GENDERANG PERANG TERUS DITABUH
Setelah uskup-uskup Kazakhstan (Tomash Peta, uskup Agung Metropolitan dari
keuskupan agung Saint Mary di Astana, Jan
Pawel Lenga, Uskup Agung - emeritus dari Karaganda, dan Athanasius Schneider, Uskup Auxilier dari
keuskupan agung Saint Mary di Astana) pada 30 Desember 2017 yang lalu mengeluarkan
pernyataan yang mengatakan bahwa Komuni Kudus bagi umat Katolik yang bercerai
dan menikah lagi sebagai ‘hal yang asing bagi seluruh tradisi iman Katolik dan
Apostolik’ (lihat
disini), maka tiga hari kemudian disusul oleh tiga uskup lainnya yang bergabung
bersama mereka.
Uskup-uskup yang bergabung ini (lihat
disini) adalah Uskup Agung Carlo Maria ViganĂ², bekas duta besar Vatikan untuk
Amerika Serikat, Uskup Agung Luigi Negri, kemudian Cardinal Janis
Pujats, Uskup Agung Metropolitan Riga,
Latvia, yang juga dilaporkan ikut mendukung pernyataan
uskup-uskup Kazakhstan.
Bahkan Uskup Athanasius Schneider mengatakan bahwa seorang
pendosa yang berusaha menerima Komuni Kudus tanpa lebih dahulu memperbaiki
keadaan dirinya adalah melakukan penghujatan
Dan
tidak berapa lama kemudian terdengar dari sebuah sumber yang layak dipercaya dari
Vatikan yang mengatakan bahwa PF merencanakan serangan balik terhadap uskup-uskup
Kazakhstan itu (lihat
disini).
Seorang yang menamakan
dirinya Anonimi Della Croce ("Anonymous of the Cross"), memposting
tulisan yang berjudul : "The Quiet Before the Storm," (Suasana tenang
sebelum badai) hari Rabu:
Sumber saya di Vatikan
mengatakan kepada saya bahwa tadi malam (Paus Fransiskus) tinggal di Santa
Marta bersama beberapa "pejabat pers Vatikan” dan beberapa orang "penasihatnya"
untuk mengadakan sebuah pertemuan membicarakan bagaimana menghadapi ‘Koreksi’
baru yang "tak terduga" dari para Uskup Kazakhstan.
Sumber tersebut mengatakan kepada saya bahwa (paus) sangat marah. Dia mengamuk
- karena dia tidak tahan menghadapi penentangan. Mereka mendengar PF berteriak:
"Mereka (uskup-uskup ‘penentang’) akan menyesalinya! Mereka akan menyesalinya
dengan pahit!"
Laporan tersebut selanjutnya
menyebutnya sebagai "kampanye fitnah" terhadap uskup-uskup ‘penentang’,
yang dilakukan melalui berbagai media yang bersahabat dan memihak kepada Bapa
Suci. Paus "telah memberi kekuasaan penuh kepada para petugas pers Vatikan,
resmi dan tidak resmi, 'untuk memulai' kampanye media 'yang merendahkan
lawan," yang akan bertujuan untuk "mendiskreditkan" para uskup
itu, yang bisa membuat mereka "kehilangan kredibilitas mereka."
Demikianlah kemudian muncul beberapa
postingan yang bernada merendahkan uskup-uskup ‘penentang’ itu.
Silakan melihat artikel lainnya
disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment