the Vortex:
sebuah
pengertian baru tentang apa yang dianggap ‘normal’
Ia harus ditolak, dilawan dan dikalahkan
August 26, 2019
Sekarang sudah satu tahun lamanya -
tepatnya kemarin – dimana yang pertama dari serangkaian bom diledakkan oleh uskup
agung Carlo Maria Viganò di tengah dunia Katolik.
Ingatlah akan konteksnya: Laporan
dewan juri Pennsylvania telah dirilis kira-kira seminggu sebelumnya, dan ia menjadi
topik utama dalam pers sekuler.
Para kardinal sesat dari ‘Kaum
Mapan’ dalam Gereja bersikap agak defensif, mereka memainkan permainan gasing (yang
berputar-putar) dan sepakat untuk berbohong tentang semua yang mereka tahu.
Berita tentang McCarrick telah keluar dua bulan sebelumnya dan telah menjadi sebuah
kenyataan yang gamblang.
Berbagai umat Katolik, yang sampai
saat itu dalam keadaan mengantuk tentang semua kejahatan ini, mulai menjadi
merah wajahnya ketika berita itu muncul, artinya: mata mereka terbuka.
Vatikan telah berhasil dengan
cekatan menghindari komentar yang keras tentang apa yang sedang terjadi di Gereja
Amerika Serikat. Dan kemudian, tepat ketika Paus naik pesawat dari perjalanan
ke Irlandia, berita itu pecah seperti petir raksasa.
Mantan duta besar Vatikan untuk
Amerika Serikat, nuncio kepausan, Carlo Maria Viganò, seorang pria yang
sangat disegani, muncul di muka umum, mengungkapkan bahwa tidak hanya semua
yang dilaporkan tentang McCarrick adalah benar, tetapi yang jauh lebih penting,
Paus sendiri sudah tahu hal itu, sebuah rombongan besar uskup AS terlibat dalam
upaya menutup-nutupi ala mafia, dan banyak dari mereka adalah pelaku homoseksual
yang aktif dan Paus harus mengundurkan diri.
Untuk menambah keseriusan
kesaksiannya, Viganò
mengakui bahwa dia akan bersembunyi selama sisa hidupnya, karena takut akan
pembalasan yang mematikan.
Kesaksian Viganò memaksa seluruh
masalah kembali ke halaman depan dan menjadi topik utama di dunia media
Katolik.
Berita Itu mengejutkan dan menarik
perhatian semua orang, khususnya apa yang kemudian disebut oleh Viganò sebagai ‘mafia
gay busuk’ yang sedang menjalankan Gereja, mereka benar-benar lengah.
Memang, hari-hari menjelang rilis
kesaksiannya kita telah melihat pergeseran momentum kembali kepada Kaum Mapan dalam
gereja Amrik; mereka telah mengabaikan para pendusta seperti Donald Wuerl dan
Kevin Farrell, demi menyangkal bagian tersembunyi dari kisah seputar McCarrick.
Wuerl menjadi pusat perhatian, yang
cukup berarti karena dia adalah orang yang telah menggantikan McCarrick di D.C.
dan menutupi kejahatannya.
Dia melakukan berbagai wawancara di
mana dia berkata bohong. Para kardinal lainnya bergegas mengangkat mikrofon
untuk berbohong dan menyangkal juga.
McCarrick mungkin bersalah, kata
mereka, tetapi karena ‘iklim’ yang memungkinkan monster jahat seperti itu bisa
naik pangkat, mereka semua "terkejut"
Wuerl, berbicara kepada Pastor Thomas Rosica yang suka
berbohong, curang, dan sekarang dipermalukan, dan berkata bahwa umat Katolik tidak perlu khawatir,
Gereja tengah berjalan dengan baik.
Kaum Mapan dalam gereja Amrik berusaha
memegang kendali atas pengiriman pesan, yang agak mudah dilakukan ketika Anda
benar-benar tidak bertanggung jawab dan tidak transparan.
Ini adalah latar belakang, pada suatu
pagi di musim panas yang membuat ngantuk, ketika bom kebenaran Viganò meledak
di atas Paus Francis dan mafia gay yang busuk.
Para homoseksual dalam hierarki gereja
menjadi kebingungan, tidak ada yang tahu bagaimana merespons karena mereka tahu
itu adalah kebenaran. Para pembohong dan penipu selalu lunglai dan loyo saat
dihadapkan pada realita; itu adalah sebuah momen "keadaan tanpa daya."
Bahkan Paus Francis sendiri benar-benar
kebingungan ketika para wartawan mengajukan berbagai pertanyaan kepadanya. Pada
saat itulah dia memberikan jawaban yang paling layak diingat dari zaman kepausan
ini: "Saya tidak akan mengatakan sepatah kata pun."
Ungkapan itu – yang bukan "who am I to judge?" - akan menjadi ungkapan yang merangkum sifat kepausan ini di
tahun-tahun mendatang.
Pada tahun berikutnya, Viganò terus
mengeluarkan kesaksian baru yang terus menyebabkan ledakan berikutnya. Dia
menyebutkan nama-nama, berbicara tentang contoh kebusukan tertentu dan menyebut
sesama uskup sebagai pembohong.
Akhirnya, dia menyebut sebuah nama bagi
apa yang pertama kali disebutnya sebagai "arus homoseksual" dalam
hierarki: "mafia gay yang busuk."
Kesaksiannya yang tanpa henti
memaksakan sebuah agenda khusus bagi pertemuan para uskup A.S. dalam pertemuan
November di Baltimore.
Dan hal itu juga telah memaksa
tangan Paus bertindak ketika dia langsung turun tangan dan memerintahkan
hierarki A.S. untuk segera meninggalkan topik pembicaraan masalah yang diajukan
Viganò, karena dia akan mengadakan pertemuan yang khusus membahas masalah itu, pencabulan
sexual, pada Februari mendatang di Roma.
Implikasinya adalah bahwa semuanya
akan ditetapkan pada KTT di Roma nanti yang dijadwalkan berlangsung selama tiga
hari. Tetapi bukan itu masalah yang sebenarnya. Itu adalah tipuan, yang
dirancang untuk menutupi dan mengabaikan dorongan klaim Viganò, bahwa kejahatan
itu disebabkan oleh mafia gay yang busuk.
Bersama-sama, Paus dan Cdl. Pembohong,
Blase Cupich dan Donald Wuerl, yang akhirnya harus mundur dengan malu, karena mereka
berdua mengarang alasan bahwa itu bukanlah "mafia gay korup,"
melainkan karena "klerikalisme" yang harus disalahkan atas kejahatan
tersebut.
Cupich yang telah dikirim oleh Paus
untuk memadamkan api, melarang penyebutan homoseksualitas pada saat KTT
Februari, atau berbicara tentang klerus homopredator yang mencabuli orang dewasa,
bukan mencabuli anak-anak di bawah umur.
Pembicaraan mengenai para seminaris
yang dicabuli dan dianiaya secara sexual oleh staf seminari yang homoseks, benar-benar
dilarang.
KTT Roma pada bulan Februari adalah
tempat para mafia gay yang korup mendapatkan kembali kendali pembicaraan. Dalam
benak umat Katolik yang peduli, pengertian ‘normal’ yang baru telah ditetapkan.
Homoseksualitas dalam jajaran klerus
sekarang terbuka, dan Roma tidak peduli. Kurangnya akuntabilitas dalam
kehidupan ini, dan konsentrasi kekuasaan, telah memungkinkan mafia gay yang
korup untuk kembali kepada bisnis mereka seperti biasa.
Orang-orang seperti James Martin,
imam homosex, bahkan merasa lebih bebas
sekarang.
Masalahnya sekarang sudah keluar
dari kamar closet, sekarang umat bisa dibohongi dan diputar-putar tanpa henti,
dan umat sekarang dapat direndahkan dan diejek oleh berbagai klerus melalui istilah-istilah
politik yang tinggi seperti, misalnya, ‘fanatik’ dan ‘pembenci.’
Yang jelas sangat menyilaukan
adalah ini: Kebusukan dan kekotoran mafia gay yang korup itu lebih dalam dan
lebih luas daripada yang dibayangkan oleh siapa pun yang mencintai Gereja.
Kebusukan dan kekotoran ini telah
ditutup-tutupi untuk kemudian dimaafkan dan sengaja diabaikan oleh seluruh ‘Kaum
Mapan’ dalam gereja, yang mengandalkan koneksi dan hubungan mereka dengan
orang-orang jahat ini untuk menjaga makanan mereka tetap tersedia.
Ini adalah pertempuran yang sangat
panjang dan kita harus terlibat. Masalah itu tidak akan hilang selama
bertahun-tahun. Bahkan, sampai semua wali gereja yang jahat ini membusuk dan
membara di liang kubur mereka, hanya pada saat itulah akan ada harapan, dalam pengertian
duniawi: ada perubahan – namun hal itu juga tidak bisa dijamin.
Keadaan di dalam ordo-ordo religius,
di dalam hierarki, di keuskupan dan tempat-tempat ibadah di seluruh dunia Barat
adalah merupakan iklim yang memeluk dunia, dan tidak berusaha merubahnya.
Bahkan di antara berbagai umat
Katolik yang mungkin tidak harus setuju dengan mafia gay yang korup ini, masih
ada sikap persetujuan dan kelembutan; ini adalah sebuah penghancuran, kurangnya
keinginan untuk menghadapi kejahatan secara langsung dan menentang kejahatan di
tempat-tempat tinggi di Gereja. Pada akhirnya, inilah sebabnya mengapa Viganò
masih harus bersembunyi karena takut akan hidupnya.
Kontribusi utama yang dibuat uskup
agung Viganò bukan untuk mengekspos kejahatan, tetapi untuk menunjukkan adanya garis
pertempuran, untuk membawa umat ke pada kesadaran Katolik.
Sekarang, tergantung pada umat
beriman untuk memutuskan mau berjuang demi jiwa Gereja. Hal itu akan
membutuhkan pengorbanan pribadi yang tinggi di setiap tingkatan, terutama berupa
pengorbanan dalam hal reputasi dan relasi.
Ada sebuah mafia gay yang korup
dengan sebuah cengkeraman yang kokoh di dalam Gereja. Putra dan putri Gereja
yang setia sekarang harus bertempur dalam cara apa pun sesuai keadaan pribadi
mereka.
Pengertian baru tentang apa yang dianggap
"Normal" seperti ini, harus dilawan dan dikalahkan.
No comments:
Post a Comment