UMAT KATOLIK YANG SETIA RELA MENANGGUNG RESIKO KEMATIAN DALAM
UPAYA UNTUK MENGHENTIKAN PENGHANCURAN TERHADAP SEBUAH TEMPAT SUCI DI CINA
FENGXIANG, China, 10 April 2019 (LifeSiteNews) - Dua ratus
umat Katolik Cina mempertaruhkan nyawa mereka ketika mereka berusaha
menghentikan pemerintah Komunis menghancurkan tempat suci yang mereka cintai.
Menurut pastor Bernardo Cervellera,
pastor misionaris dan editor Asia News,
ke-200 anggota gereja Katolik bawah tanah disitu telah melakukan aksi duduk di tangga tempat
suci Mujiaping sejak kemarin malam.
"Kami bersedia menyerahkan
nyawa kami," kata salah seorang umat Katolik Cina. Pagi ini setidaknya ada
600 pejabat pemerintah dan polisi tiba di lokasi untuk merobohkan bangunan.
Meski dipersembahkan kepada Hati
Kudus, tempat suci itu dianggap sebagai tempat suci Maria karena para peziarah
pergi ke sana untuk mengunjungi patung Bunda Maria Terberkati. Pejabat Cina
berniat untuk menghancurkan patung serta tempat suci dan gerbang bersejarah
yang mengarah menuju anak tangganya.
Tempat suci Mujiaping berada di
keuskupan Fengxiang (Shaanxi), dimana pekan lalu agen-agen pemerintah komunis Cina
menghancurkan gereja di Qianyang. Dipercayai bahwa keuskupan ini, dipimpin oleh
Uskup Luke Li Jingfeng hingga kematiannya akhir tahun 2017, adalah satu-satunya
di Cina di mana baik umat awam maupun uskup tidak termasuk dalam Asosiasi Patriotik Katolik Cina yang dikuasai
Komunis.
Cervella melaporkan bahwa tidak
mungkin umat beriman yang kalah jumlahnya, akan berhasil menghalangi pejabat
pemerintah untuk menghancurkan tempat suci itu.
David Mulroney, mantan duta besar
Kanada untuk Cina dan seorang Katolik, mengatakan kepada LifeSiteNews bahwa penghancuran dengan kekerasan terhadap tempat suci
Maria adalah "memilukan, dan menunjukkan betapa mendalamnya Partai Komunis
Tiongkok takut akan kepercayaan agama."
Dia menambahkan bahwa keberanian
umat Katolik Fengxiang sangat menginspirasi banyak orang dan mereka membutuhkan
bantuan. “Mereka layak untuk mendapatkan doa-doa kita, mereka juga pantas
mendapatkan dukungan dari komunitas internasional,” kata Mulroney.
Dia menambahkan bahwa Vatikan saat ini
perlu "menunjukkan suaranya."
"Para diplomat Vatikan
tampaknya berpikir bahwa jika mereka berbicara, hal itu akan mengancam
perjanjian yang baru-baru ini mereka tandatangani dengan otoritas Cina,"
kata Mulroney.
"Mereka perlu memahami bahwa
apa yang terjadi di Mujiaping adalah buah dari perjanjian Cina-Vatikan itu,"
lanjutnya.
"Dengan berbicara, membela umat
beriman dan kebenaran, Roma akan dapat memperbaiki kerusakan yang diakibatkan
oleh kegilaannya yang naif terhadap para pemimpin komunis Cina, yang tidak
menghargai iman maupun kebenaran."
Pada Oktober 2018, segera
setelah Vatikan dan Cina menandatangani perjanjian bersejarah, pihak berwenang
Cina menghancurkan tempat-tempat
suci Maria
(Our Lady of the Seven Sorrows) di Dongergou (Shaanxi) dan Our Lady of Bliss, yang juga dikenal sebagai Our Lady of the Mountain, di Anlong (Guizhou).
No comments:
Post a Comment