CATHOLIC CHURCHFri Nov 20, 2015 - 5:15 pm EST
Uskup Agung Chaput : Gereja-gereja Eropa
yang memberikan Komuni kepada orang yang ‘menikah lagi’ berarti melanggar ajaran
Gereja
PHILADELPHIA,
November 20, 2015 (LifeSiteNews) - Uskup Agung Philadelphia Charles Chaput menyerukan
kepada saudara-saudara Uskup di Eropa yang telah mengijinkan pemberian Komuni bagi
orang yang bercerai dan menikah lagi, dengan mengatakan bahwa mereka telah
"menyimpang dari ajaran Katolik yang otentik."
Pernyataannya
itu disampaikan dalam sebuah tulisan panjang tentang belas kasih yang diterbitkan
dalam media First Things edisi
Desember. “Gereja,” katanya, "tidak bisa memberikan belas kasih tanpa bertindak
dengan tulus hati," dan pendekatan pastoral yang mengabaikan pengertian bahwa
kita dipanggil kepada pertobatan, hal itu adalah berasal dari “keputus-asaan
pastoral yang terselubung dan persetujuan perbuatan dosa, yang akan hanya menghasilkan
penurunan iman, tidak lebih."
“Memang,”
lanjut Chaput, "ini adalah apa yang kita lihat terjadi di Eropa, di
gereja-gereja di mana praktek pastoral dalam hal perceraian, pernikahan
kembali, serta penerimaan sakramen-sakramen telah menyimpang dari ajaran
Katolik yang otentik." Dia memperingatkan bahwa apa yang akan terjadi dari
"sebuah ajaran yang tidak benar beserta praktek penerimaan sakramen-sakramen
bukanlah berupa kehidupan evangelis yang lebih bergelora, malainkan hal itu akan
berupa keruntuhannya."
Uskup
Agung Philadelphia itu berkata, adalah salah jika menganggap proses ‘pendampingan’
terhadap orang yang bermasalah sebagai nasihat ‘jangan menghakimi’, karena ‘menegaskan
orang tanpa pandang bulu’ bukanlah belas kasih sama sekali.
"Kita
tidak boleh menafsirkan belas kasihan Kristus sebagai hukuman atas semua
keputusan," tulisnya. "Kejahatan itu ada. Dosa adalah sebuah masalah.
Kerusakan yang diakibatkannya bisa terasa pahit dan tidak mudah dibatalkan –
misalnya perzinahan, sebagai contoh yang sempurna. "
Chaput
menunjukkan bahwa adalah "sesat" untuk menganggap belas kasih sebagai
lawan dari pengadilan yang adil. Dia berbicara tentang godaan "untuk
menggunakan istilah belas kasih untuk menghindari tanggung jawab kita dalam mencari
keadilan."
"Kita
akan berbohong atau menyembunyikan realita, bukannya melukai perasaan orang yang
berperi-laku salah. Tindakan seperti ini adalah bentuk yang sopan dari istilah pengecut,
bukan belas kasihan. Hukum moral menuntun kita ke arah pilihan-pilihan yang
memberi kehidupan, dan belas kasihan yang sejati selalu terkait erat dengan
kebenaran. Memanjakan pilihan yang salah dari diri kita sendiri atau orang lain
dengan anggapan bahwa itu adalah pelayanan belas kasih, akan mengalahkan tujuan
yang sebenarnya dari belas kasihan itu sendiri."
"Pengakuan
dosa dan pertobatan yang tulus – termasuk tindakan menjauhi dosa,"
katanya, adalah "syarat untuk menerima Ekaristi."
No comments:
Post a Comment