MENGAPA FREEMASON MENYUKAI PAUS
FRANCIS? BAGIAN 1 / 3
Catatan Editor:
Seperti yang telah kami
nyatakan sebelumnya, sebagian besar upaya kami di OnePeterFive ini didasarkan pada kebaikan dan kemurahan hati orang-orang
lain yang ingin berkontribusi pada karya kerasulan kami, dan karena berbagai alasan,
maka kami tak bisa menyebarkan nama-nama mereka disini. Demikianlah kami telah
diberi oleh beberapa ilmuwan, hasil penelitiannya yang luar biasa, yang dilakukan
dalam jangka waktu yang lama. Setelah membaca dan mencermati temuan-temuan itu,
kami memutuskan untuk menghadirkan kepada pembaca kami, dengan syarat anonim, segala
bukti yang mereka kumpulkan yang menunjukkan bahwa Freemason di seluruh dunia sangat
bersukacita atas pemilihan Jorge Bergoglio sebagai paus, dan bahwa mereka terus
memuji-muji dia di depan umum karena program reformasinya yang terus berjalan
dan berkembang. Karena kata-kata yang ada disini sebagian besar telah berbicara
apa adanya dan merupakan bukti nyata - dan dengan demikian semua itu menuntun
kita semua untuk merefleksikan lebih dalam mengenai sifat dan tujuan dari kepausan
ini - kita akan memberikan pembaca kita dengan banyak bukti yang dikumpulkan di
halaman-halaman berikut. Dokumen-dokumen yang dikutip tidak semuanya disajikan
secara kronologis. Karena ada begitu banyak materi, kami akan menyajikan
dokumentasi ini secara serial, dan yang ini adalah yang pertama. Jika
memungkinkan, kami akan berusaha memberikan tautan langsung ke sumber yang
dikutip untuk memungkinkan pembuktian yang lebih mudah dilihat oleh pembaca
kami. Kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada orang
yang melakukan semua penelitian ini, sebuah karya kasih yang sejati, yang
dilakukan atas pengabdian kepada Gereja Katolik dan pengajaran formatifnya, secara
keseluruhan.
Bagian 1 / 3
Beberapa komentar awal
mengenai Freemason dan Gereja Katolik
1. Seorang paus yang sesuai
dengan keinginan-keinginan kami.
“Apa yang harus kita tuntut,
apa yang harus kita cari dan harapkan, seperti yang diharapkan orang Yahudi atas
Mesias, adalah seorang Paus yang sesuai dengan keinginan-keinginan kami. Paus Alexander VI, dengan semua kejahatan pribadinya, tidak
cocok untuk kami, karena dia tidak pernah berbuat salah dalam masalah agama. Paus
Clement XIV, sebaliknya, akan cocok untuk kami, dari ujung kepala sampai ujung
kaki.”
(Dari Instruksi dalam the Permanent
Instruction of the Alta Vendita,
bagian XIX, paruh pertama abad ke-19).
Seperti yang dikatakan mendiang John Vennari, editor dari Catholic
Family News, “Alta Vendita
adalah pondok tertinggi Carbonari, sebuah perkumpulan rahasia Italia yang
memiliki hubungan dengan Freemasonry, dan yang bersama dengan Freemasonry, ia dikutuk
oleh Gereja Katolik.”
Demikianlah kutipan dari Alta Vendita ini yang memberi kita
gambaran tentang apa yang selama ini dicari oleh beberapa Freemason sehubungan
dengan Paus dari Gereja Katolik. Pada tahun 1861, Jacques Crétinau-Joly
menerbitkan sebuah buku berjudul L'Eglise
en face de la revolution (Gereja di Wajah Revolusi). Penulis Perancis ini
pertama kali menerbitkan Alta Vendita
dari Carbonari, yang, menurut para pakar spesialis tentang Freemasonry, adalah
sayap Freemasonry bersenjata de facto; mereka yang diberi posisi kepemimpinan
dalam kelompok rahasia ini pastilah sudah menjadi anggota tetap Mason, terutama
Mason tingkat tinggi. [1]
Menurut hal ini dan dokumen Masonik lainnya yang disita oleh polisi
kepausan, para Mason berharap untuk memiliki seorang paus yang sesuai dengan kebutuhan
mereka sendiri, bukan seorang paus yang merupakan bagian dari
"persaudaraan" mereka, tetapi
seorang paus yang sejalan dengan mentalitas mereka. Alta Vendita menginginkan seorang paus yang - mirip dengan Clement
XIV [2] – bersedia menyerahkan tangan dan kakinya kepada kekuatan-kekuatan luar
(karena rasa takut) dan kepada orang-orang yang tidak beriman (yang akan memuji-muji
dia karena sikap toleransinya). Untuk sampai pada titik ini di dalam Gereja, Alta Vendita tahu bahwa mungkin perlu waktu yang lama, bahkan satu abad.
[3]
Dokumen ini telah diterbitkan pada tahun 1861, jauh sebelum
ada kaum tradisionalis Katolik. Itu adalah zamannya paus Pius IX.
2. Yohanes Paulus II dan
Benediktus XVI tidak berkenan ...
Kita sekarang kembali ke saat ini.
Dalam sebuah wawancara pada tahun 1999 dan satu lagi pada
tahun 2009, pengacara Gustavo Raffi, Grand Master Lodge Grand Orient Italia
(1999-2014), mengatakan bahwa dia merindukan Paus Paulus VI karena (menurut Raffi)
selama masa kepausannya, "Freemasonry memiliki zaman dialog hebat dengan
Gereja, banyak klerus berbicara tentang saat akhir dari tuduhan anti-Masonik
dan dia berargumen mendukung kompatibilitas antara Gereja dengan Loggia."[4]
Namun kemudian, dengan Paus Yohanes Paulus II, di sana dia mengembalikan
“kebekuan” anti-Masonik: pada tahun 1983, Kongregasi untuk Ajaran Iman (CDF),
dipimpin oleh Kardinal Joseph Ratzinger, menegaskan kembali ketidakcocokan
antara Gereja dan Masonry. Paus Wojtyla menyetujui pernyataan itu. [OnePeterFive menceritakan di sini peran
yang dimainkan oleh Dr. Ingo Dollinger sehubungan dengan dokumen CDF 1983 -
editor.]
Namun, sejak 1999, Uskup
Agung (yang nantinya menjadi Kardinal) Buenos Aires, Jorge Mario Bergoglio,
telah menjadi anggota kehormatan Rotary Club, yang memiliki hubungan langsung
dengan Freemasonry dan bahkan Rotary Club ini telah dikutuk oleh para uskup
tertentu di Eropa pada awal abad ke-20.
Pada musim dingin 2004-2005, di majalah Masonik Inggris Freemasonry Today, seorang Mason Jerman,
Axel Pohlmann, mengeluhkan tentang Paus Wojtyla (YP II, yang masih hidup saat
itu) dan Kardinal Ratzinger. Pohlmann menyarankan bahwa setelah kematian Paus
Polandia itu, para Mason akan melakukan yang terbaik untuk meyakinkan Gereja agar
menghapus segala kecaman anti-Masonik. [5] Dalam artikel itu, dia bertanya:
Dan apa yang akan terjadi di masa depan? Ketika Pastor Sebott
ditanya apakah kontak harus dilakukan, dia mengatakan: "Tidak, selama
orang-orang itu [termasuk Ratzinger] yang membuat keputusan pada 1980-an masih
memegang jabatan, termasuk Paus (YP II)." Pernyataan ini mungkin negatif
untuk saat ini, tetapi mengandung harapan untuk masa depan.
Keinginan Mason Pohlmann segera menjadi kenyataan: beberapa
bulan setelah artikelnya diterbitkan, Paus Yohanes Paulus II wafat. Disusul dengan
Konklaf 2005. Kardinal Carlo Maria Martini (seorang Jesuit) adalah salah satu
kandidat yang memenuhi syarat; dialah yang paling menarik bagi kaum Mason. [6]
Namun tampaknya pada konklaf itu, pilihan yang menentukan berayun antara Uskup
Agung Buenos Aires, Jorge Bergoglio (juga seorang Yesuit), dan Joseph
Ratzinger. [7] Dan Ratzinger menang (hal ini sangat mengecewakan Freemason) dan
menjadi Paus Benediktus XVI, Paus Summorum
Pontificum, seorang Paus yang secara luas dipandang sebagai pemenang atas perlindungan
yang jelas dan kuat dari nilai-nilai moral yang tidak dapat dinegosiasikan.
Di bawah kepausan Ratzinger, sering terjadi serangan media
terhadap pribadi paus, dalam beberapa kasus hampir setiap hari, adanya konspirasi
"mata-mata," dokumen yang bocor, kritik dari berbagai teolog terhadap
paus, dan boikot besar-besaran terhadap Motu
Proprio Summorum Pontificum. Tampaknya di antara para pemboikot, atau
setidaknya di antara para pengamat Summorum Pontificum yang bersemangat, adalah
Jorge Mario Bergoglio sendiri, yang saat itu adalah sebagai Uskup Agung Buenos
Aires. [8]
Pada 2010, jurnal Masonik Argentina, Hiram Abif, menunjukkan kekecewaannhya
terhadap Paus Benediktus XVI dan sudah berspekulasi tentang penggantinya di
masa depan. Jurnal itu berkata:
Tahun-tahun pertama Benediktus XVI meninggalkan perasaan
meningkatnya krisis di dalam Gereja Katolik. Belum pernah sebelumnya ada pertentangan
dan pertikaian yang begitu keras di dalam dan di luar Vatikan. [...] Dan
setelah Benediktus XVI, apa yang akan terjadi? Apa saja opsi yang muncul? Siapa
yang bisa memimpin menuju sebuah tahapan yang baru? [9]
Pada 11 Februari 2013, Benediktus menyerah pada
keprihatinannya tentang kemampuan dirinya untuk melanjutkan kepausan yang
efektif dan dia mengundurkan diri. Konklaf baru diadakan. Kali ini, ketika
seorang paus baru keluar ke balkon di Basilika Santo Petrus pada 13 Maret 2013,
dia adalah Jorge Bergoglio yang sama, yang diduga menjadi saingan favorit dari Ratzinger
pada konklaf 2005. Mantan Uskup Agung Kardinal Buenos Aires itu mengambil nama
Francis, paus pertama yang melakukannya dalam sejarah Gereja. Setelah
pemilihannya, serangan media tanpa henti dan kritik terus-menerus terarah
kepadanya, tetapi mereka yang menentang Summorum
Pontificum mendapatkan kekuatan baru. Banyak pembicaraan tentang
"belas kasihan" ketika tema kepausan baru ini memasuki pembicaraan
publik, tetapi belas kasihan yang sama itu tampaknya telah ditolak oleh pihak-pihak
"konservatif" dalam persekutuan dengan Roma.
3. “[...] mungkin di dalam Gereja, tidak ada yang akan terjadi
seperti sebelumnya." Menuju Era Baru?
Di antara beberapa kalangan tradisionalis Argentina,
dikatakan bahwa Bergoglio, sebelum menjadi uskup, telah menghilang selama
beberapa waktu dari peredaran dan dia diinisiasi kedalam Freemason, dan kemudian
dia muncul kembali dan berkarier. Siapa yang tahu kebenarannya? Apakah ini
kasus lain dari salah informasi di pihak tradisionalis? Sebuah teori konspirasi,
dan tidak lebih? Apa yang kita ketahui dengan pasti adalah bahwa selama
bertahun-tahun, Bergoglio telah menunjukkan dirinya mampu menyenangkan berbagai
kelompok Masonik sedemikian rupa hingga mereka tidak merahasiakan kepuasan
mereka terhadapnya. Mari kita lanjutkan sekarang, menyajikan berbagai
pernyataan Masonik yang mendukung Paus Francis. Ini merupakan jumlah pujian
publik dari kaum Masonik yang belum pernah diterima oleh paus lainnya. (Pada
tulisan ini, kami telah mengumpulkan lebih dari 60 contoh pujian terbuka dari
kaum Masonik atas paus Argentina itu.)
Beberapa orang pasti akan mengatakan bahwa gambar Francis di
media seperti yang disukai oleh Freemasonry adalah hasil eksploitasi Masonik
dan paus sendiri tidak ada hubungannya dengan itu. Ini mungkin masalahnya.
Tetapi karena itulah maka penting sekali untuk bertanya mengapa kaum Mason
tidak mengeksploitasi atau memuji Paus Pius IX, Pius X, Pius XI, dan Pius XII
secara serupa. Tampaknya masuk akal untuk menyimpulkan bahwa mereka memiliki
sedikit kesempatan untuk melakukannya, karena para paus itu tidak memberi
mereka banyak hal untuk dikerjakan sehingga mereka dapat memahaminya dengan
baik.
Sekarang, mari kita periksa bukti-bukti tentang dukungan
mereka kepada Paus Francis:
1) Setelah pemilihannya, Paus Fransis menerima ucapan selamat
dan pujian dari B'nai B'rith [10],
semacam Masonry para-Yahudi yang kuat yang anggotaya hanya orang Yahudi saja.
B'nai B'rith (BB) berpendapat bahwa organisasi mereka bukanlah Masonik, namun
majelisnya disebut "Loggia" dan "Grand Lodge." B'nai B'rith
didirikan pada tahun 1843 dan telah mengambil berbagai elemen sendiri pada
sebagian besar dari Masonry. Tampaknya B’nai B’rith, sebagai sebuah organisasi,
memiliki sedikit atau tidak ada hubungannya dengan esoterisme. Dipuji oleh
B’nai B’rith hanya sedikit artinya; B.B. menunjukkan bahwa dirinya juga senang
dengan Paulus VI dan Yohanes Paulus II, serta dengan Francis. Tetapi ada
beberapa perbedaan. Yohanes Paulus II secara terbuka mengutuk Freemason dan
Freemason tidak memuji YP II begitu dia terpilih.
Ada beberapa pujian sporadis untuk John Paul II dari Mason
setelah pertemuan doa Assisi [pada tahun 1986] - yang berpuncak pada
penghargaan dari Grand Orient Lodge of Freemasonry Italia pada tahun 1996 -
tetapi tidak lebih. Kecaman anti-masonik yang disebutkan sebelumnya pada tahun
1983 telah mematikan sebagian besar antusiasme Masonik kepada Paus dari Polandia
itu.
2) Pada hari pemilihannya, situs web informasi Impulso Baires mengumumkan berdirinya the Gran Logia de la Argentina de Libres y
Aceptados Masones; Grand Master-nya sendiri, Angel Jorge Clavero, menyambut
Paus Francis dan mantan Uskup Agung dan Kardinal di Buenos Aires. [11]
3) Pada tanggal 15 Maret 2013, situs web Virtual Grand Lodge
of Italy, GLVDI, menerbitkan pernyataan (meskipun bertanggal 13 Maret 2013)
dari Grand Master Luciano Nistri tentang pemilihan paus baru:
Gereja Katolik telah memilih sebagai Paus Yesuit, Jorge Mario
Bergoglio, yang mengambil nama Francis. Pilihan yang jelas, jauh dari logika
Kuria Romawi dan kekuatan duniawi. Sejak saat pertama, Paus Francis, seorang
pria yang datang "hampir dari ujung dunia," menolak memakai jubah
bulu dan salib emas, dan menggantinya dengan salib besi, inilah tindakan nyata
pertamanya. Dalam katalimat pertamanya sebagai salam, dia memupuk keinginan
untuk berdialog dengan dunia dan dengan umat manusia, memelihara harapan yang
jelas bagi orang awam dan orang-orang yang tidak percaya, bahwa perubahan
sedang berlangsung. Mungkin inilah yang benar-benar yang diharapkan dunia dan
apa yang diharapkannya. Sebuah Gereja baru yang tahu cara menghubungkan kembali
kasih dengan kebenaran di tengah konfrontasi antar institusi-institusi, yang
tidak mengakar dalam mempertahankan kekuatan mereka sendiri. Ini adalah harapan
yang sama dimana dunia - dan terutama Amerika Latin, di mana para anggota Freemason
Simon Bolivar, Salvador Allende dan Giuseppe Garibaldi yang sama [terutama di
Brasil], di antara banyak orang lainnya, yang telah memberikan kebebasan kepada
orang-orang itu – yang selalu merindukannya.
Sebuah pesan yang oleh pihak Freemason sendiri dirasakan
sebagai terobosan tajam dengan masa lalu, dan yang sekarang berbalik untuk
mendengarkan orang-orang miskin, yang terpinggirkan, dan yang paling lemah.
Kepada Paus yang baru, kami menyampaikan harapan terbaik kami untuk karya baiknya
di tahun-tahun mendatang. Luciano Nistri, Grand Master GLVDI.
[12]
Pada Januari 2017, Luciano Nistri 33 ° (58 tahun, berasal
dari Prato) diangkat kembali sebagai Grand Master GLVDI selama tiga tahun
2017-2019. [13]
4) Pada 14 Maret 2013, Gustavo Raffi, Grand Master dari Grand
Orient Lodge di Italia - salah satu pondok paling penting di dunia - memberi
hormat dan memuji Paus yang baru ini. Raffi berkata, dengan nada bernubuat:
“Mungkin di dalam Gereja tidak ada yang akan terjadi seperti sebelumnya.” [14]
5-6-7) Situs Masonik Fenix
News, yang dipimpin oleh Mason Peru Peru 33 ° (Lodge Luis Heysen
Inchaustegui, Lima, Peru), diluncurkan pada tanggal 15 Maret 2013, sebuah
pernyataan dari United Grand Lodge of Lebanon. Grand Master Rami Haddad dan
Komandan Agung Sovereign Jamil Saade mengirim ucapan selamat mereka ke
Argentina, kepada para wanita dari Grand Lodge Wanita Argentina (sic) pada
kesempatan pemilihan Paus Bergoglio.[15] Dalam satu pernyataan ini, kita
melihat dukungan Freemason Peru (5), Freemason Lebanon (6) dan Freemason
Argentina (7), yang semuanya merasa senang dengan pemilihan Bergoglio.
Sebaliknya, Pius IX, Pius X, atau Pius XII, ketika baru
terpilih, tidak menerima pujian dan salam apa pun, baik dari Freemason Italia
maupun internasional. Kepausan "saleh" mereka tidak pernah bersahabat
dengan kaum Freemason. (Apakah ini sebuah kebetulan bahwa alasan kanonisasi
Pius IX dan Pius XII terhenti hingga sekarang?)
8) Beberapa minggu setelah pemilihan Paus Francis bulan Maret
2013, dalam Newsletter Masonik Kanada The
Watermark edisi April 2013, kita bisa membaca bahwa Paus baru ini sudah ada
di Internet, dan bahkan disebut sebagai seorang Freemason yang menggunakan
tanda-tanda Masonik ("Seorang Freemason dan menggunakan tanda-tanda
Masonik, bla, bla!" [16]) ... Penulis menyarankan agar orang menganggap masalah
ini sebagai obrolan usil belaka("bla, bla!").
Penulis Masonik itu yakin bahwa Paus yang baru, terlepas dari
"konservatismenya", akan bersedia membangun hubungan yang lebih baik
antara Katolik dengan Freemason. Artikel yang sama menerbitkan seluruh pesan
harapan baik dari Grand Master di Grand Lodge Argentina [Ángel Jorge Clavero,
lihat poin 2, di atas] kepada Paus yang baru. Di akhir artikel the Watermark, Freemason Kanada berharap
adanya penghentian ‘penganiayaan yang tidak adil’ selama berabad-abad terhadap
kaum Freemason oleh Gereja Katolik Roma. [17]
9) Dalam sepucuk surat kepada temannya yang progresif,
Massimo Teodori, pada tanggal 20 Juni 2013, Grand Master Raffi menunjukkan
dirinya masih penuh semangat dan antusiasme terhadap tindakan dan kata-kata
Paus Francis. Raffi menganjurkan "reformasi" menyeluruh di dalam
Gereja, tentu saja yang sesuai dengan
desain pemikiran Masonik dan sekuler. Raffi memuji, sebagai "seorang
teolog yang mendalam," Karl Rahner (seorang Jesuit) dan teorinya tentang
"orang-orang Kristen anonim." Raffi menentang "liturgi kuno mengenai
hak istimewa dan pelanggaran dosa".[18]
10) Yang juga mendukung Paus Bergoglio adalah majalah Masonik
Brasil O Malhete.[19] Dalam artikelnya
("Uma lição do Papa"), di
hlm. 7, Uskup Roma itu sangat ditinggikan. Penulisnya adalah Derildo Martins Da
Costa, Guru Pemujaan Pondok "Luz do Planalto," East of Serra-Grande Oriente do Brasil. Martins Da Costa menulis: “O Pope Francisco, antes de
exortar os outros to fazerem, primeiro fez. Aí está Diferença to do Papa
Francisco para seus antecessores “, yang
diterjemahkan:“ Paus Fransiskus, sebelum dia menasihati orang lain untuk
melakukannya, dia telah melakukannya terlebih dahulu. Inilah perbedaan antara
Paus Fransiskus dengan para pendahulunya.” "Selain itu, Martins Da Costa
mengatakan bahwa Paus Francis "tampaknya hadir untuk memberikan
contoh" – contoh yang masuk akal untuk disimpulkan, yang menurut kaum
Freemason hal itu dapat diterima. Di Brasil, sebenarnya, "Paus telah
meninggalkan bagi kita sebuah pelajaran yang mendalam di bidang kemasyarakatan"
ketika dia melewati depan "gereja evangelis" dan memutuskan untuk mendaraskan
doa "Bapa Kami" bersama dengan para gembala yang ada di pintu.
(Sebuah komentar kecil: Kardinal João Braz de Aviz, sekarang menjabat
Prefek Kongregasi untuk Lembaga Hidup Bakti dan Masyarakat Kehidupan Kerasulan,
berpartisipasi pada tahun 2006, saat itu sebagai Uskup Agung Brasília (Brasil),
dalam sebuah forum “spiritual”. Di forum itu, ada juga hadir sebagai perwakilan
kaum teosofi, spiritualisme, dan
Freemasonry Brasil (Grand Orient of Brazil).[20] Braz de Aviz berdialog
dengan mereka dan dengan biarawati liberal dari Amerika,[21], tetapi tidak
begitu banyak berbicara dengan para biarawan dan biarawati Fransiskan dari
Immaculate pimpinan pastor Stefano Maria Manelli.)
11) Dalam terbitan 1-2 / 2013 (halaman 65-66) majalah L’Acacia of the Italian
Grand Lodge for the Symbolic Rite, pemimpin redaksinya, Moreno Neri, berharap agar Paus
Francis, seorang Jesuit, dapat benar-benar mereformasi Gereja (“tidak ada orang
lain kecuali seorang Jesuit yang cocok untuk menerima tantangan dari perubahan
yang menanti Gereja”), dan dia memuji Kardinal Martini. (Freemason) Neri
berharap bahwa Gereja tidak lagi menjadi "sistem yang tertutup dan
berdebu."
12) Pada 2013. jurnalis Italia Giacomo Galeazzi dan Ferruccio
Pinotti menerbitkan buku Masonic Vatican.
Galeazzi adalah "penggemar" besar Paus Francis, seperti juga Andrea
Tornielli, koresponden Vatikan dan rekan Galeazzi di surat kabar La Stampa di Turin. Galeazzi-Pinotti
menulis:
Dalam 30-35 tahun terakhir,
beberapa imam Jesuit secara positif tertarik pada Freemason; mereka mengambil
bagian dalam berbagai debat publik, di konferensi yang diselenggarakan oleh
Grand Orient of Italy, dan mereka juga telah menulis berbagai artikel dan buku
tentang pemikiran filosofis mengenai sejarah Freemason - dengan kata lain,
mereka adalah orang-orang gerejawi; meski ada dan masih berlaku anathema (kutukan)
dan berbagai sanksi ekskomunikasi dari Gereja Roma yang dikeluarkan terhadap
institusi Masonik, tetapi orang-orang Jesuit itu berusaha untuk memahami, dan
kemudian sangat sering, berakhir dengan berbagi pendekatan filosofis dengan kaum
Freemason.[22]
Galeazzi-Pinotti juga melaporkan tentang beberapa pernyataan
yang dibuat oleh Freemason Nicola Spinello:
Nicola Spinello, Adjunct-Vicar Grand Master dari Komunitas Piazza del Gesù, menjawab pertanyaan
yang diajukan kepadanya oleh acara televisi Mystery
[Mistero] yang ditayangkan 20 Maret 2013: “Apa hubungan antara para Yesuit dan Freemason? Jesuit dan Freemason
selalu memiliki minat spekulatif yang saling menguntungkan ... "
Kemudian pertanyaannya: “Paus ini adalah berasal dari
Argentina, dan di Argentina, ada tradisi Masonik yang hebat; dia adalah uskup
agung Buenos Aires, apakah Anda berpikir bahwa dia mungkin memiliki hubungan
dengan Freemason?"
Dia [Spinello] menjawab:
“Persisnya, yang sebaliknya akan mengejutkan saya, yaitu: jika dia tidak
memiliki hubungan-hubungan ini. Tradisi Masonik di Argentina sangatlah kuat."
Dan atas pertanyaan lain dari pewawancara, dia juga menjawab:
"Saya percaya bahwa paus ini adalah
realisasi dari desain yang telah lama ingin diadopsi oleh Freemason."
[23]
Galeazzi-Pinotti melanjutkan:
Grand Master Catanian
Vincenzo Di Benedetto, kepala the Most Serene Grand
Lodge of Piazza del Gesù, juga menanggapi pertanyaan spesifik kami: “Berbagai sumber
mengindikasikan keberadaan Pondok-pondok Masonik juga di Vatikan; apakah Anda
menganggapnya mungkin?” Dia menjawab tanpa ragu: "Ya, tentu saja, terlepas
dari apakah Anda menggunakan nama itu (Masonic Lodge) atau tidak."[24]
13) Pada bulan Juli 2013, untuk memperingati temannya dan
mendiang Kardinal Ersilio Tonini, Grand Master Gustavo Raffi (Grand Orient of
Italy) meluncurkan penghargaannya yang baru kepada Paus Francis, dengan
mengatakan:
Umat manusia dewasa ini
semakin miskin dan miskin, seperti juga Gereja Katolik. Tetapi gereja dibawah Paus
Francis adalah sebuah gereja yang berjanji untuk menghormati yang lain, dan
untuk berbagi gagasan bahwa negara sekuler mempromosikan perdamaian dan koeksistensi
dari berbagai agama.[25]
14) Dalam surat dua halaman, tertanggal 9 September 2013,
Gian Franco Pilloni, Serene Grand Master of the
Grand Lodge of Italy - AS. A.O.I. (Unione
Massonica Stretta Osservanza Iniziatica, yang didirikan oleh Armando Corona,
yang sudah menjadi Grand Master dari Grand Orient Italia), berbicara soal Paus
Francis (orang dapat melihat bahwa juga Pilloni tahu bahwa dengan Francis,
"udara telah berubah" di Vatikan) dan memohon kepada paus Francis untuk bekerja "menuju akhir dari perpecahan
yang ada dalam hubungan antara Gereja Katolik dan Freemason." Pilloni ingin agar kita percaya bahwa
Freemasonry bukanlah musuh Gereja Katolik, tetapi ia berjalan di "jalan yang
paralel".
Pilloni memuji Paus Francis, dengan mengatakan, “Gereja
Katolik telah diwakili secara layak oleh Anda,” dan dia menambahkan “Saya
memohon kepada Anda, Yang Mulia, seorang
pria dengan kualitas manusia yang luar biasa.”[26] Pilloni menulis bahwa
Grand Lodgenya “diakui oleh the American Grand Lodges dimana saya menjadi aggotanya.”(berarti
bahwa Pilloni juga anggota dari Freemasonry Amerika). [27]
15) Pada tanggal 21 September 2013, selama perayaan oleh Freemason
dari Grand Orient Italia, pada kesempatan terulangnya tanggal 20 September dan
Fall Equinox, Grand Master Gustavo Raffi menyatakan, antara lain:
Paus Francis menyampaikan pesan-pesan kemanusiaan yang
selaras dengan apa yang telah kita katakan selama bertahun-tahun. Dia juga mengajak
orang-orang untuk keluar dari ‘katakombe’ dan bukan untuk menarik, tetapi untuk
menyaksikan di antara orang-orang yang berbeda agar memahami nilai-nilai yang ada
pada diri dan kelompok mereka masing-masing [sic], dengan cara berbicara kepada
masyarakat luas. Refleksi demikian seharusnya tidak terbatas pada hari ini,
tetapi juga harus membangun masa depan. Dia (paus Francis) adalah Freemason yang
hidup, yang berbicara kepada orang-orang [dalam sebuah dialog]. [28]
16) Pada tanggal yang tidak disebutkan, tetapi masih pada
tahun 2013 – dalam situs majalah Filipina Southern Leyte Times - penerbit Antonio M. Reyes, seorang Mason yang aktiv,
menulis bahwa pahlawan nasional Filipina yang hebat adalah para Freemason dan
bahwa Gereja Katolik telah mengutuk Freemason, juga dengan deklarasi Kardinal
Ratzinger (1983). Reyes menyatakan keyakinannya bahwa sekarang, bersama Paus Fransis, maka segalanya akan
berubah, karena bahkan untuk Paus yang berkuasa ini, seperti halnya bagi para
Mason, semua agama dan persaudaraan persaudaraan yang percaya kepada Tuhan
tidak boleh dikutuk dengan menerima hukuman yang kekal. Orang-orang Kristen
yang mengaku (Masonik) seperti Reyes, pastilah memperhatikan permintaan Paus
Francis akan toleransi beragama serta ekumenisme sejati.
Selanjutnya Reyes menulis:
[…] Untungnya, umat
Katolik Roma sekarang memiliki seorang pemimpin dalam diri Paus Fransis, yang
percaya bahwa semua agama dan persaudaraan persaudaraan yang percaya pada Tuhan
harus dihormati dan tidak dikutuk dengan hukuman kekal. Kita sebagai orang
Kristen harus mengindahkan seruannya bagi toleransi beragama dan Ekumenisme yang
sejati. [29]
17) Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan (tetapi tidak
bertanggal) beberapa waktu setelah pemilihannya pada bulan Desember 2013,
Vincenzo Romano, 33 °, Deputi atau Wakil Grand Master yang baru saja terpilih
dari Grand Lodge of the Italy of Ancient
Free and Accepted Mason - Piazza - Piazza del Gesù - Palazzo Vitelleschi,
menunjukkan bahwa Freemason memang tidak
mengikuti ajaran [Katolik] dan dia mengeluh bahwa Gereja tidak mau menerima
cara berpikir para Mason. [31] Dia kemudian menjawab pertanyaan berikut:
“Paus Bergoglio telah membuat banyak celah dan kesempatan;
mungkinkah ada sesuatu yang positif untuk dilihat darinya, berkenaan dengan
Freemason?”
Sang Mason menjawab:
“Paus Bergoglio sejauh ini
terbukti menjadi Paus yang hebat, tetapi saya tidak tahu apakah dia memiliki
beberapa prasangka terhadap kita. Mari kita tunggu untuk melihat apakah akan
ada reaksi. Kami menyatakan diri siap untuk merangkul dunia Katolik.”[30]
Akhir dari Bagian Satu;
Bagian selanjutnya akan segera menyusul.
No comments:
Post a Comment