Kecurangan dalam sebuah Synode Vatican?
Pengkhianatan terhadap keluarga-keluarga kita.
Artikel ini pertama kali
muncul dalam Voice
of the Family.
Sebuah buku baru, The Rigging of a Vatican Synod?: An Investigation into
Alleged Manipulation at the Extraordinary Synod on the Family,
(Kecurangan dalam sebuah Sinode Vatican?:
Sebuah Investigasi Atas Dugaan Manipulasi dalam
Sinode Luar Biasa mengenai Keluarga),
akan mengungkapkan banyak fakta pada
tuduhan bahwa Sinode Luar Biasa itu, yang diselenggarakan di Roma
pada Oktober 2014 lalu, telah banyak dimanipulasi.
Buku ini ditulis oleh wartawan Vatikan yang sangat
dihormati, Edward Pentin, dengan mendapat dukungan dari Wilfrid Fox Cardinal
Napier, Uskup Agung Durban. Kardinal Napier
adalah salah satu dari lima belas anggota dewan tetap kardinal dan uskup yang mengawasi Sinode Para Uskup itu, dimana
dia menghadiri Sinode Luar Biasa 2014
yang lalu, dan menjadi anggota komite yang menyusun
laporan akhir (synodi relatio) Sinode itu.
Dalam ulasan singkat ini kami ingin menarik
perhatian pembaca kepada beberapa contoh penting dari manipulasi itu yang diduga
terjadi dalam Sinode Luar Biasa 2014 lalu.
Kardinal Napier mengatakan kepada Edward
Pentin bahwa beberapa bulan sebelum Sinode Luar Biasa itu, seorang pejabat dari
Sekretariat Sinode datang menemuinya untuk berbagi keprihatinan yang serius.
Pejabat itu mengatakan kepada Napier bahwa dia merasa "sangat
terganggu" oleh apa yang dia saksikan dan dia berkomentar "hal ini
sedang dimanipulasi, hal ini sedang direkayasa. (Mereka) menginginkan hasil
tertentu dalam Sinode ini. "
Sekretariat Sinode itu dikelola oleh
Sekretaris Jenderal Sinode, Lorenzo Kardinal Baldisseri. Pengelolaan kedua Sinode
ini (2014 & 2015) menjadi tanggung jawab Kardinal Baldisseri, meskipun dia menekankan
keterlibatan langsung dari Paus Francis pada setiap tahapan prosesnya. Dalam sebuah
wawancara yang diberikan pada Januari 2015 dia mengatakan:
Dengarlah baik-baik, karena ini adalah sesuatu
yang benar-benar harus diketahui. Paus adalah presiden dari sinode para uskup
itu. Saya adalah sekretaris umum, dan tidak ada orang lain yang di atas saya,
seperti misalnya prefek kongregasi atau presiden sebuah dewan. Saya tidak
memiliki orang lain di atas saya, hanya paus saja. Paus memimpin semua rapat
dewan sekretariat. Dia memimpin. Saya adalah sekretaris. Dan semua dokumen diperiksa
dan disetujui oleh Paus, dengan persetujuan kehadirannya juga. Bahkan dokumen-dokumen
selama sinode berlangsung, seperti Relatio ante disceptationem, yang Relatio
post disceptationem, dan Relatio synodi diperiksa olehnya sebelum ia diterbitkan.
Pentin menceritakan bahwa beberapa bulan
sebelum Sinode Luar Biasa (2014), Sekretariat Sinode telah menghubungi Lembaga Kepausan
Yohanes Paulus II, sebuah Lembaga Studi tentang Perkawinan dan Keluarga, yang dikenal
kesetiaannya terhadap ajaran moral Katolik, untuk merekomendasikan seorang ahlinya
untuk berpartisipasi dalam Sinode. Sekretariat Sinode juga telah membuat
permintaan yang sama kepada lembaga-lembaga tertentu dari Kuria Romawi.
Namun tidak satupun dari para ahli yang
direkomendasikan oleh lembaga-lembaga tersebut diundang untuk berpartisipasi
dalam Sinode. Sebuah sumber informasi tingkat tinggi di Vatikan telah
menyatakan bahwa pendapat dari lembaga-lembaga ini diminta agar Sekretariat Sinode
bisa memastikan bahwa para ahli yang bersikap ortodoks bisa disingkirkan
keikut-sertaannya dalam sinode. Ada dugaan juga bahwa seorang pejabat dari
Sekretariat Sinode diperintahkan untuk memeriksa daftar ahli yang potensial dan
agar dia ‘membuang’ orang-orang yang bersikap
"konservatif" serta mempertahankan nama-nama semua orang yang bersikap
"progresif" (liberal/modern).
Manipulasi terhadap sinode itu menjadi perhatian
publik setelah dirilisnya relatio post disceptationem pada 13 Oktober
2014. Dokumen ini, yang konon dikatakan merupakan kontribusi dari para bapa
sinode, diduga telah menyalah-tafsirkan secara serius pandangan dari para bapa peserta
sinode. Kardinal Pell menyebutnya sebagai laporan yang "tendensius, diselewengkan"
dan mengatakan bahwa "laporan itu tidak mewakili secara akurat perasaan dari
para bapa sinode". Kardinal Napier menuduh bahwa dokumen itu berisi
pendapat yang tidak pernah diungkapkan
oleh satupun para bapa sinode.
Kardinal Baldisseri,
Sekretaris Jenderal Sinode, dilaporkan
telah menekan Kardinal Erdo untuk menghapus baris pertama dalam laporan
pra-sinode yang
mengacu kepada Yesus: "Yesus
Kristus adalah Guru kita lebih dari semua
orang lain, dan Dialah satu-satunya Tuhan kita."
Dokumen itu menimbulkan kontroversi yang besar
karena ia merusak ajaran Katolik pada poin-poin yang penting dari doktrin,
termasuk tak terceraikannya perkawinan, kumpul kebo serta hubungan homoseksual.
Pentin menceritakan secara rinci sebuah ‘episode pencerahkan’ di mana Kardinal
Baldisseri berusaha untuk mengabaikan permintaan Kardinal Napier agar "hubungan
sesama jenis" tidak usah dibahas dalam bagian yang berurusan dengan
pernikahan.
Pentin juga menyoroti
peristiwa kontroversial lainnya yang terjadi selama sinode, seperti misalnya
penyingkiran buku yang ditulis bersama oleh, antara lain, lima orang Cardinal,
dari kotak surat para bapa sinode di aula sinode. Buku berjudul Remaining in the Truth of Christ: Marriage and
Communion in the Catholic Church, yang membela ajaran
Katolik itu, telah diposkan kepada semua bapa sinode dan ditempatkan di kotak
surat mereka masing-masing di aula gedung Sinode. Kardinal Baldisseri
dilaporkan "marah-marah" dan mengusulkan agar pegawai pos pada Kantor
Pos Vatikan dipecat. Pada akhirnya paket buku-buku itu dikirim kembali ke
kantor pos untuk distempel dan ditinggal disana. Menurut sumber intern, Baldisseri
ingin menahan buku-buku itu tanpa batas waktu, tapi dia diberitahu bahwa tindakan
itu melanggar hukum. Pentin menceritakan bahwa buku-buku itu akhirnya
disampaikan empat hari sebelum akhir Sinode, hingga hanya tersisa dua hari
untuk memenuhi persyaratan hukum yang berlaku, dan kemudian buku-buku itu tidak
dihiraukan lagi. Sebagai hasil dari taktik ini maka nyatalah bahwa sangat
sedikit dari bapa sinode yang menerima salinan buku yang telah dikirimkan
kepada mereka.
Buku The
Rigging of a Vatican Synod? ini memberikan banyak wawasan kepada pandangan
teologis dari Kardinal Baldisseri. Pentin menulis bahwa:
Sebuah perasaan was-was dialami oleh banyak sekali
pemeluk doktrin dan praktek Gereja tradisional pada Mei 2014 itu, ketika, dalam
sebuah wawancara dengan surat kabar Gereja Belgia, Tertio, Kardinal Baldisseri mengatakan sudah waktunya untuk
memperbarui doktrin Gereja mengenai perkawinan - misalnya, sehubungan dengan
perceraian dan situasi orang yang bercerai dan mereka yang menikah secara sipil.
Pada bulan Januari
Kardinal Baldisseri mengatakan dalam konferensi yang diselenggarakan oleh Dewan
Kepausan untuk Keluarga, bahwa "tidak ada alasan untuk merasa malu jika ada
seorang kardinal atau teolog mengatakan sesuatu yang berbeda dari apa yang
disebut 'doktrin umum'". Dia mengatakan lebih lanjut bahwa ‘usulan Kasper’
itu "harus disambut sebagai sebuah kontribusi." Meskipun kenyataannya
usulan Kardinal Kasper itu bertentangan secara
langsung dengan ajaran Gereja seperti yang diungkapkan oleh John Paul II didalam
Familiaris Consortio pada tahun 1981
dan dalam dokumen resmi Kongregasi bagi Ajaran Iman tahun 1994 dan 1998.
Ada alasan yang masuk akal untuk percaya bahwa
pandangan teologis Kardinal Baldisseri ini telah memiliki pengaruh yang sangat
besar pada teks sinode. Salah satu bagian yang paling mengejutkan dalam buku
Pentin ini adalah laporan adanya upaya Baldisseri untuk mengubah isi dari laporan pra-sinode. Pentin menulis:
Kardinal Erdo, nampaknya, sudah memiliki draf
dokumen dimana kalimat pembukanya dimulai dengan 'Yesus Kristus adalah Guru
kita lebih dari pada semua orang lainnya dan satu-satunya Tuhan kita', yang mengacu
kepada 2 Timotius, bahwa umat beriman haruslah taat kepada-Nya apakah itu mudah
atau tidak.
Tetapi Erdo mendapat tekanan untuk menghapus
baris kalimat itu. Erdo mengatakan kepada salah satu nara sumber dari Pentin,
seorang sarjana: "Kardinal Baldisseri ingin agar saya merubahnya karena dia
mengatakan bahwa 'kalimat itu bersifat negatif' dan bahwa saya harus mulai
dengan kalimat 'Sukacita Injil' (Seruan apostolik Paus Francis 2014) dan
mengutip perkataan Paus Francis lebih dahulu dari pada Yesus Kristus."
Pentin melanjutkan :
Erdo bertanya kepada nara sumber itu: 'Apakah anda
pikir saya akan mengutip ucapan Paus Francis lebih dahulu? ... 'kamu bisa menjatuhkan
saya dengan sehelai bulu', kata sumber itu kepada saya. 'Dengarlah, dua hari
sebelum pembukaan, ada Misa, dua hari sebelumnya, dia (Baldisseri) bertanya
apakah saya memulai dengan sabda Yesus Kristus? Saya berkata, "Yang Mulia,
Yesus Kristus adalah sama kemarin, hari ini, dan selamanya. Dia adalah Alfa dan
Omega. Kita mulai dengan Yesus Kristus dulu." Dia lalu meninggalkannya. Kamu
akan melihat hal itu, Sabda Yesus masih berada pada baris pertama.'
Begitulah Sinode Luar Biasa tentang Keluarga
(2014), di bawah kepemimpinan Kardinal Baldisseri ini, menghasilkan dokumen-dokumen
yang merusak ajaran Katolik dalam berbagai macam isu yang berkaitan dengan
seksualitas manusia, perkawinan dan keluarga. Dan The instrumentum laboris (Dokumen Kerja) dari Sinode Biasa (2015) memperluas
serangan terhadap doktrin Katolik secara lebih meluas lagi.
No comments:
Post a Comment