By David Ramos
Alcalá de Henares, Spain,
Jan 21, 2022 / 14:00 pm
Teolog Spanyol, pastor José
Antonio Fortea, telah memperingatkan
tentang apa yang disebutnya sebagai ‘bahaya
serius’ bagi Gereja Katolik yang
ditimbulkan oleh jalan sinode
di Jerman.
Dalam sebuah blogpost berjudul “Kemana
Gereja Jerman Akan Menuju”,
imam itu mengatakan bahwa “jika kita melihat sejarah Gereja, kita akan melihat
bahwa jalan sinode adalah sesuatu yang
Tuhan inginkan, tetapi hasil dari konsili atau sinode tidak selalu merupakan buah yang tepat.”
"Hari ini kita menyebut conciliabules (konsili yang tidak
sah) di Jerman sebagai konsili
yang 'sesat', tetapi pada zaman dulu, dan di Jerman saat ini, hal itu dianggap oleh mereka yang menghadirinya sebagai konsili
yang benar, seperti misalnya, mereka yang memberikan definisi yang telah disahkan oleh magisterium Gereja," demikian pastor José Antonio Fortea memberi contoh.
Teolog itu memperingatkan bahwa "sebuah sinode, sebuah konsili, pertemuan gerejawi apa pun, dapat berjalan ke arah yang
berlebihan dan tidak sah, jika ada
tekanan."
“Dan untuk itu kita harus menambahkan bahwa sebuah
konsili regional atau sinode
provinsi, tidak harus menjadi
ekspresi iman Gereja,” tambahnya.
Jalur sinode di Jerman adalah proses di mana para uskup
dan umat awam dari negara ini berpartisipasi untuk menangani masalah-masalah
seperti pelaksanaan kekuasaan, moralitas seksual, imamat, dan peran wanita
dalam Gereja.
Proses ini dimulai 1 Desember 2019 yang
lalu dan dijadwalkan berakhir pada 2023.
Pada bulan Oktober sesi
plenonya berakhir secara tiba-tiba setelah
pemungutan suara menyetujui teks yang mendukung adanya ‘berkat perkawinan’ bagi pasangan sesama jenis dan diskusi tentang apakah imamat masih diperlukan.
Berbagai umat Katolik telah menyatakan keprihatinan mereka tentang arah yang telah dilalui oleh jalan sinode Jerman ini dan mereka telah
memperingatkan adanya risiko perpecahan atau
skisma dengan Gereja Katolik yang sejati.
Pastor José Antonio Fortea mencatat dalam artikelnya bahwa "sinode regional dijamin akan menerima bantuan dari Roh Kudus, tetapi tidak yakin bahwa hasil akhirnya akan menjadi ekspresi iman
Gereja yang tidak diragukan."
“Dalam konklaf (pemilihan paus) misalnya, bantuan Roh
Kudus memang dijamin, tetapi itu tidak
berarti bahwa para kardinal mendengarkan suara Tuhan. Pemilihan paus tertinggi
belum tentu merupakan ekspresi dari apa yang Tuhan inginkan.”
Bagi Pastor José
Antonio Fortea, ini menunjukkan bahwa “mendengarkan Roh mutlak diperlukan.
Apakah hasilnya merupakan ekspresi dari Kehendak Tuhan akan tergantung pada pikiran
dan pendengaran dari masing-masing
orang.”
“Saya minta maaf karena mengacaukan
visi tertentu tentang sinode sebagai
sesuatu yang mutlak, tetapi sejarah Gereja jelas: hanya konsili universal dalam
persatuan dengan Paus Roma yang dijamin infalibilitas. Itu telah menjadi
tradisi Gereja yang konstan,” kata pastor Fortea.
Oleh karena itu, lanjutnya, "...para peserta sinode Jerman harus disadarkan akan adanya falibilitas (kemungkinan kesalahan mereka sendiri), baik secara pribadi maupun kolektif."
"Mereka tidak bisa memisahkan diri dari struktur
kebenaran yang bisa kita sebut 'sinode universal'."
Pastor Fortea mengatakan bahwa “karena kita tidak akan menyetujui apa yang ada atau tidak ada dalam iman, kita setidaknya harus menerima struktur gerejawi untuk melindungi iman yang didirikan di dalam Gereja oleh Yesus Kristus sendiri ketika Dia berada di bumi.”
“Jika 'tatanan gerejawi universal' itu tidak diterima, maka sinode memulai pembahasannya dari titik awal yang tidak tepat. Apa yang akan dibahas bukanlah pertanyaan moral atau alkitabiah ini atau itu, tetapi keberadaan Gereja, kemampuan Gereja untuk menjaga iman yang diberikan kepada kita oleh Kristus,” katanya.
---------------------------------
Silakan membaca artikel lainnya di sini:
Antikris
sudah berada di dunia
Francis
- Serigala Berpakaian Gembala?
Ned
Dougherty, 21 Januari 2022, St.Michael
Kardinal
Jerman Menyerukan Agar Aturan Selibat Gereja Dicabut