VIGANÒ: TIDAK ada kesediaan yang tulus di antara PARA uskup
untuk mengakhiri krisis pencabulan
Pengungkap
kebenaran Vatikan (Viganò) menyuarakan
keraguannya atas komitmen para -uskup dalam melakukan reformasi
ROMA (ChurchMilitant.com) - Uskup Agung Carlo Maria Viganò
berbicara tentang pertemuan puncak pelecehan seks Vatikan yang akan datang.
Dalam
sebuah essay bagi sebuah acara simposium National Catholic Register minggu ini, uskup agung Viganò menyoroti
akar dari krisis Gereja serta kelemahan yang melekat dari pertemuan para uskup
21-24 Februari 2019 nanti.
Viganò memulai renungannya dengan kritik atas
pembentukan (pendidikan) para imam.
"Jelas bagi semua orang bahwa penyebab
utama dari krisis pelecehan seksual yang amat mengerikan saat ini, yang
dilakukan oleh para klerus yang telah ditahbiskan, termasuk uskup-uskup, adalah
kurangnya pendidikan spiritual yang tepat dari para calon imam," katanya.
"Kekurangan itu, pada gilirannya, sebagian besar diwujudkan oleh kebusukan
ajaran dan moral dari banyak formator (guru-guru) di seminari, kebusukan yang terus
meningkat secara eksponensial yang mulai pada 1960-an."
Melihat kembali pada pengalamannya sendiri,
Viganò ingat bahwa pembusukan yang merayap ini terlihat jelas bahkan sebelum
akhir Konsili Vatikan II:
Saya memasuki seminari kepausan di Roma dan
memulai studi saya di Universitas Gregorian ketika saya berusia 25 tahun. Itu
tahun 1965, hanya beberapa bulan sebelum akhir Vatikan II. Saya tidak bisa
tidak memperhatikan, tidak hanya di perguruan tinggi saya sendiri tetapi juga
di banyak tempat lain di Roma, bahwa beberapa seminaris bersikap sangat tidak
dewasa dan bahwa rumah-rumah pembinaan ini ditandai oleh kurangnya disiplin
yang menyeluruh dan sangat serius. ...
Para seminaris kadang-kadang menghabiskan malam
di luar seminari saya, karena pengawasannya sangat tidak memadai. Pembimbing
rohani kami mendukung penahbisan im ad
tempus - gagasan bahwa penahbisan imamat dapat menjadi status yang bersifat
sementara belaka.
Di Gregorian, salah satu profesor teologi moral
mendukung etika situasi. Dan beberapa teman sekelas menceritakan kepada saya
bahwa direktur spiritual mereka tidak keberatan dengan kehadiran mereka untuk ditahbiskan
menjadi imam meskipun mereka membawa dosa-dosa besar yang belum terselesaikan
dan terus menerus melakukan perbuatan yang melanggar kesucian.
Viganò menegaskan bahwa "mereka yang
menderita ‘ketertarikan kepada sesama jenis’ seharusnya tidak pernah diterima
di seminari."
"Terlebih lagi, sebelum seorang seminaris
diterima untuk ditahbiskan, dia tidak hanya harus berjuang demi kesucian,
tetapi juga harus benar-benar mencapainya," lanjut uskup agung itu.
"Dia harus sudah hidup selibat suci dengan damai dan untuk jangka waktu
yang lama, karena jika ini kurang, seminaris itu dan para gurunya tidak dapat
memiliki keyakinan yang diperlukan bahwa dia dipanggil untuk hidup
selibat."
Mengapa Paus Francis tetap dan bahkan memilih sebagai
kolaborator dekatnya, orang-orang yang terkenal sebagai homoseksual? Tweet
Viganò menyalahkan para uskup karena membiarkan
kerumunan pria cacat mental dan spiritual ini untuk bergabung dengan barisan
imamat dan menyerukan setiap keterlibatan uskup dalam pelecehan seks atau tindakan
menutup-nutupi untuk diberhentikan dari posisi dan jabatannya.
"Para uskup memiliki tanggung jawab utama
untuk pembentukan kandidat mereka menjadi imam," Viganò mengingatkan para
pembaca. "Setiap uskup yang telah menutup-nutupi tindakan pelecehan atau bujuk
rayu terhadap anak-anak di bawah umur, orang dewasa yang rentan atau orang
dewasa di bawah asuhan pastoralnya, termasuk para seminaris, tidak cocok untuk memegang
tanggung jawab atau untuk pelayanan episkopal dan dia harus dipindahkan dari jabatannya."
Melihat ke depan, kepada pertemuan puncak tentang
pelecehan seks minggu depan di Roma, Viganò menyatakan bahwa hanya sedikit sekali
harapan bahwa pertemuan para uskup itu akan bisa menyelesaikan skandal imam-imam
predator yang sedang berlangsung saat ini, dimana dia mencatat bahwa penyelenggara
konferensi itu telah mengabaikan akar dari krisis yang ada.
"Saya berdoa dengan sungguh hati bagi keberhasilan
pertemuan Februari itu," kata uskup agung itu, seraya menambahkan bahwa dirinya
"akan sangat bersukacita jika pertemuan itu berhasil."
Namun, dia mencatat, "tidak ada tanda-tanda
kesediaan yang tulus (dari para uskup) untuk mengatasi penyebab yang sebenarnya"
dari krisis ini.
"Mengapa pertemuan itu hanya berfokus pada
penyalahgunaan anak-anak di bawah umur?" Viganò bertanya.
"Kejahatan-kejahatan ini memang yang
paling mengerikan, tetapi krisis di Amerika Serikat dan Chili yang sebagian
besar telah memicu pertemuan mendatang, berkaitan dengan pelanggaran yang
dilakukan terhadap orang-orang dewasa muda, termasuk para seminaris, tidak
hanya terhadap anak di bawah umur," katanya mengamati. "Hampir tidak
ada yang dikatakan (dalam agenda pertemuan itu) tentang pelanggaran seksual terhadap
orang dewasa, yang dengan sendirinya merupakan penyalahgunaan otoritas
pastoral, terlepas apakah hubungan itu 'atas dasar sukarela atau tidak.' "
Selanjutnya dia menekankan:
Mengapa kata "homoseksualitas" tidak
pernah muncul dalam dokumen resmi Tahta Suci baru-baru ini? Ini sama sekali
tidak menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka yang memiliki kecenderungan
homoseksual adalah pelaku kekerasan, tetapi faktanya adalah tetap bahwa
sebagian besar pencabulan telah ditimpakan kepada anak laki-laki pasca-puber
oleh para klerus homoseksual. Adalah sebuah kemunafikan jika mengutuk pelecehan
itu saja dan pernyataan simpati dengan para korban, tanpa menghadapi dan menyelesaikan
fakta ini dengan jujur. Revitalisasi rohani terhadap para rohaniwan diperlukan,
tetapi pada akhirnya tidak akan efektif jika tidak mengatasi masalah ini secara
keseluruhan. "Tempat mengapa Paus Francis tetap dan bahkan menunjuk sebagai
kolaborator dekatnya, orang-orang yang terkenal homoseksual?" uskup agung Viganò
melanjutkan. "Mengapa dia menolak untuk menjawab pertanyaan yang sah dan
tulus tentang penunjukan ini? Dengan melakukan hal itu maka dia (paus) telah kehilangan
kredibilitas atas keinginannya yang sebenarnya untuk mereformasi Kuria dan
memerangi kebusukan."
Pada bulan Agustus, Viganò mengungkapkan bahwa
hanya beberapa bulan setelah kepausannya, Francis mencabut hukuman dari Cdl. Theodore McCarrick
saat itu. Theodore
McCarrick adalah seorang pemangsa seksual serial terhadap para seminaris dan para
putera altar. Dia juga melihat bahwa Paus mengangkat Cdl. Francesco
Coccopalmerio dan uskup agung Vincenzo Paglia ke posisi kekuasaan, dimana kedua
pria ini adalah "termasuk dalam arus homoseksual yang mendukung penumbangan
doktrin Katolik tentang homoseksualitas."
Dalam refleksinya saat simposium, Viganò
mengulangi sebuah
anjuran bulan Oktober kepada paus Francis.
"Dalam kesaksian ketiga saya, saya memohon
kepada Bapa Suci untuk melaksanakan komitmen yang dibuatnya sendiri dalam
mengemban jabatannya sebagai Penerus Petrus," kenangnya. "Saya
menunjukkan bahwa dia melakukan sendiri misi untuk menguatkan saudara-saudaranya
dan membimbing semua jiwa dalam mengikuti Kristus di sepanjang jalan
salib."
"Saya mendesaknya saat itu, dan sekarang saya
mendesaknya lagi, untuk mengatakan yang sebenarnya, untuk bertobat, dan menunjukkan
kesediaannya untuk mengikuti mandat yang diberikan kepada Petrus, dan setelah
bertobat, agar dia menguatkan saudara-saudaranya (lht. Luk.22:32),"
katanya.
Demikian pula, Viganò meminta saudaranya, para
uskup, untuk berkomitmen kembali pada kebenaran.
"Saya berdoa semoga para uskup yang
berkumpul di Roma nanti akan mengingat Roh Kudus," katanya, "yang
mereka terima dengan penumpangan tangan, dan melaksanakan tanggung jawab mereka
untuk mewakili Gereja-gereja mereka dan secara tegas meminta, dan mendesak,
sebuah jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan di atas, selama pertemuan puncak itu nanti."
"Saya berdoa agar mereka tidak kembali ke
negara mereka tanpa membawa jawaban yang tepat bagi pertanyaan-pertanyaan
ini," tambahnya, "karena jika mereka gagal dalam hal ini berarti mereka
meninggalkan kawanan mereka sendirian untuk diserahkan kepada serigala dan
membiarkan seluruh Gereja menderita konsekuensi yang mengerikan."
Uskup agung Viganò menutup kalimatnya dengan
menegaskan kembali kepercayaannya kepada Tuhan, dan akan janji-Nya bahwa
gerbang neraka tidak akan menang melawan Iman: "Meskipun ada banyak masalah
seperti yang telah saya jelaskan, saya terus memiliki harapan, karena Tuhan
tidak akan pernah meninggalkan Gereja-Nya."
Khawatir akan keselamatannya, uskup agung Viganò
hingga kini tetap tinggal dalam persembunyian.
No comments:
Post a Comment