut, tanpa menunjukkan kapan hal itu akan berhenti. Apakah ada umat Katolik
yang serius atau bahkan sedikit khawatir jika ada banyak umat Katolik yang benar-benar
berpikir bahwa pendidikan ulang - tentang katekese - bukanlah hal yang penting di dalam Gereja? Lupakan semua Evangelisasi
Baru, yang merupakan penyimpangan besar dari apa yang diminta oleh Paus Yohanes
Paulus II. Apa yang dibutuhkan adalah "katekese baru," seperti yang
dimaksudkan oleh beliau.
Ini adalah salah satu alasan utama dan tetap
menjadi pendorong mengapa kami membuat upaya kerasulan ini – melalui media St. Michael dan Church Militant. Sebagian
besar umat Katolik di Amerika Serikat ternyata mendukung kenyataan, bahwa
sejumlah orang di dalam keluarga-keluarga
anda tidak lagi mau menerima Iman Katolik. Mereka telah mengalami perpecahan
atau kesesatan ataupun murtad. Mereka telah kehilangan Iman. Sebagian besar
melakukan hal itu karena ketidaktahuan, tapi ketidaktahuan ini bukannya tak bisa
diatasi.
Adalah tugas kami untuk mengajak mereka yang masih
memiliki Iman untuk melakukan apa yang kita bisa untuk mengembalikan orang-orang
kepada Iman. Inilah sebabnya mengapa kami sangat menganjurkan anda untuk
mendaftar berlangganan Premium untuk Church
Militant. ( sign up for a Premium subscription for Church
Militant.) Kami memiliki banyak sekali program Katolik
yang benar, mulai dari kelas-kelas khusus hingga pengarahan bagaimana melakukan
penyelidikan, hingga hampir semua hal yang dapat anda pikirkan – dimana semuanya
itu untuk menolong anda jatuh cinta kepada Iman Katolik dan menentang iblis,
yang dapat saya yakinkan kepada anda, bahwa ia benar-benar nyata ada.
Iman akan menuntun kita untuk mengasihi, tetapi
kita tak bisa mengasihi jika kita tidak kenal. Itulah alasannya mengapa Putera Allah
menyampaikan peringatan tentang berapa banyak iman yang masih tersisa di dunia ketika
Dia kembali. Pengetahuan tentang Iman adalah sangat krusial, dan pengetahuan tentang
Iman inilah yang disediakan oleh Church Militant , dan yang lebih penting lagi adalah jadikanlah program kami sebagai
bagian penting dari pelatihan anda dalam hal Iman.
Silakan melihat artikel lainnya
disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment