Volume 1 : Misteri Keadilan
Allah
Bab 10
Sakitnya Api Penyucian
Sakitnya kehilangan
St.Catherine dari Genoa
St.Teresa
Pastor Nieremberg.
Setelah
menyimak pendapat para teolog dan para doktor Gereja, marilah kita melihat
pendapat para doktor yang lain. Mereka adalah para kudus yang berbicara tentang
penderitaan di dunia sana, dan yang memperhatikan apa yang dinyatakan Tuhan
kepada mereka dengan melalui komunikasi adikodrati. St.Catherine dari Genoa,
didalam tulisannya tentang Api Penyucian, berkata :”Jiwa-jiwa itu menanggung
siksaan yang begitu bengis sehingga tak ada lidah yang mampu menjelaskannya,
atau pengertian yang mampu memahami bagian yang terkecil sekalipun darinya,
jika saja Tuhan tidak menyatakan hal itu dengan melalui rahmat yang istimewa”.
Dia juga menambahkan :”Tak ada lidah yang bisa mengatakan, tak ada pikiran yang
bisa membentuk sebuah ide tentang apa itu Api Penyucian. Dan mengenai
penderitaan itu, ia sama dengan yang ada di neraka”.
St.Teresa
didalam buku Castle of the Soul, berbicara tentang rasa sakitnya
kehilangan. Dia mengatakan :”Rasa sakitnya kehilangan, atau tak bisa memandang
Allah, melebihi segala jenis penderitaan yang paling besar yang bisa kita
bayangkan, karena sifat dari jiwa adalah selalu terdorong menuju Allah, sebagai
pusat dari seluruh aspirasinya. Dan jiwa-jiwa itu selalu ditolak oleh
PengadilanNya. Bayangkanlah diri anda berada disebuah kapal yang sedang
tenggelam di tengah laut. Dan setelah anda berusaha keras hingga lama dan
diombang-ambingkan oleh gelombang yang besar, akhirnya anda bisa mencapai
tepian pantai, tetapi hanya untuk mendapati diri anda terus menerus diterjang
dan didorong kembali oleh gelombang menuju ke tengah laut, oleh sebuah tangan
yang tak kelihatan. Betapa hal itu merupakan penderitaan yang amat menyiksa !
Dan yang dialami oleh jiwa-jiwa didalam Api Penyucian adalah 1000 kali lebih
besar !”.
Pastor
Nieremberg dari ‘the Company of Jesus’, yang meninggal dalam keadaan suci di
Madrid pada tahun 1658, menceritakan sebuah fakta yang terjadi di Treves dan
yang diketahui oleh VikJen diosis setempat, demikian kata Pastor Rossignoli,
dan hal itu dianggap memiliki nilai kebenaran yang tinggi.
Pada
hari pesta Semua Orang Kudus, seorang gadis muda melihat dihadapannya ada
seorang wanita kenalannya, dimana wanita itu telah meninggal beberapa saat
sebelumnya. Penampakan itu berpakaian putih dengan kerudung putih pada
kepalanya dan di tangannya dia memegang rosario yang panjang, sebuah tanda
devosi kepada Ratu Surga. Wanita itu meminta tolong kepada sahabatnya, dengan
mengatakan bahwa dia telah berjanji untuk mempersembahkan 3 kali Misa Kudus di
altar Perawan Terberkati. Tetapi karena dia tak bisa menepati janji itu maka
hutang ini ditambahkan kepada penderitaannya saat itu. Lalu wanita itu meminta
tolong kepada sahabatnya untuk mempersembahkan Misa Kudus atas namanya. Gadis
muda itu dengan sukarela melaksanakan Misa Kudus seperti yang diminta oleh
sahabatnya, dan ketika 3 kali Misa Kudus itu telah dilaksanakan, wanita yang
mati itu muncul kembali dan menunjukkan rasa terima kasih dan sukacita yang
besar. Dia masih terus menampakkan diri setiap bulan Nopember dan hampir selalu
terjadi di Gereja. Sahabatnya yang melihat wanita itu di Gereja, sambil
melakukan adorasi dihadapan Sakramen Terberkati, diselimuti oleh rasa takjub.
Masih belum bisa melihat wajah Allah, dia berharap untuk memberikan tebusan
dengan cara merenungkan Tuhan, paling tidak dihadapan Sakramen Terberkati.
Selama kurban Misa Kudus diadakan, pada saat imam melakukan konsekrasi,
wajahnya menjadi amat bercahaya, seolah dia dikuasai oleh serafim yang turun
dari Surga. Gadis muda itu dipenuhi dengan rasa hormat dan menyatakan bahwa dia
belum pernah melihat sesuatu yang begitu indah seperti itu.
Sementara
waktu berlalu, walaupun Misa Kudus dan doa-doa sudah dilakukan bagi dia, jiwa
yang kudus itu tetap berada didalam Api Penyucian, yang jauh dari Tabernakel.
Pada tanggal 3 Desember, pesta St.Franciscus Xaverius, pelindungnya, dia
menerima Komuni Kudus di Gereja dari biara Jesuit itu, dan wanita yang meninggal
itu menyertai dia hingga di Meja Suci dan kemudian tetap berada disampingnya
selama dia berdoa berterima kasih, seolah dia ikut serta didalam kebahagiaan
dari Komuni Kudus itu dan menikmati kehadiran Yesus Kristus.
Pada
tanggal 8 Desember, Pesta Yang Dikandung Tanpa Noda, wanita itu kembali lagi.
Tetapi dirinya nampak sengat berkilauan hingga sahabatnya tak bisa mengenali
dirinya. Nampak dia mendekati saat akhir dari penebusan dosanya. Akhirnya pada
10 Desember selama Misa Kudus, dia menampakkan diri dengan wujud yang lebih
mengagumkan lagi. Setelah dia bersujud dihadapan altar, orang yang meninggal
itu berterima kasih kepada gadis itu yang telah bermurah hati dengan melalui
semua doa-doanya. Dan wanita itu lalu naik ke Surga dengan disertai oleh malaikat
pelindungnya.
Beberapa
saat sebelumnya jiwa yang suci itu telah memberitahu bahwa dia hanya menderita
sakit karena rasa keehilangan, tidak bisa memandang wajah Allah, dan dia
menambahkan bahwa rasa kehilangan itu telah membuat siksaan yang amat besar
baginya. Peristiwa ini membenarkan perkataan St.Chrysostomus pada saat
homilinya yang ke 47 :”Bayangkanlah seluruh siksaan yang ada di dunia ini, dan
anda tak akan bisa menemukan satupun yang menyamai kehilangan penglihatan
kebahagiaan akan Allah”.
Kenyataannya,
siksaan karena kehilangan ini, yang kini sedang kita bicarakan ini, menurut
para kudus dan para doktor Gereja, adalah lebih sakit dan lebih menghentak dari
pada sakit inderawi. Memang benar, bahwa didalam kehidupan ini kita tak bisa
memahami hal ini, karena terlalu sedikit pengetahuan kita akan Kebaikan Yang
Berkuasa itu, bagi Siapa kita semua diciptakan. Didalam kehidupan sebelah sana,
Kebaikan yang tak terkirakan besarnya itu bagi jiwa-jiwa adalah seperti roti
bagi manusia yang sedang kelaparan, atau air segar bagi orang yang sekarat
karena kehausan, seperti kesehatan bagi orang yang sakit yang didera oleh
penderitaan yang lama. Ia menyulut kerinduan yang paling berkobar, yang
menyiksa tanpa bisa memuaskannya.
No comments:
Post a Comment