Monday, July 24, 2023

Memata-matai Gelombang Otak Anda

  


 Memata-matai Gelombang Otak Anda

 

by Hamilton Nolan

 

https://traditioninaction.org/HotTopics/R019_Wor.htm

 

 

Di Davos, Swiss, seorang futuris berbicara dengan bahasa yang cemerlang tentang 'transparansi otak' – dan meremehkan risiko distopia yang nyata

Forum Ekonomi Dunia tahunan at Davos, tempat para penguasa ‘alam semesta’ bertemu untuk memberi selamat kepada diri mereka sendiri atas kediktatoran mereka yang ‘baik hati’, adalah rumah bagi banyak gagasan jahat. Berbagi ide-ide jahat terbaru dengan para pemimpin bisnis, pada dasarnya, adalah alasan mengapa acara itu ada. Tahun ini, salah satu diskusi paling menakutkan dari semuanya disampaikan dengan kedok demi kemajuan dan produktivitas.

 

 


Nita Farahany berbicara di WEF tentang cara mengontrol gelombang otak;

silakan lihat presentasinya di sini

 

 

Nita Farahany, seorang profesor dan futuris Universitas Duke, memberikan presentasi di Davos tentang neuroteknologi yang bisa menciptakan “transparansi otak”, sesuatu yang sebelumnya lebih saya ibaratkan dengan sebuah peluru di kepala. Teknologi baru ini, yang menurut Farahany sedang digunakan di tempat kerja di seluruh dunia, mungkin terbukti sama merusaknya. Mereka menggunakan berbagai sensor yang dapat dikenakan yang akan membaca impuls listrik otak dan dapat menunjukkan seberapa lelah Anda, apakah Anda fokus pada tugas yang ada atau apakah perhatian Anda mengembara kesana kemari..


Menurut Farahany, sudah ribuan perusahaan yang menggaet pekerja mulai dari masinis hingga penambang, dengan perangkat tersebut, atas nama keselamatan kerja. Tapi yang sebenarnya kita diskusikan adalah pemantauan di tempat kerja.


Farahany melukiskan gambaran masa depan yang dekat, di mana setiap pekerja kantor dapat dilengkapi dengan perangkat kecil yang dapat dikenakan yang akan terus-menerus merekam aktivitas otak, menciptakan catatan pikiran, perhatian, dan energi yang mahabesar yang dapat dipantau oleh bos di waktu senggang. Tidak lagi cukup seolah Anda terlihat seperti sedang bekerja keras: karena gelombang otak Anda sendiri dapat mengungkapkan bahwa Anda sedang malas.


Farahany mengakui bahwa mungkin ada kekurangan di sini: “Jika dilakukan dengan buruk, ini bisa menjadi teknologi paling menindas yang pernah kami perkenalkan dalam skala luas.” Namun, dia tampak lebih antusias dengan janji teknologi untuk perusahaan, mengatakan dengan agak sok suci bahwa "bosware" pengawasan tempat kerja yang ada saat ini cenderung membuat karyawan kesal "bahkan meski hal itu membuat hidup mereka lebih baik". Dia juga menampilkan slide yang menunjukkan bahwa sembilan dari 10 karyawan mengatakan mereka membuang-buang waktu di tempat kerja setiap hari, dan berpendapat bahwa mungkin ada "alasan bagus" bagi pemberi kerja untuk ingin mengawasi semua orang. Ini adalah jenis logika yang masuk akal bagi orang-orang yang pekerjaannya terbang ke Swiss untuk ikut konferensi internasional daripada, katakanlah, bekerja di pom bensin.

 

 


 Teknologi pemantauan otak menggantikan tali kekang yang sudah usang, atas, dengan sensor helm rahasia, bawah.




 

Farahany adalah orang yang sangat cerdas. Tetapi lingkungan profesionalnya mungkin telah membuai dia dengan keyakinan palsu bahwa perusahaan tidak akan melakukan tindakan yang paling tidak terbayangkan yang dapat dibayangkan untuk menghasilkan keuntungan dollar ekstra. Dia berpendapat bahwa teknologi ini menawarkan manfaat yang menjanjikan bagi orang-orang untuk meningkatkan pengalaman mereka sendiri di tempat kerja, dan selama kita "membuat pilihan untuk menggunakannya dengan baik", dan beroperasi dari prinsip awal "kebebasan kognitif" untuk melindungi pilihan individu, masa depan pengawasan tempat kerja dapat menjadi satu di mana pekerja dan bisnis sama-sama dibuat lebih kuat oleh evolusi otak kita yang lambat menjadi mekanisme cybernetic, terhubung, dan terukur.


Rasa optimisme mendasar itulah, saya khawatir, yang sangat naif. Seseorang tidak perlu menjadi seorang futuris untuk mengetahui bagaimana ini akan terjadi. “Bossware” sudah umum terjadi saat ini, dalam bentuk segala jenis teknologi yang tidak terlalu mencolok tetapi sama-sama invasif: apa yang diketikkan pekerja, apa yang mereka lihat, berapa lama mereka “tidak aktif” di keyboard, cara mengemudi, di mana mereka berhenti, kapan mereka menginjak rem, seberapa langsung rute yang mereka ambil. Semuanya bisa dipantau.


Database Coworker.org dari bossware menemukan bahwa lebih dari 550 produk sudah digunakan di tempat kerja. Ke mana pun Anda memandang, maka para pekerja selalu dilacak, diawasi, diukur, dinilai, dianalisis, dan dihukum oleh perangkat lunak, pengawas manusia, dan kecerdasan buatan (AI), dengan tujuan memeras produktivitas setiap sen terakhir dari unit tenaga kerja yang cacat dan rapuh yang, sayangnya, harus digunakan sebagai karyawan sampai robot mendapatkan sedikit lebih banyak ketangkasan manual. Penghinaan utama dari semua itu adalah bahwa dalam banyak kasus, orang-orang yang bertahan dalam pengawasan dibayar jauh lebih sedikit daripada mereka yang mempekerjakannya.


Semua ini menimbulkan pertanyaan: Apa sebenarnya yang dibeli oleh majikan Anda saat mereka memberi Anda gaji? Untuk bos, jawabannya sederhana: "Semuanya." Ini adalah prinsip dasar kapitalisme bahwa majikan memiliki karyawan. Beberapa ratus tahun terakhir kemajuan manusia dapat dibaca sebagai pertempuran umat manusia yang sangat lambat untuk membebaskan diri dari mimpi buruk ini.


Selama berabad-abad, tentu saja, para majikan benar-benar memiliki orang. Bahkan setelah mereka dipaksa untuk melepaskan perbudakan, mereka berusaha untuk mempertahankan tingkat kendali yang sebesar mungkin. Perusahaan batu bara memiliki rumah tempat tinggal pekerjanya. Kamar Dagang memiliki politisi lokal yang membuat kebijakan publik yang mengatur kota tempat tinggal pekerja. Dan sudah lama dianggap rutin dan biasa untuk memecat dan memasukkan pekerja yang melakukan hal-hal bermasalah di waktu senggang mereka, seperti "berbicara tentang komunisme" atau "mengatur serikat pekerja". Jumlah total dari seluruh undang-undang hak sipil, undang-undang hak tenaga kerja, dan peraturan perusahaan abad yang lalu belum cukup untuk menghilangkan keyakinan kuat bisnis bahwa, ketika mereka memberi Anda gaji, mereka membeli seluruh hidup Anda.

 

 


Pengawasan total & terus-menerus dalam sebuah pemantauan nyata

 

 

Dalam hal ini, menjadi jelas bahwa memberi perusahaan kemampuan untuk memantau gelombang otak kita bukanlah lereng yang licin, melainkan jalan raya satu arah menuju panoptikon (pemantauan atas segalanya). Bahkan jika kita mengesampingkan peluang nyata yang diberikan perusahaan ini untuk menekan upah secara tidak benar dan membangun alasan untuk memecat aktivis buruh, normalisasi teknologi ini menunjukkan penyusutan ruang bagi manusia dan pertumbuhan ruang bagi modal. Waktu di zaman kita yang menjadi milik kita alih-alih untuk perdagangan semakin menurun. Area di mana Anda menjadi manusia daripada unit ekonomi, semakin kecil. Apa yang tidak pernah didiskusikan oleh perusahaan adalah fakta bahwa, begitu kita mengizinkan mereka untuk mengklaim waktu dan ruang serta data ini sebagai milik mereka, maka mereka tidak akan pernah ingin mengembalikannya kepada kita lagi.

Di Davos, Farahany mengatakan bahwa neuroteknologi di tempat kerja “memiliki kemungkinan distopia”. Tapi itu tidak menyatakan kasusnya dengan cukup kuat. Tidak adanya regulasi yang ketat, maka ia memiliki kepastian distopia (tempat yang tidak baik). Tinggal menunggu waktu untuk melihat bagaimana semua ini ternyata adalah ide yang sangat berbahaya. Kesalahan terbesar yang dapat Anda lakukan dengan distopia adalah menganggap bahwa itu tidak pernah menjadi nyata.

 

-------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini:


Francis Telah Merancang (Hasil) Konklaf Berikutnya

Uskup Agung Fernández dan Uskup Cina Pro-Komunis….

LDM, 18 Juli 2023

Dari ‘berkat’ kepada homoseks menjadi berkat kepada ‘pernikahan’ anjing

Pedro Regis, 5466 - 5470

Francis Mengisi Sinode Oktober Mendatang Dengan Kaum Homoseksual 

Paus memilih para klerus yang terkenal pro-LGBT untuk mengikuti Sinode…