Akankah Petrus menolak untuk makan bersama orang kafir lagi?
Bertindak melawan Doktrin tanpa mau mengucapkannya.
by Michael Lofton 26/11/15 11:50
Inilah kuncinya :”St.Paulus menyadari bahwa antara doktrin dengan praktek
pelaksanaannya sangatlah erat berhubungan, dan bahwa menegaskan sesuatu melalui
praktek adalah sama dengan menegaskan hal itu secaca doctrinal.” Pemisahan
antara doktrin dengan praktek pastoral adalah merupakan kebohongan saat ini dan
juga merupakan bidaah Kristologis, demikian kata Cardinal Muller.
Gereja kini sedang menantikan keputusan ‘resmi’ dari PF mengenai Kasper
Proposal (sebuah usulan yang mengijinkan pezinah untuk menerima Komuni Kudus). Sebagai
antisipasi dari keputusan itu, ada kutipan dari Kitab Galatia yang hendaknya
kita renungkan isinya.
Dalam Kitab Galatia itu kita bisa melihat rasul Paulus yang menegur
rasul Petrus karena sikap munafiknya, dengan berkata :
Tetapi
waktu Kefas (Petrus) datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya,
sebab ia salah. Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia
makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah
mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan
saudara-saudara yang bersunat. Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut
berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh
kemunafikan mereka. Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak
sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka
semua: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara
Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat
untuk hidup secara Yahudi?" (Galatians 2:11-14)
Petrus awalnya tidak punya masalah untuk makan bersama orang kafir,
tetapi setelah orang-orang Yahudi meyakinkannya bahwa perlu bagi orang kafir
untuk menjadi orang Yahudi lebih dahulu (yaitu dengan cara disunat) dan untuk mematuhi
hukum Musa tentang makanan untuk bisa diselamatkan, maka Petrus mengundurkan
diri dan tidak mau makan bersama bangsa-bangsa lain. Meskipun Petrus tidak
secara eksplisit menegaskan ajaran sesat dari orang-orang Yahudi itu, namun dia
tetap melakukannya. Karena alasan inilah maka Paulus menegur Petrus secaca terus
terang atas kemunafikannya itu, karena dia, dalam prakteknya, menyangkal bahwa
keselamatan adalah terpisah dari "hukum Taurat" (yaitu Hukum Musa,
lihat Roma 3:28).
St.Paulus
menyadari bahwa antara doktrin dengan praktek pelaksanaannya sangatlah erat
berhubungan, dan bahwa menegaskan sesuatu melalui praktek adalah sama dengan menegaskan
hal itu secaca doctrinal, dan menyangkal sesuatu didalam praktek berarti menyangkal
hal itu secaca doctrinal (jelas bahwa Paulus tidak mempercayai ajaran
Kasperisme ini, yang memisahkan praktek pelaksanaan dengan doktrin)
Sekali
lagi, dalam pribadi Paus Francis, peranan Petrus akan diuji. Jika Paus Francis
menerima (atau mengijinkan) pandangan bahwa Komuni Kudus bisa diberikan kepada
pezina yang tidak bertobat maka dia (PF) tidaklah berbeda dengan saat ketika Petrus
menyangkal Injil dengan melalui tindakannya.
Jika hal ini terjadi (dan nampaknya sangat mungkin hal ini akan terjadi), akan adakah Paulus-Paulus lain dalam hirarki Gereja yang akan "menentang dia secaca terus terang?" Semoga Allah mengirimkan ‘seorang’ Paulus semacam itu kepada kita jika Dia akan mempertobatkan Petrus kita sekarang ini.
Jika hal ini terjadi (dan nampaknya sangat mungkin hal ini akan terjadi), akan adakah Paulus-Paulus lain dalam hirarki Gereja yang akan "menentang dia secaca terus terang?" Semoga Allah mengirimkan ‘seorang’ Paulus semacam itu kepada kita jika Dia akan mempertobatkan Petrus kita sekarang ini.