Volume 1 : Misteri Keadilan
Allah
Bab 9
Sakitnya Api Penyucian, Sifatnya, Kerasnya
Ajaran para teolog
St.Bellarmine
St.Francis dari Sales
Takut dan Percaya
Didalam Api Penyucian
maupun di neraka, terdapat dua macam rasa sakit, yaitu rasa sakit karena
kehilangan dan rasa sakit sensasi.
Sakit karena
kehilangan yaitu karena mereka tak memiliki kesempatan untuk bisa melihat wajah
Allah, yang merupakan Kebaikan Yang Utama, merupakan kebahagiaan akhir kita
semua, ke tempat mana jiwa kita dicicptakan dan diarahkan, seperti halnya mata
kita diciptakan untuk melihat cahaya. Ini adalah sebuah kehausan moral dan
mental yang sangat menyiksa jiwa-jiwa. Kemudian rasa sakit sensasi atau
penderitaan yang bisa dirasakan, adalah sama seperti kita mengalami rasa sakit
pada daging kita. Sifat dari sakit ini tidak dijelaskan oleh ajaran iman, namun
itu adalah pendapat yang sudah umum dari para doktor Gereja, dimana sakit ini
melibatkan api yang berkobar-kobar serta berbagai jenis penderitaan lainnya.
Api dari Api Penyucian, demikian kata para Bapa, adalah seperti api neraka,
dimana orang-orang yang doyan makan, menyebutnya sebagai : Quia crucior in
hac flamma (Aku menderita dengan amat kejamnya didalam api itu).
Mengenai beratnya
rasa sakit itu, karena hal itu diberikan oleh Pengadilan Ilahi, maka hal itu
sesuai dengan sifat, beratnya, dan jumlah dosa-dosa yang dilakukan seseorang.
Masing-masing orang menerima rasa sakit itu sesuai dengan perbuatannya,
masing-masing orang harus menanggung hutang-hutangnya sendiri, dengan mana dia
dijatuhi hukuman dihadapan Allah. Hutang-hutang ini sangat berbeda dalam hal
kwalitasnya. Beberapa orang ada yang telah menumpuk hutang itu sepanjang
hidupnya hingga mencapai 10 ribu talenta seperti yang dikatakan didalam Injil,
yaitu jutaan atau bahkan puluhan juta. Sementara orang yang lain dikurangi
hingga menjadi beberapa sen saja hutangnya, yaitu sisa-sisa sedikit dari hutang
dosa yang belum dibayar selama di dunia ini. Dari kenyataan ini maka jiwa-jiwa
akan mengalami berbagai macam penderitaan, berbagai derajat dan tingkat
penebusan dosa didalam Api Penyucian, dimana yang satu bersifat lebih kejam
dari pada yang lain dan keduanya tak dapat dibandingkan. Namun secara umum,
para doktor Gereja sepakat mengatakan bahwa rasa sakitnya itu amat mengerikan
sekali. “Api yang sama”, demikian kata St.Gregorius Agung, “telah menyiksa
orang-orang terkutuk dan sekaligus memurnikan orang-orang terpilih” (lihat Mzm.
37). “Hampir semua ahli teologi”, kata St.Bellarmine, “mengajarkan bahwa
orang-orang yang durhaka dan jiwa-jiwa didalam Api Penyucian menderita oleh api
yang sama”.
Bellarmine
menambahkan bahwa tak ada bandingannya antara penderitaan di dunia ini dengan
penderitaan didalam Api Penyucian. St.Agustinus mengatakan hal yang sama
didalam komentarnya mengenai Mzm. 31. “Tuhan”, demikian katanya, “memurnikan
aku bukan dengan murkaNya, dan menolak aku bukan dengan apa yang anda katakan
kepada orang-orang :’Pergilah menuju api yang kekal’. Tetapi Tuhan, janganlah
memurnikan aku dengan murkaMu, murnikanlah aku seperti di dunia ini agar aku
tidak perlu dimurnikan dengan api pada kehidupan mendatang. Ya, aku takut akan
api yang diperuntukkan bagi orang yang diselamatkan, sungguh, mereka seperti
keluar dari api (lihat 1 Kor. 3:15). Tidak diragukan lagi, mereka pasti
diselamatkan setelah mengalami cobaan melalui api. Namun cobaan itu amat
sangat menyakitkan sekali, cobaan itu
jauh lebih mengerikan dari pada seluruh penderitaan yang paling keras di dunia
ini. Perhatikanlah apa yang dikatakan oleh St.Agustinus dan apa yang dikatakan
pula oleh St.Gregorius, Bede Venerabilis, St.Anselmus, dan St.Bernard mengenai
hal itu. St.Thomas berbicara lebih jauh lagi tentang hal itu. Dia mengatakan
bahwa rasa sakit yang paling ringan didalam Api Penyucian itu masih jauh lebih
besar dari pada seluruh penderitaan didalam kehidupan ini. Rasa sakit, kata
Peter Lefevre Terberkati, adalah lebih
dalam dan lebih akut jika ia langsung mengenai jiwa dan pikiran dari pada jika
ia mengenai keduanya tetapi melalui perantaraan tubuh. Tubuh yang bisa mati ini
serta segala indera, menyerap dan mengartikan sebagian dari sakit jasmani dan
terutama sakit di bidang mental.
Penulis dari buku
Imitation menjelaskan doktrin ini dengan kalimat yang singkat dan
mengena. Dia berbicara secara umum tentang penderitaan didalam kehidupan sana :
“Disana, satu jam
siksaan akan terasa lebih mengerikan dari pada seratus tahun penebusan dosa
yang paling keras di dunia ini”.
Untuk membuktikan
doktrin ini, dikatakan bahwa semua jiwa-jiwa didalam Api Penyucian menderita
rasa sakit karena kehilangan. Dan rasa sakit ini melebihi penderitaan yang
paling berat di dunia. Namun berbicara tentang rasa sakit inderawi saja kita
tahu betapa mengerikan api itu, betapapun kecilnya nyala api itu, yang bisa
menyelimuti rumah kita, dan betapa besarnya rasa sakit yang timbul akibat luka
bakar yang terkecil sekalipun. Betapa jauah lebih mengerikan lagi api yang
diberi kayu bakar atau minyak dan yang tak dapat dipadamkan seperti didalam Api
Penyucian itu. Dinyalakan oleh hembusan napas Allah untuk menjadi sarana
PengadilanNya, api itu akan memerangkap jiwa-jiwa serta menyiksanya dengan
kobaran yang tak ada bandingnya. Itulah yang telah kita ceritakan, dan masih
akan kita ceritakan lagi dan hendaknya hal itu mengilhami kita dengan rasa takut
yang suci yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada kita. Namun bagi pembaca
yang kurang yakin, yang mengabaikan kepercayaan iman Kristiani yang seharusnya
bisa menenangkan rasa takut kita, hendaknya mereka bisa melepaskan diri dari
rasa takut yang berlebihan dan marilah kita memperhatikan doktrin semula yang
diajukan oleh doktor Gereja yang lain, St.Francis dari Sales, yang menceritakan
penderitaan Api Penyucian yang bisa dikurangi dengan penghiburan-penghiburan
yang menyertai mereka.
Kata orang suci
ini dan penasihat yang baik bagi jiwa-jiwa :”Hendaknya kita bisa menarik
pelajaran dari pemikiran tentang Api Penyucian ini lebih banyak penghiburan
dari pada pemahaman mengenai Api Penyucian. Sebagian besar dari mereka yang
mengalami penderitaan Api Penyucian adalah karena mereka lebih memperhatikan
dirinya sendiri dari pada memperhatikan kepentingan kemuliaan Allah. Hal ini
terjadi karena kenyataan bahwa mereka hanya memikirkan penderitaannya tanpa mau
memperhatikan rasa damai dan kebahagiaan yang bisa dinikmati disana oleh
jiwa-jiwa yang suci. Memang benar bahwa siksaan disana amatlah berat sehingga
penderitaan yang terbesar di dunia ini tak ada bandingnya dengan penderitaan di
Api Penyucian. Namun kepuasan batin yang ada disana adalah besar sehingga tak
ada kesejahateraan ataupun kepuasan di dunia ini yang bisa menyamainya.
Jiwa-jiwa itu bersatu terus menerus dengan Allah. Mereka secara sempurna tunduk
kepada kehendakNya, atau keinginan mereka dirubah menjadi keinginan Allah
sehingga mereka tak memiliki keinginan sendiri kecuali keinginan Allah.
Sehingga jika Surga terbuka bagi mereka, maka mereka akan menjatuhkan dirinya
kedalam neraka secara sukarela dari pada mereka menampakkan dirinya dihadapan
Allah dengan membawa noda-noda dosanya, dimana mereka telah mampu melihat
dirinya dengan noda dosa itu adalah sangat buruk rupanya. Mereka akan
memurnikan dirinya secara sukarela dan dengan rasa kasih, karena demikianlah
memang kesenangan Ilahi itu.
Mereka ingin
tinggal dalam keadaan dimana Allah amat berkenan dan sepanjang keadaan itu
menyenangkan Allah. Mereka tak bisa berbuat dosa lagi, ataupun menjalankan
tindakan yang kurang sabar sedikitpun juga, ataupun melakukan
ketidak-sempurnaan yang kecil sekalipun. Mereka mengasihi Allah lebih besar
dari pada mengasihi dirinya sendiri ataupun mengasihi segala benda lainnya.
Mereka mengasihi Allah dengan kasih yang sempurna, murni, tulus, tanpa pamrih.
Mereka dihibur oleh para malaikat. Mereka diyakinkan akan keselamatan kekal
mereka, dan mereka dipenuhi dengan pengharapan yang tak bisa dikecewakan lagi.
Kesedihan terbesar mereka disembuhkan oleh damai yang besar. Jika melihat
penderitaan mereka, mereka adalah seperti di neraka. Namun jika melihat
kesenangan yang diberikan kepada hati mereka, oleh sifat kemurahan hati, kemurahan
hati yang lebih kuat dari pada kematian, dan lebih kuat dari pada neraka, maka
mereka tergolong makhluk Surgawi. Kemurahan hati yang lampu-lampunya adalah
nyala api (Kid. 8). “Keadaan yang berbahagia”, demikian kata Uskup yang suci
itu, “yang lebih menggiurkan dari pada kedahsyatan, karena nyala apinya adalah
nyala api kasih dan kemurahan hati”.
Demikianlah
ajaran para doktor Gereja, dari mana kita bisa mengerti bahwa jika sakitnya Api
Penyucian adalah berat dan keras, tetapi hal itu terjadi bukannya tanpa
penghiburan. Ketika Tuhan memberikan salibNya kepada kita didalam kehidupan
ini, Dia sekaligus mencurahkan rahmatNya yang terbesar, dan didalam memurnikan
jiwa-jiwa didalam Api Penyucian seperti emas didalam mangkuk pembakar, Tuhan
menenangkan keganasan nyala api itu dengan penghiburan yang tak terkatakan
besarnya. Kita tak boleh lupa akan adanya unsur penghiburan ini, sisi yang
terang dari gambaran suram dari Api Penyucian, yang akan kita lihat lebih jauh
lagi nanti.
No comments:
Post a Comment