CARDINAL BURKE BERDISKUSI SOAL KEMUNGKINAN DIA DI-EXCOM (exkomunikasi)
OLEH PF
By John-Henry Westen
ROMA, 17 April 2018 (LifeSiteNews) – Ada satu
baris pada pidato
Kardinal Raymond Burke pada acara konferensi baru-baru ini yang berjudul "Catholic Church: Where are you going?" yang menyangkut konsekuensi dari ketidaktaatan kepada
Paus Francis. Burke telah mengalami penurunan jabatan di tangan Paus Fransiskus,
tetapi banyak orang yang bertanya-tanya: apa yang akan dia lakukan jika hukuman
atas perlawanannya terhadap tindakan Paus yang menyimpang dari ajaran Gereja itu
akan ditingkatkan menjadi excom.?
LifeSiteNews bertanya
kepada Kardinal Burke kalau-kalau dia pernah membayangkan konsekuensi semacam
itu bagi dirinya sendiri, karena dia telah bertekad untuk melakukan perlawanan
terhadap arahan Paus tentang pemberian Komuni bagi umat Katolik yang bercerai
dan "menikah kembali".
Dalam ceramahnya pada konferensi 7
April 2018 lalu, Kardinal Burke merujuk pada tulisan-tulisan Kardinal Henry
dari Susa, yang disebut sebagai Hostiensis, seorang kanonis abad ke-13.
"Terlepas dari peringatan terbuka serta doa memohon campur tangan Ilahi,
(Hostiensis) tidak menawarkan solusi bagi penyalahgunaan (kepausan) di tengah kekuasaannya
yang penuh," kata Kardinal Burke. “Jika, seorang anggota umat beriman percaya
di dalam hati nuraninya bahwa tindakan tertentu dari seseorang yang berkuasa
penuh (paus) adalah berdosa dan tidak dapat membawa hati nuraninya untuk berdamai
dengan masalah ini, maka 'paus harus, sebagai kewajiban kita, tidak usah ditaati,
dan konsekuensi dari ketidaktaatan ini akan ditanggung dalam kesabaran Kristiani.'”
Kardinal Burke mengatakan kepada LifeSiteNews: "Saya telah
membayangkan konsekuensi seperti itu" jika saya menolak Paus, termasuk exkomunikasi.
"Ya, konsekuensinya bisa sangat parah," katanya. “Seseorang perlu
mengingat bagaimana St. Athanasius, misalnya, diasingkan karena membela
kebenaran dari dua kodrat dalam satu Pribadi Ilahi Tuhan kita.”
St. Athanasius telah dibuang sebanyak
lima kali lebih, oleh uskupnya, selama 45 tahun pemerintahannya sebagai uskup,
karena St. Athanasius mempertahankan kebenaran dari Inkarnasi Tuhan untuk memerangi
ajaran bidaah Arian. Di bawah tekanan, Paus Liberius mengucilkan St. Athanasius
untuk sementara waktu.
“Menderita kesabaran Kristiani berarti
bahwa seseorang tetap setia kepada Kristus di dalam Gereja Katolik-Nya yang
kudus, bahkan jika seseorang menderita di tangan para pemimpin tertentu di
dalam Gereja,” jelas Kardinal Burke. “Itulah yang dikatakan oleh para kudus, seperti
misalnya St. Athanasius dan St. Yohanes Chrysostom, yang mengilhami kami.”
St. John Chrysostom, yang dikenal
karena mengkritik penyalahgunaan wewenang para pemimpin agama dan politik,
diasingkan selama bertahun-tahun. Dia meninggal dalam perjalanan menuju
pembuangan. Bahkan selama di pengasingan, tulisan-tulisannya masih sangat
berpengaruh.
“Menderita dengan kesabaran Kristiani
berarti harus peduli pada satu penghakiman saja, yaitu penghakiman dari Tuhan kita, ketika kita hadir
di hadapan-Nya pada saat kematian kita dan pada Penghakiman Terakhir nanti,”
kata Kardinal Burke dalam tanggapan emailnya kepada LifeSiteNews.
Pada
17-18 Mei 2018, para pemimpin pro-kehidupan, pro-keluarga, dan agama, akan berkumpul di Roma untuk menyusun strategi dalam
mengatasi krisis saat ini yang
terjadi di Vatikan yang
diadakan oleh Rome
Life Forum sebagai
acara tahunan. Acara ini akan menampilkan
dua pembicara utama tetap
setia
kepada
ajaran Katolik, Kardinal Raymond Burke
dan Uskup Athanasius Schneider. Ini akan menjadi kesempatan untuk mengumpulkan
orang-orang yang setia kepada ajaran Kristus dari seluruh dunia untuk memohon terang Roh Kudus agar membimbing Gereja dalam masa krisis yang
besar ini.
Silakan melihat artikel lainnya
disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment