Sunday, July 30, 2023

Sebuah Sinode Penghancuran Diri

 SEBUAH SINODE PENGHANCURAN DIRI

 pastor Gerald E. Murray

 https://www.thecatholicthing.org/2022/10/31/a-self-destructive-synod/ 

 

MONDAY, OCTOBER 31, 2022

 

Sekretariat Jenderal Sinode Para Uskup mengeluarkan Dokumen Kerja (Working Document) Tahap Kontinental dari Sinode tentang Sinode, minggu lalu. Dokumen itu, dengan tidak sungkan-sungkan dan tanpa rasa menyesal, mempertanyakan berbagai doktrin Katolik, dengan kedok untuk mendengarkan suara Roh Kudus, yang secara luar biasa, berbicara melalui keluhan dan kritik dari orang-orang tertentu yang menolak apa yang selama ini selalu diajarkan oleh Gereja. 

Usulan dari seluruh dunia yang bertentangan dengan doktrin Katolik dikutip atau diringkas dengan persetujuan karena "mereka mengungkapkan dengan cara yang sangat kuat, indah atau tepat sentimen diungkapkan secara lebih umum dalam banyak laporan." Berbagai sentimen tersebut mengaku memiliki kebenaran yang diilhami Roh sementara doktrin Gereja selama ini menyebabkan keterasingan dan kesedihan atas diri orang-orang itu. 

Pernyataan dari kelompok paroki Amerika adalah lambang: “Visi sebuah Gereja yang mampu melibatkan secara radikal, saling memiliki, dan keramahan yang mendalam menurut ajaran Yesus adalah inti dari proses sinode: 'Bukannya berperilaku seperti penjaga gerbang yang mencoba untuk mengecualikan orang lain dari meja, tetapi kita perlu berbuat lebih banyak untuk memastikan bahwa orang tahu bahwa setiap orang dapat menemukan tempat dan rumah di sini.'” WD (Dokumen Kerja) itu lebih lanjut menjelaskan bahwa “pengalaman sinodal dapat dibaca sebagai jalan pengakuan bagi mereka yang merasa tidak cukup diakui di dalam Gereja.” 

Jadi, siapakah orang-orang yang merasa dikucilkan itu? “Di antara mereka yang menuntut dialog yang lebih bermakna dan ruang yang lebih ramah bagi mereka dan menurut mereka, kita juga bisa menemukan orang-orang yang, karena berbagai alasan, merasakan ketegangan antara menjadi bagian dari Gereja serta kasus hubungan cinta mereka sendiri, seperti misalnya: janda cerai yang menikah lagi, orang tua tunggal, orang yang hidup dalam pernikahan poligami, orang LGBTQ, dll.” Ini bahkan disebutkan untuk kedua kalinya: “Banyak ringkasan juga menyuarakan rasa sakit karena mereka tidak dapat mengakses Sakramen-sakramen, yang dialami oleh orang yang bercerai yang menikah lagi dan mereka yang telah melakukan pernikahan poligami. Tidak ada kesepakatan tentang bagaimana menghadapi situasi ini.” 

Siapa lagi yang mengeluh? “Setelah mendengarkan dengan saksama, banyak laporan meminta agar Gereja melanjutkan penegasannya sehubungan dengan serangkaian pertanyaan spesifik: peran aktif wanita dalam struktur pemerintahan badan-badan Gereja, kemungkinan bagi wanita dengan pelatihan yang memadai untuk berkhotbah di lingkungan paroki, dan dibentuknya diakon wanita. Keanekaragaman pendapat yang jauh lebih besar diungkapkan tentang subjek penahbisan imam bagi wanita, yang beberapa laporan menyerukannya, sementara yang lain menganggap hal itu sebagai masalah tertutup.” 

Solusinya? “Pertobatan pada budaya Gereja, ‘demi keselamatan dunia,’ terkait secara konkret dengan kemungkinan membangun budaya baru, dengan praktik dan struktur yang juga baru.” 

Jadi bagaimana kita sampai di sana? “Berjalan bersama sebagai umat Allah menuntut kita untuk menyadari perlunya pertobatan terus-menerus, pada individu dan komunal. Pada tingkat institusional dan pastoral, pertobatan ini diterjemahkan ke dalam reformasi Gereja yang sama terus-menerus, struktur dan gayanya, setelah dorongan untuk ‘aggiornamento’ terus menerus…” (AGGIORNAMENTO adalah sebuah kata yang diucapakan oleh Santo Paus Yohanes XXIII yang memiliki makna “bukalah jendela itu agar udara bisa masuk”. Dalam arti lain, udara berarti dunia, dan kita yang ada di dalam rumah, tidak lain adalah Gereja. Maka dalam hal sinode ini, orang-orang itu mengharapkan Gereja mau membuka pintu bagi pengaruh luar.) 

Ajaran Gereja, yang diberikan kepada oleh Kristus, adalah masalahnya. Saat ini Gereja diminta untuk serius membahas pembuangan ajaran yang bertentangan dengan keyakinan dan keinginan manusia saat ini: 

– mereka yang hidup dalam “perkawinan” kedua yang berzina,

- laki-laki yang memiliki dua atau tiga istri atau lebih,

- homoseksual dan biseksual

– orang yang percaya bahwa mereka bukanlah memiliki jenis kelamin seperti saat dilahirkan

– wanita yang ingin ditahbiskan menjadi diakon dan imam,

– orang awam yang menginginkan otoritas seperti yang diberikan oleh Tuhan kepada para uskup dan imam. 

 

Gambar: Malam Air Bah oleh William Bell Scott, 1865 [The Tate, London]. Seorang "pangeran timur yang bejat dan istananya dengan Nuh dan keluarganya yang, karena menyadari pentingnya awan tak menyenangkan di langit, memasuki Bahtera." 

 

Apakah ada sesuatu di sini yang memperkuat atau meningkatkan kesetiaan pada ajaran Kristus? Tentu saja tidak. Karena tututan Ini berarti mau merubah Gereja. 

Seorang dari Inggris membuat komentar yang paling relevan atas seluruh dokumen: “Saya tidak mempercayai Sinode ini. Saya pikir sinode ini telah dituntun untuk membawa perubahan lebih lanjut pada ajaran Kristus dan melukai Gerejanya lebih jauh.” 

Pada fase berikutnya dari proses sosial yang merusak diri sendiri ini – Majelis Kontinental dijadwalkan pada awal 2023 – para uskup dunia diinstruksikan bahwa: 

“...semua Majelis bersifat gerejawi dan bukan hanya episkopal, memastikan bahwa komposisi mereka secara memadai mewakili keragaman umat Allah: uskup, penatua, diaken, wanita dan pria yang ditahbiskan, pria dan wanita awam… penting untuk memberikan perhatian khusus pada kehadiran wanita dan kaum muda (pria dan wanita awam, pria dan wanita yang ditahbiskan dalam pembinaan, seminaris); orang yang hidup dalam kondisi kemiskinan atau marginalisasi, dan mereka yang bersentuhan langsung dengan kelompok dan orang tersebut; delegasi persaudaraan dari denominasi Kristen lainnya; perwakilan dari agama lain dan tradisi kepercayaan; dan beberapa orang yang bahkan tanpa afiliasi agama manapun…” 

Mengingat daftar ini, maka para uskup akan menjadi minoritas dalam kepesertaan mereka dalam sinode. 

Dan peran mereka? “Mereka diminta untuk mengidentifikasi cara-cara yang tepat untuk melaksanakan tugas mereka untuk memvalidasi dan menyetujui Dokumen Akhir Sinode, guna memastikan bahwa itu adalah buah dari perjalanan sinode yang otentik, menghormati proses yang telah terjadi dan setia pada suara-suara umat Allah yang beragam di setiap benua.” 

Dengan kata lain, para uskup berfungsi sekedar sebagai sekretaris atau juru tulis pencatatan. Mereka tidak disarankan untuk memastikan kesetiaan sidang terhadap ajaran Gereja yang sejati dan murni. 

WD (Dokummen Kerja) Sinode ini meminta Gereja untuk beroperasi dengan “transparansi.” Tempat yang baik untuk memulai adalah Sekretariat Sinode menerbitkan semua pengajuan tertulis yang diterima. Apakah ada, misalnya, yang meratapi dan mengeluhkan karena: hilangnya iman akan Kehadiran Nyata Kristus dalam Ekaristi; kurangnya panggilan imamat di negara maju; penurunan tajam dalam kehadiran Misa, pembaptisan, dan pernikahan gereja; skandal para uskup dan kardinal yang berulang kali bertentangan dengan ajaran Gereja di depan umum; hilangnya umat Katolik ke gereja-gereja evangelis; runtuhnya sistem sekolah Katolik di negara maju; fenomena meluasnya penyalahgunaan liturgi sementara perayaan Misa Latin Tradisional dibatasi dengan keras atau bahkan dilarang; runtuhnya tatanan keagamaan karena sekularisasi dan penolakan terhadap kesetiaan doktrinal dan kehidupan asketis.

(Catatan: Asketisme secara umum, merupakan suatu paham atau ajaran yang meninggalkan kehidupan yang bersifat duniawi dan materi. Paham ini memandang bahwa keterikatan terhadap dunia dapat membelenggu dan menjadi penghalang bagi manusia dalam usahanya mencapai kebaikan dan keselamatan.) 

Jelas di dalam sinode ini ada sebuah revolusi terbuka yang terjadi di Gereja hari ini, upaya untuk meyakinkan kita bahwa tindakan memeluk bid'ah dan amoralitas bukanlah dosa, melainkan itu adalah tanggapan terhadap suara Roh Kudus yang berbicara melalui orang-orang yang merasa terpinggirkan oleh Gereja yang sampai sekarang tidak setia pada misinya. 

WD (Dokumen Kerja Sinode) menyatakan: “Dengan menggunakan gambaran alkitabiah, dapat dikatakan bahwa perjalanan sinodal ini menandai langkah pertama untuk kembali dari pengalaman pengasingan kolektif, yang konsekuensinya akan mempengaruhi seluruh umat Allah: jika Gereja tidak bersifat sinodal, maka tidak ada yang bisa benar-benar merasa betah.” 

Maka marilah kita berdoa agar para Bapa peserta Sinode, dan semua uskup, akan berdiri dan membela ajaran dan praktik Gereja guna melawan tindakan perusakan diri yang disponsori oleh Vatikan ini. Karena banyak sekali jiwa dipertaruhkan di sini.

 

-------------------------------------

Silakan membaca artikel lainnya di sini:

Paus memilih para klerus yang terkenal pro-LGBT untuk mengikuti Sinode…

Memata-matai Gelombang Otak Anda

LDM, 23 Juli 2023

Wanita membawa monstrans dalam sebuah prosesi di Jerman

Transhumanisme & Great Reset

Antikristus telah berada di dunia

Paus Francis Harus Segera Menghentikan Semua Kegilaannya