Paus Francis memilih para klerus yang terkenal pro-LGBT untuk mengikuti Sinode tentang Sinodalitas pada Oktober mendatang
Penunjukan paus pada tokoh-tokoh yang akan menjadi anggota majelis yang penting pada Sinode tentang Sinodalitas Oktober mendatang, adalah termasuk para Kardinal yang terkenal busuk perbuatannya: McElroy dari San Diego, Cupich dari Chicago, dan Gregory dari Washington, D.C. dan Pastor James Martin.
Paus Francis bersama anggota terkemuka Sekretariat Sinode Para Uskup
Fri Jul 7, 2023 - 9:57 am EDT
VATICAN CITY (LifeSiteNews) — Daftar peserta untuk pertemuan Sinode tentang Sinodalitas Oktober mendatang telah dirilis, dengan pilihan pribadi dari paus Francis sendiri, termasuk Kardinal McElroy, Cupich, dan Gregory serta Pastor James Martin. Bagi para pembaca yang sering mengikuti berita-berita dalam lingkup Gereja Katolik dunia sudah tidak asing lagi dengan perbuatan orang-orang busuk ini.
Dikeluarkan pada tanggal 7 Juli, ratusan daftar peserta yang terkenal ‘sangat bermasalah’ yang dipilih oleh paus Francis sendiri untuk mengikuti Sidang Umum pada Sinode Biasa Para Uskup ke-16 mendatang – atau Sinode tentang Sinodalitas – dimana daftar nama mereka didistribusikan oleh Vatikan dan kantor pers Sinode. Nama-nama itu selain terdiri dari anggota biasa, sebagaimana diatur oleh Konstitusi Apostolik Episcopalis Communio, tetapi juga terdiri dari para peserta yang secara khusus ditunjuk oleh paus Francis.
Dengan demikian, perbedaan dapat diamati antara delegasi yang dipilih oleh gereja lokal mereka sendiri atau konferensi uskup untuk berpartisipasi dalam Sinode, dan mereka yang dipilih secara pribadi oleh paus Francis.
Siapa saja yang dipilih oleh paus Francis?
Ada lima puluh nama di antara pilihan pribadi Paus untuk anggota pemungutan suara Sinode. Mereka termasuk kardinal, uskup, imam, dan biarawati. Di antara pilihan kepausan yang paling menonjol adalah:
· Kardinal Jean-Marc Aveline: Dari Marseille, diangkat menjadi kardinal pada Agustus 2022.
· Uskup Stephen Chow S.J.: Uskup Yesuit Hong Kong yang pro-Partai Komunis Cina yang meremehkan kekhawatiran umat beriman tentang kesepakatan Vatikan-China.
· Uskup Agung Timothy Costelloe, dari Perth: Tokoh yang terkenal anti Misa tradisional, yang telah menjadi anggota kunci dari Sinode tentang Sinodalitas ini, dan yang mengejutkan umat Katolik Australia ketika dia mengikuti ritual pagan pribumi pada awal Misa Pembukaan Dewan Pleno Australia ke-5.
· Kardinal Blase Cupich: Kardinal Chicago yang terkenal kejam, yang dikenal terutama karena mempromosikan misa-misa LGBT serta pembatasan Misa Latin, yang baru-baru ini memuji Jalan SinodeJerman yang hasilnya sangat heterodoks itu.
· Kardinal Josef de Kesel: Uskup Agung Emeritus Mechelen-Brussel, yang menandatangani dan menyetujui dokumen terkenal bersama sesama uskup Belgia, yang mengumumkan persetujuan atas pemberkatan bagi pasangan sesama jenis. Pada kunjungan ad limina berikutnya bersama dengan Francis beberapa bulan kemudian, De Kesel mengatakan bahwa pertemuan itu "sangat hangat" dan bahwa warga Belgia tidak pernah menolak dokumen mereka.
· Kardinal Wilton Gregory, Uskup Agung Washington D.C. saat ini, diangkat menjadi kardinal oleh Francis pada tahun 2020, dengan daftar panjang tindakannya yang bersifat anti-keluarga dan anti-Tradisional.
· Kardinal Ladaria Ferrer S.J.: Prefek dari Kongregasi Ajaran Iman. Di bawah masa jabatannya CDF mengeluarkan larangan pemberkatan sesama jenis pada tahun 2021.
· Kardinal Gerhard Müller: pendahulu Cardinal Ladaria sebagai prefek CDF, yang mengutuk Sinode ini sebagai “pengambilalihan secara bermusuhan” terhadap Gereja dan yang bisa mengancam untuk “mengakhiri” Katolisitas.
· Kardinal Jean–Claude Hollerich S.J.: Relator jenderal Sinode dan baru-baru ini ditunjuk sebagai anggota dewan kardinal Paus. Seorang kardinal pro-LGBT yang menonjol yang sebelumnya mengklaim bahwa dia “sepenuhnya setuju dengan paus Francis” dalam masalah menentang ajaran Katolik tentang homoseksualitas.
· Kardinal Robert McElroy: Uskup yang terkenal heterodoks, baru-baru ini diangkat menjadi kardinal pada tahun 2022, yang mempromosikan Perjamuan Kudus bagi mereka yang aktif dalam gaya hidup LGBT yang tidak bermoral, dan yang telah dituduh oleh Uskup Paprocki dan Schneider melakukan pengucilan dirinya secara de facto.
· Uskup Stefan Oster: Uskup Jerman yang telah menjadi salah satu dari sedikit suara yang tidak setuju pada berbagai tahapan Jalan Sinode yang membawa bencana dan heterodoks di negara itu.
· Kardinal Óscar Andrés Rodrígues Maradiaga: Mantan presiden dewan penasihat kardinal paus Francis, dan orang kepercayaan dekat kepausan. Dikelilingi oleh berbagai macam skandal selama bertahun-tahun, termasuk tuduhan menutup-nutupi skandal keuangan dan seksual.
· Pastor James Martin S.J.: Jesuit yang terkenal pro-LGBT, juga anggota Dicastery for Communications, yang menikmati dukungan kepausan yang besar meskipun rekam jejaknya yang sudah lama mempromosikan ideologi LGBT yang bertentangan dengan ajaran Katolik. Dia telah mempromosikan sebuah gambar yang diambil dari serangkaian karya homoerotis yang menghujat yang menunjukkan Kristus sebagai seorang homoseksual, mempromosikan relasi sesama jenis, dan berkata bahwa jika kita menggambarkan atau memandang Tuhan sebagai laki-laki adalah sesuatu yang “sangat merusak".
Sehubungan dengan pengumuman tersebut, jurnalis veteran Vatikan, Edward Pentin, menyatakan bahwa seorang “pemimpin senior Gereja” baru-baru ini mengatakan kepadanya bahwa beberapa klerus ini “tidak memiliki kriteria teologi yang objektif, metodologis, dan benar. Mereka tidak lagi memiliki objektivitas wahyu ilahi, hanya pemahaman subjektif, menurut prasangka.”
Siapa lagi yang ambil bagian?
Para peserta Sinode Oktober mendatang termasuk delegasi dari konferensi uskup di seluruh dunia, yang dipilih oleh konferensi uskup setempat. Banyak prefek dan anggota terkemuka Kuria Romawi juga ikut serta, seperti halnya anggota Sekretariat Sinode.
Silakan baca: Paus Francis secara pribadi memilih umat awam, laki-laki dan perempuan, untuk membentuk hingga 25% suara Sinode.
Seperti diberitakan pada bulan April lalu, paus Francis telah melakukan perubahan pada struktur organisasi Sinode, yang berarti bahwa untuk pertama kalinya umat awam akan memiliki hak suara dalam Majelis Uskup. Paus Francis secara pribadi memilih 70 anggota non-uskup. Selain itu, Sinode tentang Sinodalitas ini akan diikuti oleh “ahli” lain yang tidak memiliki hak suara, dan dengan demikian tidak diberi gelar “Anggota Majelis”.
“Para ahli” tersebut – yang diambil dari “para ahli” yang memenuhi kriteria dokumen kerja Oktober 2022 untuk tahap kontinental – akan bergabung dengan “fasilitator” lainnya.
Ada juga yang diundang sebagai "undangan khusus" atau "delegasi persaudaraan", yang tidak memiliki hak suara di majelis. Sama halnya dengan mereka yang tidak memiliki hak suara, para “Ahli dan Fasilitator” ini hanya berpartisipasi dan memberikan saran.
Di antara "undangan khusus" ini adalah pastor Alois, pendahulu dari komunitas Taize. Dia sangat terlibat dalam memimpin doa ekumenis di Lapangan Santo Petrus yang dimaksudkan untuk memajukan “jalan menuju persatuan Kristiani dan jalan pertobatan sinode Gereja.”
Sementara itu, Pastor Timothy Radcliffe yang terkenal pro-LGBT dari Dominikan Inggris terdaftar sebagai salah satu dari dua “asisten spiritual”. Pastor Radcliffe O.P. secara pribadi diundang oleh Paus untuk memimpin retret pra-Sinode bagi para uskup. Sejarah panjang dukungannya pada homoseksual tampak tidak diperhitungkan sama sekali oleh paus Francis.
Silakan baca: Paus mengundang imam yang terkenal pro-LGBT untuk memimpin retret Sinode penting bagi para uskup
Sebagaimana dicatat, sejumlah besar "ahli" adalah mereka yang menyusun dokumen kerja Sinode 2022, dan termasuk tokoh-tokoh seperti penulis biografi kepausan, Austen Ivereigh; Monsinyur Piero Coda, Sekretaris Komisi Teologi Internasional Kepausan yang menjadi penasehat Kongregasi Ajaran Iman; serta tokoh pro-kontrasepsi dan pro-homoseksual Monsinyur Philippe Bordeyne, Dekan Institut Teologi Kepausan Yohanes Paulus II untuk Ilmu Perkawinan dan Keluarga.
LifeSiteNews telah menyoroti catatan “ahli” Sinode tersebut dalam laporan sebelumnya.
Apa arti dari semuanya ini?
Sinode akan diselenggarakan pada tanggal 4 Oktober 2023, dengan pertemuan para peserta di Ruang Audiensi Paulus VI di Vatikan.
Seperti dicatat oleh tim Sinode, semua anggota dan ahli tambahan akan mengikuti dua sesi Sinode di Roma. Yang pertama akan berlangsung Oktober 2023 dan yang kedua pada Oktober 2024.
Ketika paus Francis tidak hadir, maka total sembilan delegasi presiden gerejawi akan mengambil alih kendali operasi proses "atas nama dan otoritas" Paus. Kesembilan orang ini adalah:
· His Beatitude Ibrahim Isaac Sedrak, Patriarch of Alexandria of the Copts, Head of the Synod of the Coptic Catholic Church (Egypt)
· Cardinal Carlos Aguiar Retes, Archbishop of México
· Archbishop Luis Gerardo Cabrera Herrera, O.F.M., Archbishop of Guayaquil (Ecuador)
· Archbishop Timothy John Costelloe S.D.B., Archbishop of Perth
· Bisho Daniel Ernest Flores, Bishop of Brownsville, USA
· Bisho Lúcio Andrice Muandula, Bishop of Xai-Xai (Mozambique)
· Father Giuseppe Bonfrate (Italy)
· Sister Maria de los Dolores Palencia, C.S.J. (Mexico)
· Momoko Nishimura, S.E.M.D. (Japan)
Kardinal Hollerich, sebagai relator jenderal, akan memainkan peran kunci. Dia akan menyampaikan laporan di awal seluruh proses; dan di awal setiap bagian pertemuan dia menyajikan masalah yang akan dibahas. Dia juga akan bertanggung jawab meringkas pekerjaan Majelis Oktober dalam sebuah teks untuk menjadi dasar bagi sidang Majelis 2024.
Sekretariat Sinode baru-baru ini merilis teks yang akan memandu diskusi pada sidang sinode 2023. Ini menyajikan topik-topik seperti "pentahbisan" diakon wanita, imam yang menikah, dan kebutuhan untuk "menyambut" "orang-orang yang bercerai yang menikah lagi, orang-orang dalam pernikahan poligami, orang-orang LGBTQ +."
Silakan baca: Sinode Utama tentang dokumen Sinodalitas perlu 'menyambut' kaum poligami, 'LGBTQ+'
Peserta sidang akan mempelajari dokumen tersebut, bersama dengan lembar kerja yang disediakan, yang dapat digunakan untuk “pertemuan tematik mendalam dengan gaya sinode di semua tingkatan kehidupan Gereja.” Setiap lembar kerja berisi soal-soal untuk didiskusikan. Ini termasuk pertanyaan tentang peningkatan tata kelola perempuan, lebih banyak penerimaan individu LGBT, pastor yang menikah, dan masa depan tata kelola gerejawi.
Khususnya, interpretasi Amoris Laetitia yang telah diterima secara luas dan disetujui oleh kepausan sebagai mengizinkan orang yang bercerai dan “menikah kembali” untuk menerima Komuni Kudus dan dihadirkan sebagai masalah yang sudah diselesaikan dalam dokumen yang akan dibahas oleh anggota majelis.
Mengomentari daftar peserta ini beserta rekam jejak mereka, Diakon Nick Donnelly berpendapat bahwa acara tersebut merupakan sarana untuk mempromosikan homoseksualitas ke dalam Gereja.
“Demikianlah, jelas bahwa Bergoglio benar-benar tidak menyembunyikan fakta bahwa tujuan Sinode tentang Sinodalitas ini adalah untuk menentang perintah Tuhan terhadap para pelaku sodomi,” tulisnya. “Ketika Anda menambahkan fakta bahwa pastor Timothy Radcliffe memimpin retret pra-sinode, maka Anda akan menyadari bahwa perbaikan demi kekuatan sinode adalah melalui penerimaan perbuatan sodomi.”
-------------------------------------
Silakan membaca artikel lainnya di sini:
Uskup Agung Hector Aguer Mengecam Sinode Tentang Sinodalitas Saat Ini
Francis Telah Merancang (Hasil) Konklaf Berikutnya
Uskup Agung Fernández dan Uskup Cina Pro-Komunis….
Dari ‘berkat’ kepada homoseks menjadi berkat kepada ‘pernikahan’ anjing
Francis Mengisi Sinode Oktober Mendatang Dengan Kaum Homoseksual