Volume 1 : Misteri Keadilan
Allah
Bab 8
Lokasi Api Penyucian – St.Gregorius
Agung
Deacon Paschasius dan Imam dari
Centumcellae
Stephanus Terberkati, seorang
Fransiskan dan rohaniwan dari
biaranya Theophilus Renaud dan wanita yang sakit dari Dole
Menurut
St.Thomas dan para doktor Gereja, seperti yang telah kita ketahui sebelumnya,
Pengadilan Ilahi dalam hal-hal tertentu memberikan tempat yang khusus di dunia
bagi jiwa-jiwa tertentu. Pendapat ini sejalan dengan beberapa kenyataan,
diantaranya adalah dua peristiwa yang diceritakan oleh St.Gregorius Agung
didalam buku ‘Dialogues’. Ketika aku masih muda dan masih menjadi orang
awam, aku mendengar cerita seperti yang diberitakan kepada para pemimpin biara,
yang merupakan orang-orang yang sering menerima laporan-laporan berbagai
berita, betapa Deacon Paschasius menampakkan diri kepada Germain, Uskup Capua.
Paschasius, Deacon dari Tahta Suci, yang buku-bukunya mengenai Roh Kudus masih
banyak dibaca, adalah seorang yang suci, yang sangat rajin melaksanakan tindakan
kemurahan hati, bersemangat menolong orang-orang miksin dan paling melupakan
kepentingannya sendiri. Setelah dia berdebat masalah pemilihan Paus, Paschasius
lalu memisahkan diri dari para uskup, dan dia bergabung bersama kelompok orang
yang tidak disetujui oleh Paus. Setelah itu dia meninggal dunia, dengan
meninggalkan sebuah reputasi yang baik atas kesuciannya, yang juga ditegaskan
oleh Tuhan melalui sebuah keajaiban : penyembuhan spontan pada hari
pemakamannya, dengan cara menyentuh kain kafannya. Lama sesudah itu, Germain,
Uskup Capua itu, disuruh oleh dokter untuk datang ke tempat pemandian dari
St.Angelo. Sangat terkejut sekali dia mendapati Deacon Paschasius sedang
bekerja di bagian yang amat penting dari tempat pemandian itu. “Disini aku menebus
dosa-dosaku” demikian kata penampakan itu. “atas segala kesalahan yang
kulakukan karena aku telah bergabung bersama kelompok yang salah. Aku memohon
kepadamu berdoalah kepada Tuhan bagiku. Engkau akan tahu bahwa doamu
didengarkan Tuhan jika engkau tidak lagi melihat aku di tempat ini”.
Germain
mulai berdoa bagi orang yang telah meninggal itu, Paschasius. Dan setelah
beberapa hari kemudian, dia kembali ke tempat pemandian itu, Germain
mencari-cari Paschasius disitu, tetapi dia tidak ditemukan. “Dia harus
menjalani hukuman sementara”, kata St.Gregorius Agung, “karena dia telah
berdosa tidak mau memperhatikan, bukan karena sikap kebencian”.
Paus
yang sama juga berbicara tentang seorang imam dari Centumcellae, yang kini
bernama Civita Vecchia, yang juga pergi ke tempat pemandian air hangat itu.
Tiba-tiba ada seorang pria menghadap kepadanya dan mengatakan bahwa dia
bersedia untuk melayani imam itu didalam tugas-tugas yang paling kasar
sekalipun. Selama beberapa hari orang itu menunggui dan melayani imam itu dengan
amat patuh sekali. Imam yang baik itu berpikir bahwa dia haruslah membalas
kebaikan hati dan perhatian yang besar dari orang itu. Pada hari berikutnya
imam itu datang dengan membawa dua buah roti, dan setelah menerima pelayanan
yang istimewa dari hambanya yang baru itu, dia memberikan roti itu kepadanya.
Hamba itu, dengan wajah bersedih, menjawab :”Mengapa, pastor, mengapa anda
menawarkan roti ini kepadaku ? Aku tak bisa memakannya. Aku, seperti yang telah
anda lihat ini, dahulu adalah penguasa tempat ini, dan setelah kematianku aku
dikirim kembali kepada keadaan dimana anda melihatku seperti ini demi penebusan
atas segala kesalahanku. Jika anda ingin agar aku berbuat baik, ah !,
berikanlah kepadaku Roti Ekaristi saja”.
Dengan
kalimat ini tiba-tiba orang itu menghilang, dan dia yang semula dikira oleh
imam itu sebagai manusia biasa, ternyata dia adalah suatu roh, karena dia bisa
menghilang.
Selama
seminggu penuh imam yang baik hati itu mempersembahkan dirinya untuk melakukan
silih, dan mempersembahkan Hosti Kudus bagi orang yang telah meninggal itu.
Setelah kembali ke tempat pemandian itu, imam itu tidak lagi menjumpai hamba
yang setia itu lagi dan dia berkesimpulan bahwa hamba itu telah dibebaskan.
Nampaknya
bahwa Pengadilan Ilahi kadang-kadang menghukum jiwa-jiwa untuk menjalani
hukuman di tempat yang sama dimana dosa itu dilakukan. Kita membaca didalam
tulisan Wakil Kepala biara, bahwa Stephanus Terberkati, rohaniwan dari ordo
itu, memiliki devosi kepada Sakramen Terberkati, sehingga dia menghabiskan sebagian
besar waktunya pada malam hari untuk melakukan adorasi dihadapan Sakramen
Terberkati. Pada suatu saat, ketika dia sendirian didalam kapel, dimana
kegelapan didalamnya hanya dipecahkan oleh secercah sinar kecil dari lampu
tabernakel, tiba-tiba dia melihat seorang rohaniwan datang kesitu. Stephen
mendekatinya dan menanyakan kepadanya apakah dia telah mendapat ijin untuk
meninggalkan kamarnya pada jam seperti itu. “Aku telah meninggal dunia”,
jawabnya. “Atas perintah dari Pengadilan Allah, aku harus menjalani Api Penyucian,
karena disini aku telah berdosa melalui sikap tidak ramah dan mengabaikan Tahta
Suci. Tuhan mengijinkan aku untuk menjelaskan keadaan yang kualami ini kepadamu
agar kamu bisa menolongku melalui doa-doamu”.
Tersentuh
oleh kalimat itu, Stephen Terberkati segera berlutut untuk mendaraskan doa-doa De
Profundis dan doa-doa lainnya. Dan dia melihat bahwa sementara dia berdoa
itu, maka penampilan dari orang yang telah meninggal itu semakin bahagia.
Beberapa kali pada malam-malam berikutnya, dia melihat penampakan itu dengan
cara yang sama, namun setiap kali orang itu nampak semakin bahagia karena dia
semakin mendekati saat pembebasannya. Akhirnya, setelah doa yang terakhir dari
Stephen Terberkati, jiwa itu naik dalam keadaan bercahaya dari kamarnya, dan
jiwa itu menyatakan rasa terima kasih kepada Stephen Lalu dia menghilang di
tengah kemuliaan yang bercahaya. Kejadian berikutnya adalah amat menakjubkan,
sehingga kita agak takut untuk memberitakan hal itu”, demikian kata Canon
Postel, dimana hal itu belum diceritakan oleh Pastor Theophilus Renaud, seorang
teolog, yang menganggap hal itu sebagai peristiwa yang terjadi pada zamannya
dan dihadapan matanya.
Abbe
Louvet, menambahkan bahwa VikJen dari Uskup Agung Besancon, setelah memeriksa
semua detilnya, maka dia memahami kebenaran yang ada disitu. Pada tahun 1629,
di Dole, Franche-Compte, Hugette Roy, seorang wanita setengah baya, terbaring
di tempat tidur karena penyakit paru yang sangat membahayakan hidupnya. Para
dokter saat itu berkesimpulan untuk mengambil sebagian darahnya dengan jalan
memotong sebuah arteri pada lengan kirinya, tetapi hal ini justru semakin
mempercepat penurunan keadaan wanita itu. Hari berikutnya, pada pagi hari,
wanita itu melihat seorang gadis muda memasuki kamarnya dengan berpakaian putih
dan tingkah lakunya amat sopan sekali. Gadis muda itu menanyakan kepada wanita
itu, Hugette Roy, apakah dia bersedia menerima pertolongannya dan dirawat
olehnya. Wanita yang sedang sakit itu merasa senang dengan tawaran itu, karena
tak ada lainnya yang bisa lebih menyenangkan dia dari pada tawaran itu. Dan
saat itu juga gadis asing itu menyalakan api dan mendekati Hugette. Dia merawat
Hugette di tempat tidurnya dengan sangat hati-hati sekali, dan gadis itu terus
menjaga Hugette dan melayani dia seperti seorang perawat rumah sakit yang
paling setia. Tetapi betapa menakjubkan ! Bersentuhan dengan tangan gadis yang
tidak dikenal sebelumnya itu begitu bermanfaat sekali sehingga Hugette yang
sudah sekarat itu merasa berkurang banyak dari sakitnya dan segera dia merasa
sembuh sama sekali. Lalu Hugette itu ingin mengetahui siapa sebenarnya gadis
yang asing itu. Hugette memanggil gadis itu untuk bertanya kepadanya. Namun
gadis itu tiba-tiba menghilang sambil mengatakan bahwa dia akan kembali kesitu
malam nanti. Sementara itu kebingungan dan rasa takjub menguasai hati Hugette
dan berita mengenai penyembuhannya itu secara mendadak sudah tersebar luas, dan
di kota Dole ini tak ada lagi yang dibicarakan orang banyak kecuali peristiwa
misterius kesembuhannya itu.
Ketika
tamu tak dikenal itu kembali lagi pada malam harinya, dia berkata kepada
Hugette, tanpa berusaha menyembunyikan dirinya :”Ketahuilah kemenakanku yang
terkasih, aku adalah bibimu sendiri, Leonarde Collin, yang telah meninggal 17
tahun yang lalu dan memberimu warisan harta yang sedikit itu. Aku berterima
kasih kepada Kelimpahan Ilahi karena aku diselamatkan melalui Perawan
Terberkati, dimana aku telah berdevosi kepadanya, yang telah memperoleh
kebahagiaan ini bagiku. Jika tanpa dia maka aku pasti musnah. Ketika secara
tiba-tiba maut merenggutku, aku dalam keadaan berdosa berat. Tetapi Perawan
Maria yang sangat murah hati itu telah mendapatkan karunia penyesalan hati
bagiku dan menyelamatkan aku dari hukuman yang kekal. Sejak itu aku berada didalam
Api Penyucian dan Tuhan telah mengijinkan aku untuk menyelesaikan penebusan
dosaku dengan cara melayani kamu seperti ini selama 14 hari. Pada akhir dari
waktu itu, aku akan dilepaskan dari rasa sakitku jika kamu bersedia untuk
melakukan 3 kali ziarah ke tiga tempat suci dari Perawan Terberkati demi aku”.
Hugette
merasa takjub dengan kenyataan ini. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Tidak mampu dia mempercayai kenyataan dari penampakan itu dan dia merasa takut
kalau-kalau dirinya tertipu oleh roh jahat. Lalu dia berkonsultasi kepada bapa
pengakuannya, Pastor Antony Roland, seorang Jesuit. Pastor itu menganjurkan
Hugette untuk memperlakukan gadis asing itu dengan doa-doa pengusiran setan
dari Gereja. Ternyata ancaman ini tidak bisa mengusik gadis itu. Dengan
perlahan gadis itu berkata bahwa dirinya tidak merasa takut kepada doa-doa
Gereja itu. ‘Hal itu tak akan bisa”, katanya, “karena hal itu hanya berpengaruh
terhadap setan dan orang-orang yang terkutuk. Dan tak ada yang bisa
mempengaruhi jiwa-jiwa pilihan, yang berada dibawah naungan rahmat Allah,
seperti aku ini”. Hugette masih belum yakin. Dia bertanya kepada gadis muda itu
:”Bagaimana engkau bisa mengaku sebagai bibiku, Leonarde ? Dia sudah tua dan
jompo, tak bisa diikuti jalan pikirannya dan suka bertingkah laku aneh,
sementara engkau masih muda, cakap dan lembut”. “Ah, kemenakanku’, jawab gadis
itu, “tubuhku yang sebenarnya sudah ada didalam kubur, dimana ia akan tetap
berada disana hingga saat kebangkitan nanti. Tetapi yang ini, yang kau lihat
ini, adalah yang diciptakan secara ajaib dari udara, agar aku bisa berbicara
kepadamu, melayani kamu dan menerima doa-doa permohonanmu. Mengenai sifatku
yang lemah itu, 17 tahun aku telah menebusnya dengan cara mengalami penderitaan
yang amat menyakitkan dan aku telah mengajari diriku untuk bersabar dan
bersikap tunduk dan tulus. Ketahuilah bahwa didalam Api Penyucian kami
diteguhkan didalam rahmat, ditandai dengan meterai orang-orang pilihan, dan
karena itu kami bisa bebas dari segala kebusukan”.
Setelah
penjelasan itu, rasa tidak percayanya telah musnah. Saat itu juga Hugette
berterima kasih dan sekaligus merasa takjub, dan dia menerima pelayanan dari
gadis itu dengan gembira selama 14 hari seperti yang telah direncanakan. Hanya
dia saja yang bisa melihat dan mendengar kehadiran gadis itu, yang datang
kepadanya pada jam-jam tertentu saja, dan kemudian menghilang secara tiba-tiba.
Segera setelah kekuatannya pulih, maka dengan amat setia dia melakukan ziarah
seperti yang diminta oleh gadis itu.
Pada
akhir dari 14 hari itu, penampakan itu berhenti. Leonarde menampakkan diri
untuk terakhir kalinya dan dia mewartakan pembebasannya. Dia kemudian berada
dalam keadaan kemuliaan yang tak ada bandingnya, bercahaya seperti bintang, dan
penampilannya menunjukkan rasa sukacita yang paling sempurna. Lalu Leonarde
menyatakan rasa terima kasihnya kepada kemenakannya itu, dan dia berjanji untuk
berdoa baginya dan bagi seluruh keluarganya. Leonarde menasihati Hugette agar
selalu ingat, ditengah segala penderitaan kehidupan di dunia ini, akan akhir
dari keberadaan kita semua, yang merupakan keselamatan dari jiwa kita.
No comments:
Post a Comment