Cardinal Burke at the Rome Life Forum in Rome, May 18,
2018.
Steve Jalsevac /
LifeSiteNews
KARDINAL BURKE : DOKUMEN KERJA SINODE AMAZON ADALAH
'KEMURTADAN,’ IA TAK BISA MENJADI AJARAN
GEREJA
https://www.lifesitenews.com/news/cardinal-burke-amazon-synod-working-doc-is-apostasy-cannot-become-church-teaching
13 Agustus 2019 (LifeSiteNews) - Cardinal Raymond Burke mengatakan bahwa dokumen kerja yang digunakan untuk sinode Pan-Amazon
mendatang, yang diselenggarakan oleh Vatikan atas permintaan Paus Francis,
adalah menjurus kepada “kemurtadan.”
Kardinal Burke menyampaikan komentar ini ketika ditanya dalam
wawancara didalam Youtube 13 Agustus lalu apakah dokumen kerja yang dikenal
sebagai Instrumentum Laboris (IL) untuk Sinode 6-27 Oktober dapat menjadi keputusan
definitif untuk Gereja Katolik. Kardinal Burke menjawab, “Tidak mungkin.
Dokumen itu adalah kemurtadan. Ini tidak bisa menjadi ajaran Gereja, dan dianggap
sebagai kehendak Allah, maka seluruh masalah itu harus dihentikan.”
Kardinal Burke menyampaikan komentar ini dalam wawancara luas
dengan pembawa acara Katolik, Patrick Coffin. Penyelenggara utama Sinode Amazon
telah banyak dikritik karena menggunakan acara tersebut untuk mendorong adanya diakon
perempuan dan imam yang menikah.
Kardinal Burke, dalam sebuah diskusi dengan Coffin mengenai
politisi dan orang-orang yang secara terbuka menyimpang dari kepercayaan dasar
yang dianut oleh Gereja, mendefinisikan bidaah dan kemurtadan.
“Bidaah adalah penyangkalan, penyangkalan secara sadar dan sukarela
terhadap kebenaran iman. Misalnya, imam Arius zaman dulu, yang menyangkal dua sifat
dan satu pribadi dari Tuhan kita Yesus Kristus. Jadi, bidaah diarahkan pada
kebenaran tertentu yang disangkal oleh seseorang, sedangkan kemurtadan adalah
penyimpangan secara menyeluruh dari iman, penyimpangan dari Kristus secara umum
dan banyak kebenaran iman,” katanya.
Burke, dalam wawancara yang berbeda, mengomentari pernyataan
yang dibuat oleh para penyelenggara sinode yang menyarankan adanya pelonggaran terhadap
aturan selibat dalam imamat untuk wilayah Amazon, dengan mengatakan bahwa hal itu
akan mempengaruhi seluruh Gereja di seluruh dunia. "Sungguh tidak
jujur" kata Burke, jika pertemuan sinode Oktober nanti adalah untuk "mengobati masalah selibat klerus untuk
wilayah itu saja," katanya pada bulan Juni.
Paus Francis mengumumkan tahun lalu bahwa Sinode para Uskup bulan
Oktober untuk wilayah Pan-Amazon, akan bertemu di Roma dengan tujuan
mengidentifikasi "jalan baru untuk evangelisasi umat Allah di wilayah
itu," terutama masyarakat adat yang sering dilupakan dan tanpa prospek
masa depan yang tenang."
Kardinal Walter Brandmüller dan Gerhard Muller juga
mengkritik dan mengutuk dokumen kerja Sinode Amazon. Kardinal Walter
Brandmüller menyebut dokumen kerja tersebut sebagai “sesat” dan “murtad” dari
Wahyu Ilahi. Dia meminta hierarki untuk "menolak" dengan "segala
ketegasan."
Kardinal Gerhard Mueller mengecam apa yang dia sebut terminologi yang
ambigu dan “pengajaran yang salah” dari dokumen itu. Dia juga mempertanyakan
apa yang disebutnya sebagai "hermeneutika terbalik." "Gereja digunakan
sebagai sarana bagi tujuan-tujuan yang bersifat sekuler." Mueller mengatakan
bahwa dokumen kerja itu menyajikan perubahan total dan radikal dari
hermeneutika teologi Katolik. Bukannya menggarisbawahi ajaran Gereja atau
mengutip Kitab Suci, Muller juga menulis bahwa Instrumentum Laboris berbicara
di seputar dokumen-dokumen magisterium
terbaru dari Paus Francis, ditambah dengan beberapa referensi pada dokumen dari
Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI.
Leonardo Boff, seorang teolog Brasil dan imam yang
dianugerahi pujian yang secara luas dianggap sebagai “theolog acuan” untuk sinode dan eksponen penting dari teologi Pembebasan,
menyatakan bahwa dia melihat pemilihan Paus Francis sebagai sebuah ‘musim semi’ bagi Gereja
Katolik. Dalam
bukunya Francis of Rome and Francis of Assisi, Boff menegaskan keyakinannya bahwa Paus Francis tengah melaksanakan
teologi Pembebasan karena pengabdiannya kepada kaum miskin. Boff juga menyatakan
bahwa penahbisan pria yang menikah akan merupakan hasil dari sinode mendatang. Dalam sebuah
wawancara dengan Deutsche Welt, Boff memuji-muji Paus karena telah memulai "revolusi" di dalam Gereja.
Teologi pembebasan secara khusus dikutuk oleh St Paus Yohanes Paulus II pada
tahun 1985 karena berusaha untuk menggabungkan ajaran Marxis dengan
ajaran-ajaran Katolik dengan alasan untuk membantu kaum miskin, terutama di
Amerika Latin.
Kardinal Burke mengatakan dalam wawancaranya dengan Coffin
bahwa media sekuler dan beberapa media Katolik telah “memuliakan” paus Francis dengan
menyebutnya sebagai seorang “revolusioner.” Burke mengatakan bahwa lembaga kepausan
tidaklah bersifat revolusioner, karena fungsi utamanya adalah untuk “melindungi
doktrin Iman dan disiplin Gereja agar bisa menjadi prinsip dan landasan
persatuan di dalam Gereja.”
Burke menambahkan: "Jika
Anda memberi tahu saya bahwa Paus adalah seorang revolusioner, saya akan sangat
khawatir karena hal itu tidak ada hubungannya dengan kepausan."
No comments:
Post a Comment