Volume 1 : Misteri Keadilan
Allah
Bab
12
Rasa sakitnya Api Penyucian
Bellarmine dan St. Christine ‘the Admirable’
Cardinal
yang suci dan pandai itu kemudian menceritakan sejarah St.Christine the
Admirable, yang hidup di Belgia sekitar akhir abad 12, yang tubuhnya tetap utuh
hingga kini di St.Trond, di Gereja ‘the Redemptorist Fathers’. Kisah kehidupan
perawan yang terkenal ini, demikian dikatakan, ditulis oleh Thomas de
Cantimpre, seorang religius dari ordo St.Dominikus, seorang penulis terkenal
dan berteman dengan orang kudus itu. Cardinal James de Vitry, didalam bagian
pendahuluan dari buku Biografi Maria d’Ognies, berbicara banyak tentang
wanita-wanita suci dan para perawan yang terkenal. Namun satu yang dia kagumi
lebih dari pada yang lain, adalah St.Christine, dimana dia telah melihatnya
banyak melakukan hal-hal yang menakjubkan.
Hamba
Allah ini setelah melewati tahun-tahun pertama kehidupannya didalam
kesederhanaan dan kesabaran, dia meninggal pada usia 32 tahun. Ketika dia akan
dikuburkan, dimana tubuhnya sudah diletakkan didalam Gereja disebuah peti mayat
yang terbuka, sesuai dengan adat istiadat saat itu, tiba-tiba dia terbangun
hingga peristiwa itu mengejutkan seluruh kota St.Trond yang menyaksikan
keajaiban ini. Kekaguman itu semakin meningkat ketika mereka mengetahui dari
mulut St.Christine sendiri, apa yang terjadi atas dirinya setelah kematian itu.
Kini marilah kita menyimak ceritanya :
“Segera
setelah jiwaku terpisah dari tubuhku, jiwa itu diterima oleh para malaikat yang
kemudian menuntunnya menuju sebuah tempat yang sangat gelap, yang sudah
dipenuhi dengan banyak sekali jiwa-jiwa disitu. Siksaan-siksaan yang mereka
tanggung di tempat itu nampak kepadaku begitu berat sekali, sehingga tidak
mungkin bisa aku menceritakan kerasnya penderitaan itu dengan kata-kata.
Diantara mereka aku melihat banyak sahabatku, dan dengan tersentuh oleh
kesedihan mereka yang sangat berat itu, aku lalu bertanya tempat apa itu,
karena aku mengira bahwa tempat itu adalah neraka. Penuntunku menjawab bahwa
itu adalah Api Penyucian, dimana para pendosa dihukum, karena sebelum kematian,
mereka telah betobat dan menyesali dosa-dosa mereka, tetapi mereka masih belum
cukup memuaskan Allah. Dari situ aku dituntun menuju neraka, dan disana aku
mengenali, diantara orang-orang yang durhaka itu, ada beberapa orang yang sudah
kukenal sebelumnya”.
“Para
malaikat itu kemudian membawa aku menuju Surga, hingga kepada Tahta Kemuliaan
Ilahi. Tuhan memandang aku dengan mata yang amat menyenangkan, dan aku
merasakan kebahagiaan yang sangat besar sekali, karena aku mengira akan
menerima rahmat dengan tinggal bersama Dia selamanya. Namun Bapa Surgawi, demi
melihat apa yang terjadi didalam hatiku, berkata kepadaku :”Yakinlah, puteriKu
yang terkasih, suatu hari nanti kamu akan tinggal bersamaKu. Namun sekarang Aku
mengijinkan kamu untuk memilih, tetap tinggal bersamaKu untuk selamanya mulai
sekarang, atau kamu kembali lagi ke dunia untuk melaksanakan sebuah tugas
kemurahan hati dan penderitaan. Untuk bisa lepas dari nyala api Api Penyucian
maka jiwa-jiwa itu yang telah menimbulkan rasa belas kasihan dalam dirimu, kamu
akan menderita bagi mereka di dunia. Kamu akan menanggung siksaan yang berat
tanpa kamu meninggal karenanya. Bukan saja Aku akan bisa membebaskan
orang-orang yang telah meninggal itu, tetapi juga contoh kehidupanmu bagi
orang-orang di dunia, penderitaanmu yang berkelanjutan itu, akan menuntun
banyak pendosa untuk bertobat dan menebus segala dosa kejahatan mereka. Setelah
mengakhiri kehidupan yang baru ini, kamu akan kembali kesini dengan membawa
banyak jasa-jasa”.
“Atas
perkataan ini, dengan melihat besarnya manfaat yang ditawarkan kepadaku bagi
kepentingan jiwa-jiwa itu, maka aku menjawab tanpa ragu bahwa aku akan kembali
ke dunia dan aku bangkit didalam tubuhku saat itu juga. Bagi tujuan yang utama
inilah, yaitu pertolongan kepada orang-orang yang meninggal dan demi pertobatan
para pendosa, maka aku kembali ke dunia ini. Karena itu janganlah terkejut,
atas segala tindakan penebusan dosa yang kulakukan nanti, atau pada kehidupan
yang kulakukan sejak saat ini. Hal ini akan berlangsung secara luar biasa
sehingga tak ada yang seperti itu lagi”.
Semua
ini diceritakan oleh orang kudus itu sendiri. Dan kini marilah kita menyimak
apa yang ingin dikatakan oleh penulis biografi itu dibagian yang lain dari buku
itu :
“Segera
saja Christine melaksanakan tindakan seperti yang diutus oleh Allah kepadanya.
Dia menolak segala bentuk kesenangan kehidupan ini dan dia menyendiri, tanpa
rumah, tanpa api, lebih sengsara dari pada burung-burung di udara, yang masih
memiliki sarang untuk berlindung. Tidak puas dengan tindakan ini, Christine
mencari segala hal yang bisa membuatnya menderita. Dia melemparkan dirinya
kedalam tungku api yang menyala, hingga dia mengalami rasa sakit yang luar
biasa besarnya, hingga dia tak mampu menanggungnya, sampai-sampai dia berteriak
kesakitan. Dia tetap berada didalam api itu hingga lama, namun setelah keluar
dari situ, tubuhnya sama sekali tidak terbakar. Pada musim dingin, Christine
menceburkan diri kedalam sungai Meuse yang beku airnya itu, dan tetap tinggal
di sungai itu bukan saja dalam hitungan jam, tetapi hingga berminggu-minggu
lamanya. Semuanya ini dilakukan sambil berdoa dan memohon kemurahan hati Allah.
Kadang-kadang ketika dia sedang berdoa didalam air sungai yang dingin seperti
es, dia membiarkan dirinya terbawa oleh arus air hingga mencapai sebuah tempat
penggilingan dimana roda-roda penggilingan itu berputar oleh arus air itu, dan
roda itupun ikut memutar tubuh Christine hingga menimbulkan rasa ngeri bagi
orang-orang yang melihatnya, karena orang-orang takut kalau-kalau hal itu akan
menghancurkan tubuh dan tulang Christine. Pada kesempatan yang lain, dengan
dikejar oleh anjing-anjing, yang sampai menggigit dan merobekkan daging
tubuhnya, dia berlari dan masuk kedalam semak berduri tajam, hingga tubuhnya
penuh dengan darah. Namun setelah dia keluar dari situ, tak ada darah atau
bekas luka sama sekali pada tubuhnya”.
Begitulah
tindakan-tindakan yang amat terpuji dari penebusan dosa yang dilakukan oleh
Christine seperti yang diceritakan oleh penulis biografi St.Christine. Penulis
ini adalah seorang Uskup, pembantu dari Uskup Agung Cambray. Bellarmine berkata
:’Kita memiliki alasan untuk percaya akan kesaksiannya, karena dia menjadi
jaminan bagi penulis lain yang terkenal, James de Vitry, Uskup dan Kardinal,
dan karena dia bercerita apa yang terjadi pada zamannya, terutama dengan
wilayah tempat dia tinggal. Disamping itu, penderitaan yang dialami oleh
perawan yang terpuji ini, tidaklah terjadi secara tersembunyi. Semua orang bisa
melihatnya, bahwa dia berada ditengah kobaran api tanpa terbakar, dan tubuhnya
dipenuhi dengan luka-luka, dan beberapa saat kemudian semua itu hilang lenyap
dari tubuhnya, tanpa bekas. Lebih dari itu, kehidupannya menjadi amat
menakjubkan, yang dia jalani selama 42 tahun setelah dia hidup kembali dari
kematiannya. Dengan jelas Tuhan menunjukkan bahwa keajaiban-keajaiban yang
dilakukannya adalah berasal dari keutamaan dari yang diatas.
Pertobatan-pertobatan yang dihasilkannya serta keajaiban-keajaiban yang terjadi
setelah kematiannya, telah membuktikan adanya campur tangan Allah, serta
kebenaran, setelah kebangkitannya, yang dia nyatakan mengenai kehidupan
disebelah sana”.
Begitulah,
kata Bellarmine, Tuhan berkehendak membungkam orang-orang yang berpikiran
bebas, yang mengaku secara terus terang tidak percaya kepada apapun juga, dan
yang telah berani bertanya “Siapakah yang bisa kembali dari dunia kematian ?
Siapakah yang telah melihat siksaan-siksaan di neraka atau Api Penyucian ?”.
Lihatlah kepada dua saksi itu, karena keduanya meyakinkan kita bahwa kedua
orang itu telah melihat neraka dan Api Penyucian dan bahwa kedua tempat itu
amatlah mengerikan. Adakah tindakan yang lain kecuali bahwa kecaman-kecaman itu
tidak lagi bisa dimaafkan, dan bahwa mereka yang percaya tetapi lalu lupa untuk
melakukan tindakan penebusan dosa, maka mereka pastilah akan dihukum dengan
kerasnya !
No comments:
Post a Comment