uskup agung Vigano menyerukan kepada para uskup peserta
pertemuan puncak, agar bertobat
NEWS: WORLD NEWS
by Stephen Wynne • ChurchMilitant.com •
February 21, 2019
Viganò Memperingatkan 'kita harus memiliki
keberanian dan kerendahan hati untuk mengikuti Yesus'
ROMA (ChurchMilitant.com) - Seminggu setelah memperingatkan umat beriman Katolik dan "nampaknya tidak ada tanda-tanda dari kesediaan yang tulus " di antara para uskup untuk "memperhatikan dan menangani penyebab yang sebenarnya" dari krisis pelecehan seks para klerus, maka uskup agung Carlo Maria Viganò berbicara lagi - kali ini langsung kepada para wali gereja (uskup).
Saat
pertemuan puncak mengenai kasus pelecehan seks Vatikan sedang berlangsung pada
hari Kamis, uskup agung Viganò mengeluarkan surat
terbuka kepada
rekan-rekan uskupnya yang sedang berkumpul di Roma.
Dengan
mengutip ucapan Paus Benediktus XVI, Viganò mengingatkan mereka bahwa mereka
harus memilih antara menolak Yesus atau menerima Dia dan misi-Nya, dan mendesak
mereka untuk menjawab panggilan Kristus untuk bertobat - untuk memanggul salib
mereka dan mengikuti Yesus, yang merupakan "Jalan, Kebenaran dan
Kehidupan."
Di
bawah ini adalah surat uskup agung Viganò kepada para presiden konferensi para
uskup yang sedang berkumpul di Roma:
Kita
tidak dapat menolak untuk melihat sebagai sebuah tanda Providencia bahwa Anda,
Paus Francis, dan saudara-saudara Uskup yang mewakili seluruh Gereja, telah
berkumpul pada hari dimana kita merayakan kenangan akan Santo Petrus Damian. Rahib
agung dari abad ke-11 ini telah mengerahkan segenap kekuatan dan semangat
apostoliknya untuk memperbarui Gereja pada masanya, yang begitu rusak parah
oleh dosa-dosa sodomi dan penjualan suat pengakuan dosa. Dia melakukan hal itu
dengan bantuan para uskup yang setia dan umat awam, terutama dengan dukungan
Abbas Hildebrand dari Biara Santo Paulus ekstra
muros, yang kemudian menjadi Paus St. Gregorius Agung.
Maka ijinkanlah
saya untuk mengusulkan, sebagai bahan perenungan, perkataan dari Paus Emeritus
Benediktus XVI yang terkasih yang ditujukan kepada umat Allah dalam Audiensi
Umum hari Rabu, 17 Mei 2006, dalam mengomentari bagian yang paling dalam dari
Injil Markus 8: 27–33 yang kita bacakan pada Misa hari ini.
Petrus
akan menjalani momen penting yang baru dari perjalanan rohaninya di dekat
Kaisarea Filipi ketika Yesus mengajukan pertanyaan yang tepat kepada para
murid: "Menurut orang-orang, siapakah Aku ini?" (Markus 8:27). Tetapi
bagi Yesus, kabar angin saja tidaklah cukup. Dia menginginkan dari mereka yang
telah setuju untuk terlibat secara pribadi dengan-Nya, pernyataan pribadi
tentang sikap mereka. Konsekuensinya, Dia bersikeras bertanya lagi: "Tetapi
apa katamu, siapakah Aku ini?" (Markus 8:29).
Adalah
Petrus yang menjawab atas nama teman-teman yang lain: "Engkau adalah
Kristus" (ibid.), yaitu, Mesias.
Jawaban Petrus, yang tidak diungkapkan kepadanya dengan "daging dan
darah" tetapi diberikan kepadanya oleh Bapa yang di Surga (lih. Mat
16:17), berisi, seperti dalam sebuah benih, pengakuan masa depan tentang iman
Gereja. Namun, Petrus belum memahami isi mendalam dari misi Mesianik Yesus,
makna baru dari kata ini: Mesias.
Dia
menunjukkan hal ini beberapa saat kemudian, dan menyimpulkan bahwa Mesias yang
dia ikuti dalam mimpi-mimpinya sangatlah berbeda dari rencana yang sebenarnya dari
Tuhan. Dia terkejut dengan perkataan Tuhan tentang Sengsara-Nya dan dia memprotes,
hingga memicu reaksi yang keras dari Yesus (lih. Mrk 8: 32-33).
Petrus menginginkan Mesias sebagai seorang
"manusia ilahi" yang akan memenuhi harapan orang banyak dengan menerapkan
kekuatannya kepada mereka semua: kita ingin Tuhan menerapkan kekuatan-Nya dan
mengubah dunia ini secara instan. Tetapi Yesus menampilkan diri-Nya sebagai
"Allah manusia," Hamba Allah, yang membalikkan harapan orang banyak
dengan menempuh jalan kerendahan hati dan penderitaan.
Ini
adalah alternatif yang hebat yang harus kita pelajari berulang-ulang: dengan memberi
prioritas pada harapan kita sendiri, menolak Yesus, atau menerima Yesus dalam
kebenaran dari misi-Nya dan mengesampingkan semua harapan yang terlalu
manusiawi.
Petrus,
yang bersifat impulsif, tidak ragu untuk mengesampingkan Yesus dan menegur Dia.
Dan jawaban Yesus telah menghancurkan semua harapannya yang palsu, memanggilnya
untuk bertobat dan untuk mengikuti-Nya: "Enyahlah
Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa
yang dipikirkan manusia." (Mrk 8:33). Bukannya kamu yang menunjukkan
jalan bagi-Ku, karena Aku akan menempuh jalan-Ku sendiri dan kamu harus
mengikuti Aku.
Maka
Petrus belajar apa arti dari ‘mengikuti Yesus yang sesungguhnya.’ Itu adalah
panggilan keduanya, mirip dengan panggilan Abraham dalam Kejadian 22, setelah
itu dalam Kejadian 12: " Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan
nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya."(Markus 8:
34-35). Ini adalah aturan yang menuntut hal berikut ini dari orang yang mau
mengikuti Kristus: seseorang harus, jika perlu, menyerahkan seluruh dunia untuk
menyelamatkan nilai-nilai sejati, untuk menyelamatkan jiwa, untuk menyelamatkan
kehadiran Allah di dunia (lih. Mrk 8 : 36–37). Dan meskipun dengan susah payah,
Petrus menerima ajakan itu dan melanjutkan hidupnya mengikuti jejak sang Guru.
Dan
bagi saya tampaknya pertobatan Santo Petrus ini pada kesempatan yang berbeda,
dan seluruh tokohnya, adalah penghiburan besar dan pelajaran besar bagi kita
semua. Kita juga memiliki keinginan demi Tuhan, kita juga ingin bermurah hati,
tetapi kita juga berharap Tuhan dalam keadaan kuat di dunia dan mengubah dunia dalam
sesaat, sesuai dengan ide dan kebutuhan yang kita rasakan.
Tetapi
Tuhan memilih cara yang berbeda. Tuhan memilih jalan transformasi di dalam hati
dengan menanggung penderitaan dan kerendahan hati. Dan kita, seperti Petrus,
harus bertobat, berulang kali. Kita harus mengikuti Yesus dan tidak berjalan
mendahului Dia : Dialah yang menunjukkan jalan kepada kita.
Begitulah
yang dikatakan Petrus kepada kita: Anda (para uskup peserta pertemuan puncak),
Anda pikir Anda punya resep dan terserah pada Anda untuk mengubah agama
Kristen, tetapi Tuhanlah yang tahu jalannya. Tuhanlah yang berkata kepadaku,
yang berkata kepada Anda: Ikutilah Aku ! Dan kita harus
memiliki keberanian dan kerendahan hati untuk mengikuti Yesus, karena Dialah
Jalan, Kebenaran dan Kehidupan."
Maria, Mater Ecclesiae, Ora pro nobis,
Maria, Regina Apostolorum, Ora pro nobis.
Maria, Mater Gratiae, Mater Misericordiae, Tu nos ab hoste
protege et mortis hora suscipe.
+ Carlo Maria Viganò
Tit. Archbishop of Ulpiana
Apostolic Nuncio
February 21, 2019
Memorial of St. Peter Damian
Apostolic Nuncio
February 21, 2019
Memorial of St. Peter Damian
No comments:
Post a Comment