CARDINAL BURKE: TEGURLAH PAUS DEMI MEMATUHI KRISTUS
Sebuah wawancara dengan Cardinal Burke
Ada orang-orang yang menuduh
mereka yang telah menyatakan keraguan, pertanyaan, dan kritik atas tindakan
Paus sebagai bentuk perbuatan yang tidak taat, tetapi "koreksi atas kebingungan
atau kesalahan, bukanlah sebuah tindakan ketidaktaatan, melainkan sebuah bentuk
tindakan ketaatan kepada Kristus dan
dengan demikian termasuk tindakan ketaatan kepada Wakil-Nya di dunia.” Demikian
kata Kardinal Raymond Leo Burke dalam wawancara dengan La Nuova BQ, sebelum
sebuah simposium penting yang akan diadakan di Roma pada Sabtu, 7 April 2018,
dengan tema “ Where Is The Church Going?,” (Kemana Gereja sedang menuju?)” di
mana Cardinal Burke akan menjadi salah satu pembicaranya. Simposium ini akan
diadakan untuk mengenang Kardinal Carlo Caffarra, yang meninggal pada September
lalu (2017), dimana dia adalah salah satu penandatangan Dubia. Dubia ini adalah
berupa lima buah pertanyaan yang
ditujukan kepada Paus Fransiskus yang meminta pernyataan yang jelas dalam hal kesinambungannya
dengan Magisterium sebelumnya, karena terjadinya kebingungan luas yang diakibatkan
oleh interpretasi yang berbeda, dan kadang-kadang bertentangan secara langsung,
yang berkaitan dengan Seruan Apostolik Pasca-Sinode Amoris Laetitia. Namun tidak
pernah ada jawaban dari paus yang diberikan kepada Dubia ini, yang juga
ditandatangani oleh Kardinal Burke; juga Paus Fransiskus tidak pernah mau menanggapi
permintaan berulang-ulang untuk audiensi yang ditujukan kepadanya oleh para kardinal
yang menandatanganinya.
T: Yang Mulia, anda
akan menjadi salah satu pembicara utama di dalam simposium pada 7 April 2018
nanti, yang atas nama Cardinal Caffarra anda akan bertanya tentang kemana arah
Gereja saat ini. Judul simposium itu telah menunjukkan sebuah keprihatinan
terhadap arah yang sedang ditempuh oleh Gereja saat ini. Apa alasan dari
kekhawatiran ini?
J: Kebingungan dan perpecahan di dalam Gereja atas masalah yang
paling mendasar dan penting: pernikahan dan keluarga, Sakramen-sakramen serta
sikap yang tepat untuk menerimanya (Sakramen-sakramen), perbuatan-perbuatan
yang secara intrinsik adalah jahat, kehidupan kekal dan Hal-hal Yang Terakhir –
dimana kebingungan dan perpecahan itu semakin meluas saat ini. Dan Paus tidak
hanya menolak untuk mengklarifikasi semua ini dengan cara menyampaikan doktrin
yang tegas dan menetap serta disiplin Gereja yang sehat – dimana semua ini
adalah sebuah tanggung jawab yang melekat pada pelayanannya sebagai Penerus
Santo Petrus, tetapi dia justru meningkatkan kebingungan yang ada.
T: Apakah anda juga
mengacu pada semakin banyaknya pernyataan pribadi oleh Paus yang telah
dilaporkan oleh orang-orang yang dia ajak bicara?
J: Apa yang terjadi dengan wawancara terakhir paus yang diberikan
kepada Eugenio Scalfari (atheis) selama Pekan Suci dan diterbitkan pada Kamis
Putih yang lalu, telah melampaui apa yang dapat ditolerir. Bahwa seorang atheis
terkenal dapat berpura-pura mengumumkan revolusi dalam ajaran Gereja Katolik,
yang mengklaim berbicara atas nama Paus, yang menyangkal keabadian jiwa manusia
dan keberadaan Neraka, itu adalah sumber skandal yang sangat mendalam, tidak
hanya bagi umat Katolik tetapi juga bagi banyak orang lain yang menghormati
Gereja Katolik dan ajarannya, bahkan meski mereka tidak setuju dengan pernyataan-pernyataan
itu. Selanjutnya, hari Kamis Putih adalah salah satu hari yang paling sakral,
hari dimana Tuhan kita mengesahkan Sakramen Mahakudus dalam Ekaristi dan juga Sakramen
Imamat, sehingga Dia dapat selalu memberi kita buah dari Sengsara dan Kematian
Penebusan-Nya bagi kita demi keselamatan kekal kita. Tanggapan Takhta Suci
terhadap reaksi-reaksi tersinggung yang datang dari seluruh dunia juga sangat
tidak memadai. Alih-alih menyatakan dengan jelas kebenaran tentang keabadian
jiwa manusia dan Neraka, pernyataan Takhta Suci hanya mengatakan bahwa beberapa
kata yang dikutip oleh Scalfari bukanlah perkataan Paus. Pernyataan Vatikan itu
tidak mengatakan bahwa ide-ide yang salah, bahkan sesat, yang diungkapkan oleh perkataan
Scalfari ini tidak diucapkan oleh Paus dan bahwa Paus menolak ide-ide ini, yang
bertentangan dengan iman Katolik. Permainan kata yang berkaitan dengan iman dan
doktrin ini, pada tingkat tertinggi Gereja, telah membuat para pastor dan umat
beriman merasa sangat tersinggung, dan memang demikian kenyataannya.
T: Jika
pernyataan-pernyataan itu adalah kesalahan yang serius dan menimbulkan rasa
malu bagi Gereja, sungguh mengherankan betapa banyaknya pastor-pastor yang
tetap diam tentang hal itu.
J: Tentu saja, dan situasinya semakin diperparah oleh sikap diam dari
banyak uskup dan kardinal yang bersama-sama dengan Paus Roma seharusnya menaruh
perhatian kepada Gereja universal. Beberapa hanya mengatakan: no comment. Yang
lainnya berpura-pura seolah tidak ada yang serius yang terjadi. Yang lain lagi
justru menyebarkan fantasi tentang "Gereja baru", yaitu sebuah Gereja
yang menempuh arah yang sama sekali berbeda dari masa lalu, berfantasi,
misalnya, tentang sebuah "paradigma baru" bagi Gereja atau tentang
perubahan radikal dari praktek pastoral Gereja, hingga membuat Gereja
benar-benar baru sama sekali. Kemudian ada juga orang-orang yang menjadi
pendukung antusias dari apa yang disebut sebagai revolusi Gereja Katolik. Bagi
umat beriman yang setia yang memahami kegawatan situasi ini, kurangnya arahan
doktrinal dan disipliner dari pastor-pastor mereka, membuat mereka merasa
tersesat. Bagi umat beriman yang tidak memahami kegawatan situasi saat ini,
kurangnya pengarahan ini telah membuat mereka kebingungan dan akhirnya menjadi
korban kesalahan yang membahayakan jiwa mereka. Banyak orang yang dibaptis
dalam gereja Protestan, dan kemudian masuk ke dalam persekutuan penuh dengan Gereja
Katolik, karena komunitas gerejanya yang asli meninggalkan Iman Apostolik, mereka
sangat menderita oleh situasi ini - mereka merasa bahwa Gereja Katolik
mengalami hal yang sama: jalan menurun yang menjauhi iman sejati.
T: Apa yang anda
gambarkan ini adalah situasi yang apokaliptik ...
J: Seluruh situasi ini, bagi saya, nampaknya merefleksikan lebih
tepat lagi pesan dari Bunda Maria Fatima yang memperingatkan tentang kejahatan
- bahkan lebih serius daripada kejahatan besar yang diderita akibat dari
penyebaran komunisme atheis - yang merupakan kemurtadan dari iman di dalam
Gereja. Paragraf 675 dari Katekismus
Gereja Katolik mengajarkan kepada kita bahwa “sebelum kedatangan Kristus
yang kedua, Gereja harus melewati ujian terakhir yang akan mengguncang iman
banyak orang,” dan bahwa “penganiayaan yang menyertai peziarahannya di bumi
akan mengungkapkan "misteri kedurhakaan" dalam bentuk penipuan agama
yang menawarkan kepada manusia sebuah solusi nyata atas masalah mereka dengan
harga: kemurtadan dari kebenaran." Dalam situasi seperti itu, para uskup
dan kardinal memiliki kewajiban untuk mewartakan doktrin Gereja yang sejati.
Pada saat yang sama, mereka harus memimpin umat beriman untuk melakukan
pertobatan dan perbaikan karena pelanggaran yang ditujukan kepada Kristus serta
luka-luka yang ditimbulkan pada Tubuh Mistik-Nya, Gereja, ketika iman dan
disiplin Gereja tidak dilindungi dengan benar dan dipromosikan oleh para pastornya.
Seorang Kanonis besar abad ke-13, Enrico da Susa (atau dari Ostia), menjawab
pertanyaan sulit tentang bagaimana mengoreksi seorang Paus Roma yang bertindak
dengan cara yang bertentangan dengan jabatannya, dia menegaskan bahwa para
kardinal merupakan sebuah kontrol de
facto terhadap kesalahan kepausan.
T: Tanpa bisa diragukan
lagi, saat ini sosok Paus Fransiskus sangat banyak didiskusikan orang. Hal itu berupa
pemujaan yang keterlaluan atas setiap tindakan kecil yang dilakukannya terhadap
kritikan tajam atas pernyataan dan sikapnya yang serba ambigu. Namun dalam
beberapa hal, masalah bagaimana Gereja harus berhubungan dengan Paus masih berlaku
bagi setiap kepausan. Beberapa hal masih perlu diklarifikasi. Apa yang digambarkan
oleh Paus untuk Gereja?
J: Menurut ajaran Gereja yang
menetap, Paus, dengan kehendak Kristus yang nyata, adalah "prinsip dan
landasan persatuan yang abadi dan kasat mata dari para uskup dan umat
beriman" (Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, Konsili Vatikan II, paragraf
23). Ini adalah pelayanan penting dari Paus untuk menjaga dan mempromosikan kekayaan
iman, doktrin yang benar, dan disiplin yang sehat yang sejalan dengan kebenaran
yang diyakini. Dalam wawancara yang sudah disebutkan dengan Eugenio Scalfari,
Paus dipuji sebagai seorang yang "revolusioner". Tetapi Jabatan
Petrus sama sekali tidak ada hubungannya dengan revolusi. Sebaliknya, ia ada secara
eksklusif untuk mempertahankan dan menyebarkan iman Katolik yang tidak berubah,
yang menuntun jiwa-jiwa menuju pertobatan hati dan yang membawa seluruh umat
manusia menuju kesatuan berdasarkan aturan yang ditetapkan oleh Allah di dalam
ciptaan-Nya dan di atas segalanya, di dalam hati manusia, sebagai satu-satunya
makhluk di bumi yang diciptakan seturut Gambaran Allah. Ini adalah aturan yang dipulihkan
Kristus melalui Misteri Paskah yang kita rayakan di hari-hari Paskah ini. Rahmat
Penebusan yang memancar dari Hati-Nya yang tertusuk ke dalam Gereja, ke dalam
hati para anggota-Nya, memberi mereka kekuatan untuk hidup sesuai dengan aturan
dan tatanan ini, yaitu, di dalam persekutuan dengan Allah dan dengan sesama.
T: Tentunya Paus bukanlah
penguasa absolut, namun saat ini peran itu secara luas nampak seperti itu.
"Jika Paus sudah mengatakan demikian ..." ini adalah cara umum untuk
memotong setiap pertanyaan atau keraguan atas penegasan apa pun yang dibuat oleh
Paus. Ini semacam pemujaan terhadap paus. Bagaimana anda akan menanggapi ini?
J: Gagasan kepenuhan
kekuasaan Paus Roma jelas ditetapkan oleh Paus St. Leo Agung (abad ke lima). Para
ahli hukum canon abad pertengahan sangat berkontribusi pada pemahaman mendalam
tentang kekuatan yang melekat di Jabatan Petrus. Kontribusi mereka itu tetap
abadi dan penting. Gagasannya cukup sederhana. Paus, dengan kehendak ilahi, memiliki
semua kekuasaan yang diperlukan untuk dapat menjaga dan mewartakan iman yang
benar, ibadat ilahi yang benar, serta disiplin yang diperlukan. Kekuasaan ini
tidak berhubungan dengan orangnya, tetapi dengan jabatannya sebagai Penerus
Petrus. Di masa lalu, sebagian besar paus tidak pernah mengumumkan tindakan dan
pendapat pribadi mereka, sehingga tidak ada risiko bahwa umat beriman bisa menjadi
bingung dengan apa yang mereka (sebagai paus) lakukan secara pribadi dan
berpikir sebagai Penerus Santo Petrus. Saat ini, terdapat kebingungan yang
berbahaya dan membahayakan antara pribadi paus dan jabatan paus, yang
mengakibatkan tidak jelasnya Jabatan Petrus dan dalam konsep duniawi dan
politik dari pelayanan Paus Roma di dalam Gereja. Gereja ada untuk keselamatan
jiwa. Setiap tindakan Paus yang merongrong dan melemahkan misi penyelamatan
Kristus di dalam Gereja, apakah itu tindakan sesat atau tindakan yang dengan
sendirinya memang berdosa, tidaklah ada artinya dari sudut pandang Jabatan
Petrus. Demikian juga jika ada tindakan Paus yang menyebabkan kerusakan serius
bagi jiwa-jiwa, hal itu tidak menuntut ketaatan para pastor dan umat beriman
untuk melakukan hal serupa. Kita harus selalu membedakan tubuh manusia yang menjadi
Paus Roma dari tubuh Paus Roma, yaitu, orang yang menjalankan jabatan Santo
Petrus di dalam Gereja. Pembedaan ini dilakukan agar kita tidak bersikap
mendewakan kepausan, yang menyebabkan hilangnya kepercayaan kepada Jabatan
Petrus, yang secara ilahiah telah dilembagakan dan dipertahankan.
T: Apakah yang harus dipegang
umat Katolik sebagai yang paling penting dalam hubungannya dengan Paus?
J: Seorang Katolik harus
selalu menghormati, dengan cara yang mutlak, Jabatan Petrus, yang merupakan
bagian penting dari lembaga Gereja yang didirikan oleh Kristus. Segera setelah
seorang Katolik tidak lagi menghormati jabatan Paus, maka dia bisa dianggap
sebagai memisahkan diri atau murtad dari iman. Pada saat yang sama, seorang
Katolik harus menghormati orang yang ditugasi untuk menjabat sebagai Paus, yang
berarti dia harus memperhatikan pengajaran dan arahan pastoralnya. Rasa
hormat ini juga termasuk kewajiban untuk menyatakan kepada Paus penilaian hati
nuraninya yang terbentuk dengan benar, ketika Paus menyimpang atau nampaknya
menyimpang dari doktrin dan disiplin yang benar atau ketika Paus meninggalkan
tanggung jawab yang melekat pada jabatannya. Berdasarkan hukum alam, oleh
Injil, dan oleh tradisi disiplin Gereja yang menetap, umat beriman diharuskan
untuk mengungkapkan kepada para pastor mereka keprihatinan mereka terhadap
keadaan Gereja. Umat beriman memiliki tugas ini, dan di dalam tugas ini melekat
hak untuk menerima tanggapan dari para pastor mereka.
T: Jadi, apakah mungkin
mengkritik Paus? Dan dalam kondisi apa?
J: Jika Paus tidak memenuhi tugasnya
demi kebaikan semua jiwa, maka tidak hanya mungkin, tetapi juga perlu,
mengkritik Paus. Kritik ini harus mengikuti ajaran Kristus mengenai teguran
persaudaraan seperti dalam Injil (Matius 18: 15-18). Pertama, umat beriman atau
pastor hendaknya menyampaikan kritik atau tegurannya secara pribadi, yang akan
memungkinkan Paus memperbaiki dirinya sendiri. Tetapi jika Paus menolak untuk
memperbaiki caranya mengajar atau cara bertindaknya yang sangat buruk, maka kritikan
atau teguran itu harus dipublikasikan, karena hal itu berkaitan dengan kebaikan
bersama di dalam Gereja dan di dunia. (Hal ini telah dilakukan oleh para cardinal
pengusul dubia). Beberapa orang telah menyalahkan mereka yang secara
terbuka menyampaikan kritik terhadap Paus, seolah-olah itu adalah manifestasi dari
pemberontakan atau ketidaktaatan. Tetapi sebenarnya itu adalah usaha untuk
meminta - dengan rasa hormat karena jabatannya - untuk mengatasi kebingungan
atau kesalahan, dan ini bukanlah sebuah tindakan ketidaktaatan, tetapi tindakan
ketaatan kepada Kristus, dan dengan demikian ketaatan kepada Wakil-Nya di dunia.
++++++++++
Mat 18:15 "Apabila
saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan
nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.
Mat 18:16 Jika ia tidak
mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas
keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.
Mat 18:17 Jika ia tidak
mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak
mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak
mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
Mat 18:18 Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga
dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.
Originally
published at La Nuova
Bussola Quotidiana. Translated by Giuseppe Pellegrino
and reprinted with permission.
Silakan melihat artikel lainnya
disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment